Di kediaman Tamara terdapat sebuah telepon.Benda itu berdering mengagetkan Tamara yang sudah bangun, tapi sedang minum kopi.Bahkan Bibi Beatrice yang bersiap untuk menyiram tanaman di teras pun ikut terlonjak.“Kita mempunyai telepon?” tanyanya terheran-heran.Tamara tergelak dalam tawanya. “Iya, Bi. Ada di ruang depan. Bibi tidak pernah melihatnya?”“Tidak. Astaga, bunyinya senyaring ini. Biar kuangkat. Tidak apa-apa, kan?”“Silakan, Bi.”Bibi Beatrice menjawab panggilan telepon yang ternyata dari Betty.“Tamara, Betty memintamu datang untuk membuat sarapan. Boss-mu ternyata tidak honeymoon.”Tamara yang baru saja memanaskan teflon langsung gugup.“Biar aku yang memasak di sini. Kau pergilah.”“Baik, Bi, terima kasih.”Tamara menuju mansion dengan hati dan pikiran ringan, tanpa beban.Setelah melewati jembatan melengkung yang terlihat klasik dengan pemandangan pagi yang ternyata sangat indah, Tamara melihat Betty sudah menunggu di pintu belakang mansion, yang bersambungan dengan dap
“Di sini ruang makan mereka. Ini berbeda dari ruang makan utama. Biasanya di sini hanya Tuan yang makan sendirian.Tapi tuan jarang makan di sini. Dia bahkan jarang makan di rumah, kecuali ada acara penting di rumah.”Tamara ikut melangkah masuk ke dalam ruang makan yang berhubungan dengan dapur.Tempat itu bernuansa modern, minimalis, dan tetap terasa maskulinitasnya dengan dinding dan lantai serta furnitur didominasi dengan warna serba coklat dengan berbagai degradasi warna.“Mungkin sekarang tuan akan lebih sering makan di sini, karena sudah memiliki istri. Jadi ada teman makan,” kata Tamara sambil mengatur letak piring dan menu yang sudah dia bawa.Betty tersenyum sambil berkata, “Iya, mungkin.” Tapi dalam hatinya dia tak yakin, mengingat interaksi Trevor dan Lady El se-gersang itu.“Oh ya, di sana dapur. Kalau kamu sampai diminta memasak di sana, tinggal hubungi dapur utama untuk membawakanmu ba
Tamara menatap terkejut pada Lady El-May.Rasanya baru kemarin dia lega tidak perlu berinteraksi dengan pelanggan seperti Lady El ini. Tapi kini pelanggan sulit ini malah menjadi atasannya?Sedangkan wanita di hadapannya yang tadinya sedang duduk di kursi meja makan, ikut membelalak lebar ketika menatap Tamara.Lady El langsung bangkit berdiri.“Ke- ke- kenapa dia bisa ada di sini?” tanyanya marah.Sedangkan Laurensia langsung menjawabnya meski kebingungan. “Dia adalah koki pribadi yang kubilang makanannya luar biasa lezat itu.”“Dia? Tidak mungkin!”Yang dia cari adalah cheff pribadi, bukan Tamara.Lagipula, darimana Tamara bisa memasak? Ini tidak masuk akal!“Kenapa tidak mungkin? Apakah kau mengenalnya sebelum ini?”“Dia? Tidak! Tapi sebelum ini dia adalah asisten butik! Kenapa bisa tiba-tiba menjadi koki?!” seru Lady El lagi tanpa merasa perlu menahan marahnya di depan Laurensia lagi.Tatapannya nyalang terhadap diri Tamara, dari atas hingga ke bawah, lalu kembali ke atas dengan si
Ketika Trevor terbangun di kamarnya, dia masih merasakan kekesalannya.Sekalipun fasilitas kamar ini sama seperti kamarnya, tetap saja tidak terasa sama.Dia tidak seharusnya pindah dari kamarnya sendiri.Hatinya menyesalkan keputusannya yang menjadikan kamarnya sebagai kamar pengantin.Dia tidak seharusnya membiarkan Lady El tidur di sana.Trevor pun memanggil Betty.“Ya, Tuan?”“Siapkan satu kamar spesial untuk menjadi kamar pengantin. Aku mau paviliunku yang lama untuk diriku sendiri. Katakan saja pada El-May jika kamar itu bocor atau rusak atau apa. Buat dia mau pindah dari sana!”“Baik, Tuan.”“Oh, satu lagi ... kalian sudah membeli stroberi yang kuminta?”“Iya, Tuan. Apa mau disantap saat sarapan?”Trevor menggeleng. “Tidak, tidak. Stroberi-stroberi itu ... Taruh beberapa keranjang kecil stroberi segar di sudut-sudut paviliunku. Pokoknya setiap ruangan ada stroberinya.”“Baik, Tuan.” Sekalipun heran, Betty tak berani membantah.Trevor lalu membersihkan dirinya sebelum keluar dari
“Kenapa kau melihatku seperti ini? Apa kau tak percaya? Kalau tak percaya ayo kita sarapan bersama. Kebetulan sarapanmu baru disajikan tapi istrimu itu harus segera pergi.”“Dia sudah pergi?” tanya Trevor dengan hati senang, berpura-pura tidak melihat kepergian Lady El tadi.“Iya! Dia bilang baru teringat dia ada janji dengan bibinya.”“Janji dengan bibinya?” Trevor terheran-heran. Sepengakuan El-May, dia sebatang kara dan tidak memiliki kerabat lain.“Iya, dia bilang bibinya. Kenapa?”Trevor menggeleng sehingga Laurensia pun berkata lagi,“Sudah, jangan banyak bicara lagi. Cepatlah coba ini.”Trevor pun diam tapi dia melangkah menuju kursi.Tamara semakin merasa tertekan karena Trevor duduk di antara dia dan Laurensia. Di bagian pangkal meja.Aura Trevor kembali menyelimutinya dan membawa ingatan masa lalu yang terasa mendominasi. Kenangan betapa liar mereka malam itu membuat Tamara tertekan rasa malu dan depresi.
“Maaf semuanya, aku dihubungi boss tiranku yang menyebalkan. Aku harus pergi. Maaf, ya. Kalian lanjutkan saja sarapannya.”Laurensia yang tiba-tiba mendapatkan pesan di ponselnya langsung memberitahu dengan terburu-buru.Dia cepat-cepat minum kopinya, lalu beranjak pergi juga dengan terburu-buru.Dalam sekejap saja, tinggallah Tamara berdua saja dengan Trevor.Situasi ini sungguh membuat Tamara tertekan.Dia ingin pergi, tapi tidak berani. Dia tak mau membuat Trevor mengetahui dirinya takut. Dia tak mau membuat Trevor mengetahui bahwa mereka pernah bersama enam tahun lalu.Jadi, Tamara pun bersikap sebiasa mungkin.Dia tetap menyantap sarapannya dengan tenang.Trevor pun sepertinya berlaku sama, tetap makan dengan tenang.Meskipun begitu, Tamara menyadari tatapan Trevor yang diam-diam menjelajahi tubuhnya dari atas kepala hingga ke batas meja.Tamara tampak sederhana dan manis, dalam balutan dress deni
“Tuan, aku di sini untuk bekerja. Itu pun karena Nona Laurensia teramat baik padaku.”Tamara menegaskan pada Trevor ketika dia melihat kilatan hasrat di mata pria itu.Dia tak boleh membiarkan tindakan Trevor begitu saja. Memeluknya dari belakang lalu pria itu terlihat menginginkannya.Tamara takut, tapi dia tak boleh terlihat takut.Trevor tak boleh mengetahui dirinya pernah bersamanya enam tahun lalu.Di hadapannya, berdiri kaku Trevor yang tak tahu harus menjawab apa.Dia jelas sudah kehilangan kendali dirinya ketika dia menghirup aroma Tamara lalu memeluknya begitu saja.Mungkin aroma tubuh Tamara sudah mempengaruhinya lebih dari yang dia perkirakan sehingga dia kehilangan kendali dirinya untuk beberapa saat tadi.Sekarang, ketika pertanyaan Tamara menghadangnya dengan sorot mata terluka, Trevor merasa hatinya tak seberani tingkahnya tadi.Dia juga kehilangan kata-katanya.Selama ini, Trevor tak pernah bisa berbicara manis dengan para wanita. Pada akhirnya, Trevor menghirup napas d
“Ba- bagaimana bisa?” gumam Lady El ketika melihat bocah bernama Travish dengan kedua mata nyalangnya yang begitu persis dengan Trevor.Yang mengherankannya, wajah bocah lelaki ini sama persis dengan dua bocah perempuan tadi.Namun, di wajah bocah yang satu ini Lady El seperti melihat miniatur Trevor.Setiap lekukan wajahnya dan terutama tatapan mata bocah itu persis sama tajam dan sama kelam seperti sepasang mata milik Trevor.Benak wanita itu bertanya-tanya apakah bocah ini putra-nya Trevor?Tapi jika putranya Trevor, dia tak pernah mendengar gosip sama sekali jika Trevor pernah memiliki putra di luar pernikahan.Dan bukankah dia dinikahi Trevor demi Trevor bisa memiliki keturunan untuk mewarisi bisnis keluarga mereka?Lalu, jika bukan putranya Trevor, putra siapa bocah ini yang memiliki wajah persis Trevor? Apakah hanya keponakan saja?“Hei, bocah! Kau! Siapa namamu, bocah?” tanya Lady El setelah sekuat tenaga berusaha menepis tatapan nyalang Travish. Dia berusaha menunjukkan bahwa
Bruno hanya bisa menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal.Dia tak tahu harus menjawab apa.Memang sudah tak heran jika boss-nya suka keterlaluan dalam memerintah pekerjaan.Tapi siapapun yang bekerja di sana sudah tahu jelas, mereka betah di sana karena gaji yang besar.Jadi, tak pernah dalam sejarah ada yang pernah mengomel seperti Tamara.Baru kali ini.Padahal ... bukankah Boss sudah memberikan kompensasi? Libur lima hari, plus disediakan mobil dan driver untuk mengajak keluarga jalan-jalan?“Err ... Tamara ... aku rasa lebih baik kita kembali ke dapur. Sarapan ini bisa kau makan saja supaya tidak mubazir. Dan ya ... setidaknya dengan berangkatnya Tuan ke luar negeri, kau bisa pergi mengajak anak-anakmu jalan-jalan. Ya, kan?So ... nikmati saja ...”Bruno berusaha menghibur Tamara, walau dia tidak mengerti kenapa Tamara harus kesal.Dan beruntung bagi Bruno, Tamara sepertinya memahami apa yang disamp
Tamara bangun saat matahari belum bertugas di angkasa.Rasanya begitu gugup dengan perintah dan ancaman hukuman dari Signor Trevor, sampai-sampai Tamara tidak bisa tidur nyenyak malam harinya.Begitu bangun, wanita itu langsung mandi dan bersiap-siap. Meskipun udara terasa dingin menusuk di fajar buta seperti ini, Tamara tetap bertahan.Waktu baru pukul 04.10 ketika Tamara hendak meninggalkan paviliunnya dengan mantel panjang menutupi tubuhnya.Thea dan Tilly masih tidur nyenyak, terlalu lelah karena semalaman ikut menungguinya. Travish yang biasanya bangun pagi pun masih tertidur.Tapi Tamara yakin, setengah jam kemudian, Travish sudah akan bangun.“Aku pergi dulu, Bibi. Kalau ada bahan makanan yang habis, bisa dicatat. Kita akan mencari waktu untuk berbelanja,” kata Tamara.Bibi Beatrice mengangguk.“Juga untuk mendaftarkan sekolah anak-anak,” lanjut Tamara lagi.“Tentu, Tamara. Kau pergil
Tamara berjalan cepat keluar dari paviliun pohon yang arsitekturnya terasa menyatu dengan alam, sederhana, namun tetap modern dengan semua furnitur dan design interior-nya.Jika bukan karena sentimen pribadinya terhadap Trevor, menurut Tamara selera artistik pria itu sangat bagus.Tamara senang melihat keindahan paviliun, serta kamar yang ditempati pria itu.Namun itu hanya terjadi jika Trevor tidaklah membuatnya memiliki rasa sentimen pribadi.Kenyataannya, sangat berbalik.Langkah Tamara sampai mengentak karena kekesalan hatinya.Setelah meminta dibuatkan snack malam di waktu yang begitu larut, ketika akhirnya dengan effort yang dia paksakan dia berhasil membuat snack yang diminta, pria itu tiba-tiba mengatakan dia kenyang!Bagaimana Tamara tidak dongkol?Kedua telapak tangannya sampai menggenggam erat dengan hati menahan diri agar tidak memukul Trevor.Ya, memang dia takkan berani juga memukul boss-nya. Tapi tetap saja... andai dia bisa, andai mereka bukan atasan dan bawahan, Tamar
Lady El berjalan cepat menuju dapur. Dia harus menemukan Trevor.Di dapur, dia berharap menemukan Bruno atau Betty.Salah satu dari mereka pasti tahu kamar mana yang sekarang dipakai suaminya itu.Tapi ketika sampai di dapur, ruangan itu tidak berisi satu manusia pun.Lady El berdecak kesal.“Ke mana semua orang sih?”Dia seperti tidak ingat jika saat ini sudah tengah malam.Lalu ketika dia sedang diredam kesal, terdengar bunyi embusan angin yang terdengar mendesis.Lady El menoleh untuk memelototi dua bocah yang dianggapnya tak berbudi tadi.Tapi ternyata, tidak ada siapa-siapa di luar.Bahkan daun pohon pun tidak terlihat bergerak.Langit malam pun tidak terlalu berbintang sehingga suasana terasa suram. Lampu taman terasa minim. Entah karena Lady El baru pertama kali ini merasakan suasana malam di tempat ini, atau memang Trevor menghemat lampu taman.Tapi rasanya tidak mungkin dengan semua kekayaan Trevor dia masih menghemat lampu taman.Tapi kenapa rasanya lampu yang ada tidak cuku
Dua gadis kecil itu berceloteh dengan gerakan tangannya seakan-akan bertemu dengan Lady El adalah hal yang menyebalkan.Dan itu membuat Lady El semakin tak senang.Dia mendengus kesal.“Hei, kau meniruku? Jangan meniruku!” seru Lady El ketus.“Idiiih, siapa yang meniru Bibi?”“Tadi...! Kau meniru kalimatku!”“Aku tidak meniru! Lagian untuk apa meniru bibi? Kami jauh lebih imut dan menggemaskan daripada Bibi yang sudah menuju tua.”“Apa kau bilang? Apa mami kalian sudah tua juga? Aku sama mami kalian sama usia, tahu?!”Dua gadis kecil terlihat berpikir dengan serius lalu menjawab lagi. Tapi Thea seakan bicara pada Tilly.“Masa ya? Mami terlihat lebih muda dari bibi ini. Wajah mami glowing alami. Kalau bibi ini kan kayaknya penuh bedak.”“Eh, eh, eh, bocil saja kok bicara seenaknya sih? Kalian ini tidak tahu sopan santun!”“Lho ... bibi itu daritadi marah-marah saja. Kami kan hanya berbincang saja. Kenapa bibi harus marah?”“Kalau berbincang jangan membicarakan orang lain! Apalagi di had
“Tentu saja aku mempunyai keluarga! Kalau tidak mempunyai keluarga, apakah aku lahir dari batu?” sahut Tamara dengan susah payah menahan kedongkolannya.Tapi Trevor yang masih penasaran, terus bertanya,“Bukan itu maksudku. Tapi ... keluarga yang kau bentuk lewat pernikahan. Apa kau mempunyai suami dan anak? Kalau kau di sini bekerja seorang diri saja, kau tentu tidak keberatan jika lembur sampai fajar sekalipun, bukan?Tentu saja uang lembur akan aku bayarkan dalam jumlah besar. Kau bisa segera membeli rumah besar jika kau lembur tiap hari selama satu tahun.”Tamara nyaris melotot mendengar kata-kata Trevor. Bahkan otot di kepalanya sudah berdenyut kesal.“Lembur satu tahun? Kau mau membunuhku?” seru Tamara sampai-sampai dia lupa memanggil Trevor dengan Anda.“Aku bukan mau membunuhmu. Aku hanya bertanya, apakah kau punya keluarga sehingga merasa berat untuk lembur?Kau sepertinya ingin cepat pulang. Apa yang membuatmu ingin cepat pulang?”Tamara sampai berteriak dalam hatinya, bahwa
“Pelayan yang membawakan bahan-bahan ke sini?”Tamara merasa lemas lagi. Apa yang telah dia rencanakan demi membuat Thea dan Tilly menjauh dari paviliun Trevor sepertinya harus dia batalkan.Itu juga berarti dia harus berharap dalam hati saja agar Thea dan Tilly tidak sampai ke tempat ini dan Tuan Trevor tidak sampai melihat mereka.‘Tenang, Tamara. Tempat ini cukup tersembunyi. Ada di balik daun-daun pohon yang lebat.’Hati Tamara sedikit lebih tenang.Dia pun berkata, “Baiklah.”Sungguh Tamara pun merasa malas berdebat.Namun, justru itu yang membuat Trevor semakin kesal.Dia menggeram dalam hatinya. Jika memang tidak senang, kenapa tidak membantah?Ada rasa bahwa Trevor ingin membuat Tamara agar berdebat dengannya.Tapi Tamara menerima tanpa debat, Trevor pun terpaksa ikut diam.Sepuluh menit kemudian, pelayan telah tiba mengantarkan berbagai bahan makanan untuk membuat snack malam.Tamara menerimanya dan gegas menuju ke dapur.Sampai di sana, alangkah terkejutnya Tamara karena tern
Selesai mengetik, Trevor hendak menekan tombol send, tapi kemudian, dia ragu-ragu.Trevor menggeleng dan bergumam, “Tidak! Dia akan menertawakanku! Lagipula kenapa aku menulis menjadi kekasih? Aku bukan hendak menjadikan Tamara kekasih. Aku hanya ingin mendapatkan kepastian darinya, bahwa dia adalah wanita enam tahun lalu! Itu saja!”Trevor pun menghapus kembali ketikannya dan menutup ponsel dengan sentakan kesal.Di benaknya, dia memikirkan nama para capo regime lain yang bisa dia tanyakan. Selain Lucas, ada Lorenzo, Edoardo, juga Tomasso, dengan berbagai karakter yang berbeda-beda.Tapi pada akhirnya, Trevor tetap menggeleng. Dia tak yakin pada mereka semua. Yang ada malah dia yang akan ditertawakan. Lagipula, mereka tidak jauh berbeda darinya.Jadi, tidak mungkin dia bisa mendapatkan informasi istimewa dari mereka-mereka yang gaya hidupnya tak jauh berbeda dari dirinya.Tring! Ide lain pun muncul di benak Trevor.Pria itu membuka ponselnya lagi dan mengetik di kolom search goo-gle.
“Ma- maaf, aku tak sengaja sampai di sini. Tadi aku mencari-cari ruang kerja tapi malah nyasar ke sini.Di sini pemandangannya begitu indah sehingga aku tak sadar malah sudah di balkon ini. Maafkan aku, maafkan aku!” Tamara begitu cemas sampai berkali-kali meminta maaf, hingga wajahnya pun tertunduk menghindari tatapan TrevorTak diduga, pria itu malah menyahuti dengan santai. “Pemandangan di sini memang indah. Udaranya pun paling sejuk.”Dia bahkan ikut memandangi sekelilingnya.“Iy- iya.” Tamara menjawab lagi dengan ketakutan yang masih terdengar kental di nada suaranya. Namun entah mengapa, Tamara menyempatkan diri melirik ke arah Trevor, mencari kemarahan di wajah itu.Namun yang dia dapatkan, untuk pertama kalinya, raut wajah Trevor terlihat begitu santai sehingga ketampanannya memancar jauh lebih kuat dari biasanya. Tamara tanpa sadar terpukau akan ketampanan Trevor.Melihat Tamara menatapnya, Trevor jadi terheran. Wajahnya kembali serius dan terlihat mengerikan.Lekas Tamara me