maaf ya,. segini dulu. besok baru diusahakan 2 bab lagi / hari. love sekebon stroberi ...
Lady El kembali ke ruang makan. Di sana dia melihat ruangan sudah sepi tidak ada tanda-tanda baru saja dipakai makan bersama.Dari sini Lady El sungguh tidka mengetahui jika Trevor sudah muncul di ruang makan dan menyantap sarapan Tamara.Melihat kondisi ruangan yang sepi, dia pun mengambil interkom di dinding dan menghubungi dapur.“Ini Betty di dapur, ada yang bisa kubantu?”“Betty, ada Tamara di sana?”“Tentu saja, Lady. Sebentar.”Betty menyerahkan interkom pada Tamara yang baru saja sampai dan meletakkan piring-piring kotor ke wastafel piring.“Dari Lady El,” bisik Betty lewat gerakan bibirnya.Tamara mengeluh dalam hatinya. Mau apa wanita itu? Bukannya dia sudah pergi menemui bibinya?Tapi Tamara menuju interkom juga.“Halo, Lady, ada yang bisa kubantu?”Suara Lady El yang menyapanya langsung berubah. “Tamara!”“Ya?”“Apa kau sudah membereskan dan membersihkan ruang makan?”Tamara mengira Lady El meminta agar ruangan itu dibersihkan. Karena seingatnya ruangan itu tidaklah berant
“Hei, kamu jangan sok tahu ya! Aku tidak sedang bertengkar dengan suamiku!”Lady El berdecak kesal menahan kemarahannya. Bagaimana mungkin Tamara bisa menjadi semenyebalkan ini.“Oooh, benarkah? Kalau bukan bertengkar, terus kenapa ini seperti kapal pecah?”“Ya, mana kutahu! Dari awal aku datang tempat ini sudah berhamburan seperti ini! Justru menurutku, kamulah yang tidak bekerja!Setelah kamu dan Nona Laurensia makan bersama, masa kamu tidak terpikir untuk membereskan ini?Enak sekali ya! Mau makan gaji buta?”Tamara kesal hingga dia tak membalasnya lagi. Dia lebih baik bekerja daripada berdebat dengan wanita yang sudah pasti maunya menang sendiri.Yang pasti, segala respect-nya pada wanita itu hilang tak berbekas .Tamara gegas membereskan pecahan beling dari piring dan mangkuk yang ada. Dia membuangnya ke dalam kantong sampah, kemudian membersihkan semua tumpahan saos yang kini mulai menguarkan aroma tak sedap.Tamara terpaksa menahan napasnya saat membersihkan sisa-sisa saos yang
“Katakan! Siapa yang mengatakan itu tadi!” Suara besar Trevor seperti guntur yang menyekap Lady El dan melilitnya hingga wanita itu gemetar. “Aku ... aku ...” Lady El kehilangan kata-katanya. Tadinya dia masih ingin mengelak, mengatakan jika dia tidak mengatakan semua itu. Tapi jika dipikir-pikir, Trevor bisa mengulang ucapannya dengan benar pastilah karena pria itu sudah mendengar semuanya dengan jelas. Rasanya akan percuma baginya untuk menyangkal. Mengakuinya akan terlihat lebih baik. Apalagi pria itu sudah keburu marah seperti kilat yang menyambar-nyambar. Lady El akhirnya menunduk tak berani lagi membalas tatapan mata kelam dan tajam dari Trevor. Dia hanya berharap dengan tingkahnya seperti ini, Trevor mau melepaskannya. Dan tidak lagi membahas tentang hal ini. Tangan besar Trevor akhirnya meraih telepon di dinding dan menghubungi Bruno, asistennya. “Suruh dua pelayan ke sini!” Dengan kepatuhan tingkat dewa, Bruno menjawab tanpa bertanya, “Baik, Tuan!” Setelahnya, Trevo
Esok harinya Rodrigo dan Rosemary berangkat menuju negara tropis menikmati liburan yang sarat daya matahari.Sementara Trevor juga tidak pulang setelah kemarin siang memutuskan pergi untuk memantau klub-klub malamnya yang tersebar di seantero Milan.Dengan kosongnya Trevor di mansion, Lady El memiliki kesempatan untuk menikmati masakan Tamara dengan sesuka hatinya.“Siapkan makan siang untukku hari ini! Aku ingin empat menu makan siang yang berbahan dasar ayam, udang, ikan, juga daging sapi.Lalu jangan lupa harus ada salad dan buahnya.Jangan berikan aku spageti! Aku tidak ingin berlebihan kalori!”Tamara mendengar perintah itu saat telepon di paviliunnya berbunyi dan dia menjawabnya.“Apa segitu tidak terlalu banyak untuk dimakan seorang diri? Empat menu berbeda dengan empat macam bahan dasar.”“Eh, jangan bawel, ya! Kamu kan koki, kerjakan saja apa yang kusuruh! Sekalipun Trevor yang menggajimu, tapi aku sebagai istrinya diberi hak untuk menikmati hasil kerjamu. Sekarang, sajikan se
Dalam satu jam kemudian, Tamara berhasil menghasilkan empat menu utama seperti yang diminta Lady El.Sekarang, dia hanya perlu membuat hidangan penutup yang manis dan lezat.Entah kenapa, saat mendengar Chef Fedderico menyebut bahwa kemungkinan Lady El menyukai makanan manis, Tamara merasa wanita itu tidak menyukai keju yang asin.Tamara hanya teringat pada Darla yang begitu menyukai makanan manis dan wanita itu membenci keju.Jadi, Tamara ingin mencoba, siapa tahu Lady El juga memiliki selera makanan yang sama seperti Darla.Dia pun membuat strawberry and cream cheese cake untuk Lady El.Sedangkan empat menu masakan utama pun sudah dia sesuaikan dengan bumbu ‘ciptaan’nya sendiri.“Wow! Baunya begitu menggugah selera. Aku jadi lapar, Sayang.Padahal aku baru saja makan. Astaga, Tamara, begini kau bilang bukan chef profesional? Rasanya aku ingin kembali ke bangku sekolah dan belajar memasak lagi.
Bruno adalah tangan kanan Trevor di mansion. Dia selalu mendapat perintah langsung dari sang tuan.Saat ini, ketika dia melangkah pergi dari paviliun yang ditempati Lady El selama dua hari ini, ponsenya tiba-tiba berdering.Sebuah pesan masuk dari Trevor tertera di sana.Hatinya lega.Dia pun membacanya.[Biarkan Lady El menempati kamarku. Tapi pindahkan semua barangku ke paviliun pohon. Jangan beritahu siapapun tentang ini!]Bruno tersenyum ketika membaca ini.Ternyata tuannya selalu lebih cerdik.Paviliun pohon adalah paviliun yang dibangun Trevor ketika pria itu masih remaja.Letaknya tersembunyi dari sudut pandang mansion utama. Tempat itu juga berada di antara dua pohon besar yang paling tua di pekarangan mansion dan terletak dekat dengan sungai yang menjadi pemisah mansion utama dengan tempat tinggal Tamara.Yang paling penting, hanya Trevor dan Bruno saja yang mengetahui tempat ini.Bahkan pelayan se
Ting tong ting tong ...Sengaja Trevor membiarkan wanita itu cukup lama berdiri di depan sana, menunggui dirinya. Trevor ingin melihat bagaimana Tamara sebagaimana adanya.Sampai ketika Tamara terlihat semakin gugup, akhirnya Trevor menekan tombol ‘open’ di remote pintunya.Sreeeeet!Pintu di hadapan Tamara terbuka otomatis, membuat Tamara terlonjak kaget.Wanita itu juga memegangi jantungnya sebagai efek kagetnya.Trevor yang menyaksikan itu semua dari layar TV tanpa sadar menyunggingkan senyum samar.Tamara tampak melihat lagi kanan kiri, kemudian melongokkan kepala ke dalam paviliun.“Se- selamat malam, Tuan!” seru Tamara setengah berteriak.Dia tampak gugup tapi juga bingung.Trevor menebak Tamara pastilah sedang berpikir apakah harus masuk, atau tidak.Wanita aneh, kenapa harus seragu-ragu itu? Sudah disuruh datang, sudah dibukakan pintu, harusnya langsung saja masuk.
“Diam di situ, Tamara!” seru Trevor tiba-tiba sebelum langkah kaki Tamara melewati pintu ruang makannya. Suaranya cukup menyerupai bentakan.Tamara sontak langsung berhenti dan menjadi gugup. “Iy- iya, Tuan?”Trevor terlihat menghela napasnya.“Maksudku, jam kerjamu habis saat ini, jadi kau silakan makan malam. Di sini!Sekarang, ambil piring dan duduk makan di situ!”Kali ini Trevor mengatakan dengan detil segala perintahnya agar Tamara mengetahui dengan jelas apa yang dia inginkan.Tidak akan ada alasan lagi bagi Tamara untuk melarikan diri dari hadapannya kali ini.Tapi, wanita itu masih tidak membalik tubuhnya. Dia sibuk menyembunyikan gemetar tubuhnya dengan sebaik-baiknya.Semakin menghabiskan banyak waktu bersama Trevor, semakin Tamara takut bahwa dirinyalah wanita di ranjang Trevor enam tahun lalu terungkap.Karena itulah Tamara menjadi sangat gugup.Trevor
Bruno hanya bisa menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal.Dia tak tahu harus menjawab apa.Memang sudah tak heran jika boss-nya suka keterlaluan dalam memerintah pekerjaan.Tapi siapapun yang bekerja di sana sudah tahu jelas, mereka betah di sana karena gaji yang besar.Jadi, tak pernah dalam sejarah ada yang pernah mengomel seperti Tamara.Baru kali ini.Padahal ... bukankah Boss sudah memberikan kompensasi? Libur lima hari, plus disediakan mobil dan driver untuk mengajak keluarga jalan-jalan?“Err ... Tamara ... aku rasa lebih baik kita kembali ke dapur. Sarapan ini bisa kau makan saja supaya tidak mubazir. Dan ya ... setidaknya dengan berangkatnya Tuan ke luar negeri, kau bisa pergi mengajak anak-anakmu jalan-jalan. Ya, kan?So ... nikmati saja ...”Bruno berusaha menghibur Tamara, walau dia tidak mengerti kenapa Tamara harus kesal.Dan beruntung bagi Bruno, Tamara sepertinya memahami apa yang disamp
Tamara bangun saat matahari belum bertugas di angkasa.Rasanya begitu gugup dengan perintah dan ancaman hukuman dari Signor Trevor, sampai-sampai Tamara tidak bisa tidur nyenyak malam harinya.Begitu bangun, wanita itu langsung mandi dan bersiap-siap. Meskipun udara terasa dingin menusuk di fajar buta seperti ini, Tamara tetap bertahan.Waktu baru pukul 04.10 ketika Tamara hendak meninggalkan paviliunnya dengan mantel panjang menutupi tubuhnya.Thea dan Tilly masih tidur nyenyak, terlalu lelah karena semalaman ikut menungguinya. Travish yang biasanya bangun pagi pun masih tertidur.Tapi Tamara yakin, setengah jam kemudian, Travish sudah akan bangun.“Aku pergi dulu, Bibi. Kalau ada bahan makanan yang habis, bisa dicatat. Kita akan mencari waktu untuk berbelanja,” kata Tamara.Bibi Beatrice mengangguk.“Juga untuk mendaftarkan sekolah anak-anak,” lanjut Tamara lagi.“Tentu, Tamara. Kau pergil
Tamara berjalan cepat keluar dari paviliun pohon yang arsitekturnya terasa menyatu dengan alam, sederhana, namun tetap modern dengan semua furnitur dan design interior-nya.Jika bukan karena sentimen pribadinya terhadap Trevor, menurut Tamara selera artistik pria itu sangat bagus.Tamara senang melihat keindahan paviliun, serta kamar yang ditempati pria itu.Namun itu hanya terjadi jika Trevor tidaklah membuatnya memiliki rasa sentimen pribadi.Kenyataannya, sangat berbalik.Langkah Tamara sampai mengentak karena kekesalan hatinya.Setelah meminta dibuatkan snack malam di waktu yang begitu larut, ketika akhirnya dengan effort yang dia paksakan dia berhasil membuat snack yang diminta, pria itu tiba-tiba mengatakan dia kenyang!Bagaimana Tamara tidak dongkol?Kedua telapak tangannya sampai menggenggam erat dengan hati menahan diri agar tidak memukul Trevor.Ya, memang dia takkan berani juga memukul boss-nya. Tapi tetap saja... andai dia bisa, andai mereka bukan atasan dan bawahan, Tamar
Lady El berjalan cepat menuju dapur. Dia harus menemukan Trevor.Di dapur, dia berharap menemukan Bruno atau Betty.Salah satu dari mereka pasti tahu kamar mana yang sekarang dipakai suaminya itu.Tapi ketika sampai di dapur, ruangan itu tidak berisi satu manusia pun.Lady El berdecak kesal.“Ke mana semua orang sih?”Dia seperti tidak ingat jika saat ini sudah tengah malam.Lalu ketika dia sedang diredam kesal, terdengar bunyi embusan angin yang terdengar mendesis.Lady El menoleh untuk memelototi dua bocah yang dianggapnya tak berbudi tadi.Tapi ternyata, tidak ada siapa-siapa di luar.Bahkan daun pohon pun tidak terlihat bergerak.Langit malam pun tidak terlalu berbintang sehingga suasana terasa suram. Lampu taman terasa minim. Entah karena Lady El baru pertama kali ini merasakan suasana malam di tempat ini, atau memang Trevor menghemat lampu taman.Tapi rasanya tidak mungkin dengan semua kekayaan Trevor dia masih menghemat lampu taman.Tapi kenapa rasanya lampu yang ada tidak cuku
Dua gadis kecil itu berceloteh dengan gerakan tangannya seakan-akan bertemu dengan Lady El adalah hal yang menyebalkan.Dan itu membuat Lady El semakin tak senang.Dia mendengus kesal.“Hei, kau meniruku? Jangan meniruku!” seru Lady El ketus.“Idiiih, siapa yang meniru Bibi?”“Tadi...! Kau meniru kalimatku!”“Aku tidak meniru! Lagian untuk apa meniru bibi? Kami jauh lebih imut dan menggemaskan daripada Bibi yang sudah menuju tua.”“Apa kau bilang? Apa mami kalian sudah tua juga? Aku sama mami kalian sama usia, tahu?!”Dua gadis kecil terlihat berpikir dengan serius lalu menjawab lagi. Tapi Thea seakan bicara pada Tilly.“Masa ya? Mami terlihat lebih muda dari bibi ini. Wajah mami glowing alami. Kalau bibi ini kan kayaknya penuh bedak.”“Eh, eh, eh, bocil saja kok bicara seenaknya sih? Kalian ini tidak tahu sopan santun!”“Lho ... bibi itu daritadi marah-marah saja. Kami kan hanya berbincang saja. Kenapa bibi harus marah?”“Kalau berbincang jangan membicarakan orang lain! Apalagi di had
“Tentu saja aku mempunyai keluarga! Kalau tidak mempunyai keluarga, apakah aku lahir dari batu?” sahut Tamara dengan susah payah menahan kedongkolannya.Tapi Trevor yang masih penasaran, terus bertanya,“Bukan itu maksudku. Tapi ... keluarga yang kau bentuk lewat pernikahan. Apa kau mempunyai suami dan anak? Kalau kau di sini bekerja seorang diri saja, kau tentu tidak keberatan jika lembur sampai fajar sekalipun, bukan?Tentu saja uang lembur akan aku bayarkan dalam jumlah besar. Kau bisa segera membeli rumah besar jika kau lembur tiap hari selama satu tahun.”Tamara nyaris melotot mendengar kata-kata Trevor. Bahkan otot di kepalanya sudah berdenyut kesal.“Lembur satu tahun? Kau mau membunuhku?” seru Tamara sampai-sampai dia lupa memanggil Trevor dengan Anda.“Aku bukan mau membunuhmu. Aku hanya bertanya, apakah kau punya keluarga sehingga merasa berat untuk lembur?Kau sepertinya ingin cepat pulang. Apa yang membuatmu ingin cepat pulang?”Tamara sampai berteriak dalam hatinya, bahwa
“Pelayan yang membawakan bahan-bahan ke sini?”Tamara merasa lemas lagi. Apa yang telah dia rencanakan demi membuat Thea dan Tilly menjauh dari paviliun Trevor sepertinya harus dia batalkan.Itu juga berarti dia harus berharap dalam hati saja agar Thea dan Tilly tidak sampai ke tempat ini dan Tuan Trevor tidak sampai melihat mereka.‘Tenang, Tamara. Tempat ini cukup tersembunyi. Ada di balik daun-daun pohon yang lebat.’Hati Tamara sedikit lebih tenang.Dia pun berkata, “Baiklah.”Sungguh Tamara pun merasa malas berdebat.Namun, justru itu yang membuat Trevor semakin kesal.Dia menggeram dalam hatinya. Jika memang tidak senang, kenapa tidak membantah?Ada rasa bahwa Trevor ingin membuat Tamara agar berdebat dengannya.Tapi Tamara menerima tanpa debat, Trevor pun terpaksa ikut diam.Sepuluh menit kemudian, pelayan telah tiba mengantarkan berbagai bahan makanan untuk membuat snack malam.Tamara menerimanya dan gegas menuju ke dapur.Sampai di sana, alangkah terkejutnya Tamara karena tern
Selesai mengetik, Trevor hendak menekan tombol send, tapi kemudian, dia ragu-ragu.Trevor menggeleng dan bergumam, “Tidak! Dia akan menertawakanku! Lagipula kenapa aku menulis menjadi kekasih? Aku bukan hendak menjadikan Tamara kekasih. Aku hanya ingin mendapatkan kepastian darinya, bahwa dia adalah wanita enam tahun lalu! Itu saja!”Trevor pun menghapus kembali ketikannya dan menutup ponsel dengan sentakan kesal.Di benaknya, dia memikirkan nama para capo regime lain yang bisa dia tanyakan. Selain Lucas, ada Lorenzo, Edoardo, juga Tomasso, dengan berbagai karakter yang berbeda-beda.Tapi pada akhirnya, Trevor tetap menggeleng. Dia tak yakin pada mereka semua. Yang ada malah dia yang akan ditertawakan. Lagipula, mereka tidak jauh berbeda darinya.Jadi, tidak mungkin dia bisa mendapatkan informasi istimewa dari mereka-mereka yang gaya hidupnya tak jauh berbeda dari dirinya.Tring! Ide lain pun muncul di benak Trevor.Pria itu membuka ponselnya lagi dan mengetik di kolom search goo-gle.
“Ma- maaf, aku tak sengaja sampai di sini. Tadi aku mencari-cari ruang kerja tapi malah nyasar ke sini.Di sini pemandangannya begitu indah sehingga aku tak sadar malah sudah di balkon ini. Maafkan aku, maafkan aku!” Tamara begitu cemas sampai berkali-kali meminta maaf, hingga wajahnya pun tertunduk menghindari tatapan TrevorTak diduga, pria itu malah menyahuti dengan santai. “Pemandangan di sini memang indah. Udaranya pun paling sejuk.”Dia bahkan ikut memandangi sekelilingnya.“Iy- iya.” Tamara menjawab lagi dengan ketakutan yang masih terdengar kental di nada suaranya. Namun entah mengapa, Tamara menyempatkan diri melirik ke arah Trevor, mencari kemarahan di wajah itu.Namun yang dia dapatkan, untuk pertama kalinya, raut wajah Trevor terlihat begitu santai sehingga ketampanannya memancar jauh lebih kuat dari biasanya. Tamara tanpa sadar terpukau akan ketampanan Trevor.Melihat Tamara menatapnya, Trevor jadi terheran. Wajahnya kembali serius dan terlihat mengerikan.Lekas Tamara me