“Di sini ruang makan mereka. Ini berbeda dari ruang makan utama. Biasanya di sini hanya Tuan yang makan sendirian.
Tapi tuan jarang makan di sini. Dia bahkan jarang makan di rumah, kecuali ada acara penting di rumah.”
Tamara ikut melangkah masuk ke dalam ruang makan yang berhubungan dengan dapur.
Tempat itu bernuansa modern, minimalis, dan tetap terasa maskulinitasnya dengan dinding dan lantai serta furnitur didominasi dengan warna serba coklat dengan berbagai degradasi warna.
“Mungkin sekarang tuan akan lebih sering makan di sini, karena sudah memiliki istri. Jadi ada teman makan,” kata Tamara sambil mengatur letak piring dan menu yang sudah dia bawa.
Betty tersenyum sambil berkata, “Iya, mungkin.” Tapi dalam hatinya dia tak yakin, mengingat interaksi Trevor dan Lady El se-gersang itu.
“Oh ya, di sana dapur. Kalau kamu sampai diminta memasak di sana, tinggal hubungi dapur utama untuk membawakanmu ba
Tamara menatap terkejut pada Lady El-May.Rasanya baru kemarin dia lega tidak perlu berinteraksi dengan pelanggan seperti Lady El ini. Tapi kini pelanggan sulit ini malah menjadi atasannya?Sedangkan wanita di hadapannya yang tadinya sedang duduk di kursi meja makan, ikut membelalak lebar ketika menatap Tamara.Lady El langsung bangkit berdiri.“Ke- ke- kenapa dia bisa ada di sini?” tanyanya marah.Sedangkan Laurensia langsung menjawabnya meski kebingungan. “Dia adalah koki pribadi yang kubilang makanannya luar biasa lezat itu.”“Dia? Tidak mungkin!”Yang dia cari adalah cheff pribadi, bukan Tamara.Lagipula, darimana Tamara bisa memasak? Ini tidak masuk akal!“Kenapa tidak mungkin? Apakah kau mengenalnya sebelum ini?”“Dia? Tidak! Tapi sebelum ini dia adalah asisten butik! Kenapa bisa tiba-tiba menjadi koki?!” seru Lady El lagi tanpa merasa perlu menahan marahnya di depan Laurensia lagi.Tatapannya nyalang terhadap diri Tamara, dari atas hingga ke bawah, lalu kembali ke atas dengan si
Ketika Trevor terbangun di kamarnya, dia masih merasakan kekesalannya.Sekalipun fasilitas kamar ini sama seperti kamarnya, tetap saja tidak terasa sama.Dia tidak seharusnya pindah dari kamarnya sendiri.Hatinya menyesalkan keputusannya yang menjadikan kamarnya sebagai kamar pengantin.Dia tidak seharusnya membiarkan Lady El tidur di sana.Trevor pun memanggil Betty.“Ya, Tuan?”“Siapkan satu kamar spesial untuk menjadi kamar pengantin. Aku mau paviliunku yang lama untuk diriku sendiri. Katakan saja pada El-May jika kamar itu bocor atau rusak atau apa. Buat dia mau pindah dari sana!”“Baik, Tuan.”“Oh, satu lagi ... kalian sudah membeli stroberi yang kuminta?”“Iya, Tuan. Apa mau disantap saat sarapan?”Trevor menggeleng. “Tidak, tidak. Stroberi-stroberi itu ... Taruh beberapa keranjang kecil stroberi segar di sudut-sudut paviliunku. Pokoknya setiap ruangan ada stroberinya.”“Baik, Tuan.” Sekalipun heran, Betty tak berani membantah.Trevor lalu membersihkan dirinya sebelum keluar dari
“Kenapa kau melihatku seperti ini? Apa kau tak percaya? Kalau tak percaya ayo kita sarapan bersama. Kebetulan sarapanmu baru disajikan tapi istrimu itu harus segera pergi.”“Dia sudah pergi?” tanya Trevor dengan hati senang, berpura-pura tidak melihat kepergian Lady El tadi.“Iya! Dia bilang baru teringat dia ada janji dengan bibinya.”“Janji dengan bibinya?” Trevor terheran-heran. Sepengakuan El-May, dia sebatang kara dan tidak memiliki kerabat lain.“Iya, dia bilang bibinya. Kenapa?”Trevor menggeleng sehingga Laurensia pun berkata lagi,“Sudah, jangan banyak bicara lagi. Cepatlah coba ini.”Trevor pun diam tapi dia melangkah menuju kursi.Tamara semakin merasa tertekan karena Trevor duduk di antara dia dan Laurensia. Di bagian pangkal meja.Aura Trevor kembali menyelimutinya dan membawa ingatan masa lalu yang terasa mendominasi. Kenangan betapa liar mereka malam itu membuat Tamara tertekan rasa malu dan depresi.
“Maaf semuanya, aku dihubungi boss tiranku yang menyebalkan. Aku harus pergi. Maaf, ya. Kalian lanjutkan saja sarapannya.”Laurensia yang tiba-tiba mendapatkan pesan di ponselnya langsung memberitahu dengan terburu-buru.Dia cepat-cepat minum kopinya, lalu beranjak pergi juga dengan terburu-buru.Dalam sekejap saja, tinggallah Tamara berdua saja dengan Trevor.Situasi ini sungguh membuat Tamara tertekan.Dia ingin pergi, tapi tidak berani. Dia tak mau membuat Trevor mengetahui dirinya takut. Dia tak mau membuat Trevor mengetahui bahwa mereka pernah bersama enam tahun lalu.Jadi, Tamara pun bersikap sebiasa mungkin.Dia tetap menyantap sarapannya dengan tenang.Trevor pun sepertinya berlaku sama, tetap makan dengan tenang.Meskipun begitu, Tamara menyadari tatapan Trevor yang diam-diam menjelajahi tubuhnya dari atas kepala hingga ke batas meja.Tamara tampak sederhana dan manis, dalam balutan dress deni
“Tuan, aku di sini untuk bekerja. Itu pun karena Nona Laurensia teramat baik padaku.”Tamara menegaskan pada Trevor ketika dia melihat kilatan hasrat di mata pria itu.Dia tak boleh membiarkan tindakan Trevor begitu saja. Memeluknya dari belakang lalu pria itu terlihat menginginkannya.Tamara takut, tapi dia tak boleh terlihat takut.Trevor tak boleh mengetahui dirinya pernah bersamanya enam tahun lalu.Di hadapannya, berdiri kaku Trevor yang tak tahu harus menjawab apa.Dia jelas sudah kehilangan kendali dirinya ketika dia menghirup aroma Tamara lalu memeluknya begitu saja.Mungkin aroma tubuh Tamara sudah mempengaruhinya lebih dari yang dia perkirakan sehingga dia kehilangan kendali dirinya untuk beberapa saat tadi.Sekarang, ketika pertanyaan Tamara menghadangnya dengan sorot mata terluka, Trevor merasa hatinya tak seberani tingkahnya tadi.Dia juga kehilangan kata-katanya.Selama ini, Trevor tak pernah bisa berbicara manis dengan para wanita. Pada akhirnya, Trevor menghirup napas d
“Ba- bagaimana bisa?” gumam Lady El ketika melihat bocah bernama Travish dengan kedua mata nyalangnya yang begitu persis dengan Trevor.Yang mengherankannya, wajah bocah lelaki ini sama persis dengan dua bocah perempuan tadi.Namun, di wajah bocah yang satu ini Lady El seperti melihat miniatur Trevor.Setiap lekukan wajahnya dan terutama tatapan mata bocah itu persis sama tajam dan sama kelam seperti sepasang mata milik Trevor.Benak wanita itu bertanya-tanya apakah bocah ini putra-nya Trevor?Tapi jika putranya Trevor, dia tak pernah mendengar gosip sama sekali jika Trevor pernah memiliki putra di luar pernikahan.Dan bukankah dia dinikahi Trevor demi Trevor bisa memiliki keturunan untuk mewarisi bisnis keluarga mereka?Lalu, jika bukan putranya Trevor, putra siapa bocah ini yang memiliki wajah persis Trevor? Apakah hanya keponakan saja?“Hei, bocah! Kau! Siapa namamu, bocah?” tanya Lady El setelah sekuat tenaga berusaha menepis tatapan nyalang Travish. Dia berusaha menunjukkan bahwa
Lady El kembali ke ruang makan. Di sana dia melihat ruangan sudah sepi tidak ada tanda-tanda baru saja dipakai makan bersama.Dari sini Lady El sungguh tidka mengetahui jika Trevor sudah muncul di ruang makan dan menyantap sarapan Tamara.Melihat kondisi ruangan yang sepi, dia pun mengambil interkom di dinding dan menghubungi dapur.“Ini Betty di dapur, ada yang bisa kubantu?”“Betty, ada Tamara di sana?”“Tentu saja, Lady. Sebentar.”Betty menyerahkan interkom pada Tamara yang baru saja sampai dan meletakkan piring-piring kotor ke wastafel piring.“Dari Lady El,” bisik Betty lewat gerakan bibirnya.Tamara mengeluh dalam hatinya. Mau apa wanita itu? Bukannya dia sudah pergi menemui bibinya?Tapi Tamara menuju interkom juga.“Halo, Lady, ada yang bisa kubantu?”Suara Lady El yang menyapanya langsung berubah. “Tamara!”“Ya?”“Apa kau sudah membereskan dan membersihkan ruang makan?”Tamara mengira Lady El meminta agar ruangan itu dibersihkan. Karena seingatnya ruangan itu tidaklah berant
“Hei, kamu jangan sok tahu ya! Aku tidak sedang bertengkar dengan suamiku!”Lady El berdecak kesal menahan kemarahannya. Bagaimana mungkin Tamara bisa menjadi semenyebalkan ini.“Oooh, benarkah? Kalau bukan bertengkar, terus kenapa ini seperti kapal pecah?”“Ya, mana kutahu! Dari awal aku datang tempat ini sudah berhamburan seperti ini! Justru menurutku, kamulah yang tidak bekerja!Setelah kamu dan Nona Laurensia makan bersama, masa kamu tidak terpikir untuk membereskan ini?Enak sekali ya! Mau makan gaji buta?”Tamara kesal hingga dia tak membalasnya lagi. Dia lebih baik bekerja daripada berdebat dengan wanita yang sudah pasti maunya menang sendiri.Yang pasti, segala respect-nya pada wanita itu hilang tak berbekas .Tamara gegas membereskan pecahan beling dari piring dan mangkuk yang ada. Dia membuangnya ke dalam kantong sampah, kemudian membersihkan semua tumpahan saos yang kini mulai menguarkan aroma tak sedap.Tamara terpaksa menahan napasnya saat membersihkan sisa-sisa saos yang
Ketika hati Trevor geram dengan kata-kata Tilly dan Thea, pikiran Tamara malah mengembara sedikit jauh.Dia teringat beberapa kali Thea dan Tilly selalu mengungkapkan keinginan mereka untuk memiliki ayah.Mereka iri melihat anak-anak lain bermain bersama ayah mereka, jalan-jalan besama ayah mereka.Anak-anak yang mempunyai ayah pun memiliki rutinitas menyambut sang ayah pulang kerja.Ini adalah hal-hal yang tak pernah mereka rasakan.Yang mereka sambut sepulang kerja hanyalah dirinya, sang mommy. Tapi mereka belum pernah menyambut sang ayah.Juga ketika anak-anak lain bisa merengek minta dibelikan es krim pada ayah mereka. Beberapa kali Tamara sempat melihat tatapan anak-anaknya itu ke arah para ayah yang menggandeng tangan anak-anak mereka saat jalan-jalan, lalu membelikan es krim, dan berjongkok memberikan es krim itu keapda anaknya.Adegan seperti itu mungkin adalah adegan kecil bagi anak-anak lainnya, tapi bagi mereka, mereka sangat merindukan adegan sederhana seperti itu.Namun,
Tatapan Trevor beralih dari wajah tesoro-nya, lalu pakaian yang berjejer rapi, lalu berakhir di Tamara.Tatapannya pun berubah dari hangat ke dingin dan tajam. “Sebagai ayah mereka, aku ingin memberikan sesuatu yang berkelas. Yang elegan. Yang tidak bisa kau berikan pada mereka. Karena mereka adalah bagian dari The Kozlov. Mereka adalah Tesoro-ku.”Trevor mengangkat dagu pertanda dia sangat puas akhirnya bisa mengucapkan kata-katanya itu. Terlebih lagi saat dilihatnya wajah Tamara tampak tersinggung, hatinya dipenuhi kepuasan yang menyebar seperti partikel parfum yang disemprotkan.Trevor sampai tak menyadari bahwa lima wajah di hadapannya, termasuk Bibi Beatrice, terlihat mematung.“Aku hanya berharap kalian menerimanya dengan senang hati,” kata Trevor lagi sambil menatap wajah ketiga triplets.Seakan dia tidak pernah mengatakan kata-kata yang menyakiti hati mommy mereka.Keadaan masih sunyi berdetik-detik lamanya.Sampai kemudian, Travish yang akhirnya bicara. Suaranya datar dan ta
Mendengar celetukan sinis dari entah Thea atau Tilly, untuk pertama kalinya, senyum tipis di bibir Trevor berthan lebih lama dari seharusnya.Biar bagaimana pun karena yang mengatakan hal seperti ini adalah darah dagingnya yang masih kecil, maka bagi Trevor kata-kata itu lucu. Menggemaskan.“Aku ke sini mau menyapa kalian. Menengok kalian. Sudah lama kita tak berjumpa.”Bulu mata panjang nan lentik itu mengerjap cepat lagi.“Paman tidak salah bicara? Menengok kami? Kenapa? Untuk apa?”“Ya ... supaya kalian ... tidak marah lagi.”Entah Thea atau Tilly di depannya itu, tapi wajah itu kini memicing tak suka.Kemudian dari arah dalam terdengar suara Tamara bertanya, “Tilly ... siapa yang datang?”“Eh ... In- ini, Mommy ... ada ... err ...”Sebelah alis Trevor naik setingkat melihat Tilly yang susah payah mencari kata yang tepat untuk menyebutkan dirinya. Dan dia ingin tahu, apa yang akan disebutkan gadis kecilnya itu.“Siapa, Tilly? Kalau tidak kenal cepat tutup pintu!”“Eh, iya, Mommy. I
Trevor memelototi foto-foto itu dan nyaris meremukkan ponselnya.Dia begitu kesal dan marah.Siapa lelaki lemah- letih- lesu di dalam foto bersama Tamara ini?Mengapa lelaki itu ada bersama Tamara? Bahkan mengantar triplet ke sekolah?Sialan!Bahkan jemarinya yang gemulai singgah di pundak Tamara.Dia tak bisa menahan kemarahannya lagi.Trevor pun segera mempercepat menyusun pakaiannya dalam koper, lalu menelpon Boris agar menyewakannya kamar hotel terbaik di kota itu.Setelah itu, Trevor gegas menuju garasi mobil dan demi sampai di tempat Tamara secepat mungkin, Trevor memilih Koenigsegg Jesko Absolut.Mobil sport berdesign mewah dan elegan serta maskulin ini merupakan mobil tercepat yang mampu melaju dengan kecepatan 499km/jam.Sudah pasti niat Trevor tiba secepat kilat di tempat Tamara.Tapi begitu dia masuk, dia teringat lagi dengan pakaian-pakaian Triplet.Trevor pun mengarahkan mobil ke sebuah pusat perbelanjaan terlebih dahulu. ***Hanya butuh tiga puluh menit saja untuk
Di tempat tinggal Tamara yang baru ....“Ayo bangun! Hari ini hari pertama kalian sekolah, bukan?”Mendengar sang mommy mengatakan sekolah, Thea dan Tilly langsung membuka mata dan menegakkan tubuh.“Kami akan segera siap, Baginda Ratu Tercantik dan Terbaik Hati Sejagad Raya!” seru Thea dan Tilly bersamaan, membuat Tamara tersenyum geli melihat tingkah mereka.Travish bangun tak lama kemudian dengan kesunyian dari dirinya. Dia tak bersuara dan langsung bersiap.Tiga puluh menit kemudian, triplet sudah siap dan hanya perlu sarapan.“Ayo ini sarapan kalian. Hari ini kita akan menaiki kereta gantung untuk tiba di sekolah kalian. Jadi, kalian harus kenyang agar kuat berjalan jauh dan naik turun tangga.”“Tentu saja kami kuat, Mommy! Jangan khawatir. Anak-anak mommy ini tangguh dan energik, jadi tidak mungkin kami kelelahan hanya karena jalan jauh.”“Good! Itu yang ingin mami dengar.”Ketika mereka baru saja duduk dan hendak mulai makan, bell pintu berbunyi.“Mommy ... mungkin itu paman ba
“Pak tua, kau terlalu cemas. Tidak perlu kau pikirkan kalau masalah itu. Aku bisa mengurusnya sendiri!”Trevor jadi ketus karena selalu ditagih ayahnya.Tentu saja dia sangat berniat menjadi daddy.Dia bahkan berbunga-bunga membayangkan dirinya menjadi daddy dari tiga triplets yang sifatnya bervariatif itu.Tapi karena mereka tak mau menerimanya, Trevor merasakan hatinya perih. Bagai ada serpihan kayu tipis yang menetap di dalam daging hatinya.Tak terlihat, tapi menimbulkan perih yang teramat sangat. Bahkan bisa jadi mematikan.Trevor masih terus berusaha keras melepaskan diri rasa periih itu. Dan selama itu juga, dia sengaja tidak mencari Tamara dan Triplet.Tapi bukan berarti dia tidak khawatir akan keberadaan Tamara dan Triplet.Dia telah mengutus pasukan khusus -Ombra Nera- yang berisikan lima tentara terbaik dan terlatihnya, u ntuk mencaritahu di mana keberadaan Tamara dan triplet sekarang ini.Mereka sudah menemukan kota tempat Tamara pindah dan hanya perlu mencaritahu aparteme
Darla menangis di hadapan Rodrigo dan Rosemary. Dia menangis tersedu-sedu.Kedua orang tua Trevor itu sampai merasa bersalah dan tak tahu apa yang harus mereka lakukan.“Menantuku, jangan menangis lagi. Kami bisa memberimu uang setelah kau bercerai dengan Trevor.”Darla terdiam. Bahkan tangisnya pun terdiam. “Uang? Aku tidak ingin uang. Aku ingin pengakuan anakku. Aku istri sahnya, kenapa dia memperlakukanku seperti ini?”“Kami pun tidak mengerti. Tapi yang tadi dia katakan, bahwa kau menipunya, hal tentang apa itu?”“Eh?” Darla kembali terdiam. Dia bahkan tak sanggup menjawabnya lagi.Memang dia menipu Trevor, tapi semua itu gara-gara Vicco. Jika bukan Vicco membujuknya untuk mengakui diri sebagai Tamara, tidak mungkin dia akan berani melakukan ini semua.“It- itu ... Trevor hanya salah paham, Suocero.”“Oh, kalau begitu, aku akan mencoba bicara pada Trevor. Ya, setidaknya jika memang kau mengandung cucu kami, kami akan memastikan Trevor tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai seor
Drrrttt drrrrtttt drrrtttttPonsel Trevor bergetar-getar ketika pria itu sedang berdiri kaku menatap pepohonan pinus di sekelilingnya.Tidak ada lampu di sana.Pencahayaan hanya berdasarkan rembulan di langit.Angin dingin menusuk tapi Trevor seperti tidak bisa merasakan semua itu.Pandangannya hanya menyesapi kegelapan di sekelilingnya.Ini seperti yang terjadi 6 tahun lalu di kamar hotel. Ruangan yang temaram hanya ada aroma stroberi Tamara yang begitu membuai.Jika saat itu Tamara yang berada dalam kegelapan seperti ini, kali ini dirinya yang dikelilingi gelap malam yang pekat.Bagaimana tidak ... Tamara pergi dengan membawa triplet untuk ke dua kalinya.Semua terasa bagaikan dejavu bagi Trevor. Namun dejavu ini berupa pukulan telak.Setelah dia mengetahui bahwa triplet darah dagingnya, bahkan setelah seluruh keluarganya tahu tentang keberadaan triplet, Tamara kembali membawa triplet pergi.Pukulan kali ini menohok sampai menembus ulu hatinya.Jantung hatinya terasa robek dan berlu
“Kau masih di sini?”Rodrigo baru selesai menyantap makan malam hendak menuju toilet.Dia keluar dari ruang makan dan menemukan Trevor bersandar di pagar balkon sambil melamun.Suara ayahnya membuat Trevor menoleh.“Ya ... kenapa memangnya?”“Kenapa? Kau tidak membawa anak-anakmu kembali ke sini?”“Mereka dengan mommy mereka.”“Lalu? Kenapa kau di sini?”Trevor tidak menjawab. Dia kembali melempar pandangannya jauh ke pekarangan depan rumah.Sudah lima belas menit lamanya dia begini. Hanya melamun ditemani angin malam.“Mereka sudah lima tahun. Lima tahun lamanya aku tidak tahu mereka ada. Lima tahun lamanya aku tidak pernah muncul di hadapan mereka.Lima tahun lamanya mereka harus menjalani hari-hari mereka tanpa ayah.Sekarang aku tiba-tiba tahu dan memaksa untuk masuk dalam kehidupan mereka, tentulah mereka sulit menerimaku.Bagi mereka, aku hanyalah orang luar. Tidak berarti apa-apa untuk mereka. Apalagi Travish sangat membenciku.”Rodrigo terkejut mendengar ucapan Trevor.Baru ini