TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 20Episode : Perseteruan MematikanKali ini Mahmud mampu mengimbangi serangan demi serangan yang dilancarkan oleh Targa. Tidak seperti halnya dulu, begitu mudah dipecundagi hanya dengan beberapa jurus. Bahkan sesekali terjangan laki-laki tersebut hampir saja mencelakai putra tunggal Abah Langga bersama kepal tinjunya yang mengarah pada titik-titik membahayakan.“Huaaa!” seru Targa tampak kaget seraya mundur untuk menghindari jurus yang dilancarkan oleh Mahmud.Beberapa saat keduanya bergeming dalam jarak yang agak berjauhan. Tentu saja masih dengan posisi kuda-kuda siaga.“He-he ….,” kekeh Mahmud disertai sorot mata mengejek. “Terkejut kau, Targa? Huh, baru tahu ya, sekarang aku bukanlah seorang kawanmu yang dulu. Itu belum seberapa. Aku masih menyimpan banyak sisa jurus dan tenaga untuk melumpuhkanmu, Kawan.”Targa membalas taTRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 21Episode : Pengadilan Bunga dan Syaiful“ … Dan sampai kini, kau masih membenciku karena alasan itukah, Mahmud?” tanya Abah Targa pada sosok Juragan Mahmud di atas tempat tidur. “Sudahlah, sekarang kita sudah sama-sama tua. Tidak ada lagi yang patut dicemburui satu dengan lain, Kawan.” Dia menggeser duduk lebih mendekat kini. “Kau sudah memiliki kehidupanmu sendiri dan pernah berbahagia bersama Sumiarsih, sampai kemudian … terlahirlah anakmu Bunga. Sedangkan aku ….?” Tetua Adat Kampung Sarawu tersebut tersenyum getir. “ … Aku memilih untuk tidak menikah seumur hidupku, tiada lain … karena—”“Karena kau masih mencintai Warsih. Begitu ‘kan, Targa?” tukas Juragan Mahmud menegaskan. Kali ini dia memutar kepala untuk beradu tatap dengan sosok di sampingnya tersebut.Lagi-lagi Abah Targa tersenyum getir. Sebenarnya dia sudah mulai enggan melayani percakapan bekas sahabatnya itu. Dirasa se
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzaBagian : 23Episode : Duka Pilu Seorang Sumiarsih“Ayah ….?” Bunga bergumam usai melirik Bi Enok di samping. Dibalas oleh sosok wanita tua tersebut, “Iya, Neng. Itu Juragan. Ayahnya Eneng. Ada apa dengan beliau?”Gadis cantik berusia 23 tahun itu bermaksud bangkit dari duduk untuk melihat-lihat kondisi Juragan Mahmud di kamar, tapi tangan Bi Enok lekas menahan. “Biar saya saja yang memeriksa keadaan beliau, Neng.”“T-tapi, Bi, saya ….”“Tetaplah di sini, Neng. Saya mohon,” imbuh kembali sosok pembantu tersebut meminta anak majikannya itu untuk tetap terdiam di tempat. “Saya khawatir, Juragan masih belum berkenan untuk menerima kehadiran Neng Bunga di kamar.”Bunga mendesah berat. Rongga pernapasannya dirasa sesak. Hingga sejauh ini, Juragan Mahmud memang belum mau bertemu serta berbicara lagi dengan anak semata wayangnya tersebut. Entah sampai kapan. Mungkin hingga tiba acar
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 23Episode : Pertanyaan Yang Tidak Kunjung TerjawabBi Enok merasa bahwa percakapannya dengan Juragan Sumiarsih pada hari itu adalah merupakan sebuah pertanda khusus. Entah apa yang akan terjadi pada sosok istri dari Juragan Mahmud tersebut di kemudian hari. Namun yang pasti, perubahan drastis pun mulai tertampak pada perempuan tersebut hanya dalam kurun waktu beberapa bulan saja.“Juragan ….,” kata Bi Enok suatu ketika. Menyengaja masuk ke dalam kamar untuk melihat kondisi majikan perempuannya tersebut. Dia menyaksikan, sosok Sumiarsih sedang terduduk menyandar di atas tempat tidur. Mengenakan pakaian yang tampak seperti kebesaran, longgar membungkus badan kurus laksana tulang berbalut kulit.Hingga tiga kali pembantu rumah tangga itu memanggil-manggil, setelah itu barulah Jur
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 24Episode : Perdamaian Ayah dan Anak“Bi!” panggil Juragan Mahmud.Sosok pembantu tua itu menoleh dan mendapati kelopak mata majikannya membulat besar, menggidikkan. Seketika dia pun langsung menunduk dalam-dalam.“E-eh … i-iya, Juragan,” sahut Bi Enok terbata-bata antara kaget dan takut. “Juragan memanggil s-saya? Eh, b-bukan itu. Maksudnya … a-ada yang bisa saya bantu, Juragan?” Dia menghaturkan sembah maaf, lantas terdiam menunggu jawaban dari yang bersangkutan.Terdengar deham kecil dari sosok di atas ranjang, kemudian lanjut berkata, “Tiga kali aku memanggil. Bi Enok melamun?” Yang ditanya menggeleng-geleng risau. “Kamu sedang mikir apa, Bi?” Juragan Mahmud terus menerus memandanginya dengan lekat.Kembali Bi Enok mengangkat dan merapatkan kedua tangan di depan dada. “Tidak, Juragan. S-saya hanya ingin … lekas member
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 25Episode : Rahasia Di Antara Dua KawanJuragan Mahmud memejamkan mata beberapa saat, menghirup udara dalam-dalam, lantas memenuhi ruang pikir dan hati dengan bisikan-bisikan kebajikan.“Kamu tentunya sudah mendengar kabar tentang rencana pertemuan di balai musyawarah warga itu, ‘kan?” tanya lelaki tua berkumis dan berjanggut putih tersebut, tanpa menatap putrinya. Bunga mengangguk dan mengiakan dengan suara pelan, disambut helaan berat napas sang Ayah. Kemudian berimbuh kembali dengan sikap serupa sebagaimana di awal tadi. Katanya, “Sebentar lagi, nasib serta masa depanmu akan ditentukan oleh para sesepuh Kampung Sarawu. Setelah itu, Ayah tidak lagi memiliki kewajiban apa pun terhadapmu, terkecuali … hanya sebatas hubungan antara bapak dan anak.”Bunga tercekat mendengar ucapan ayahnya baru saja.Gadis itu spontan mengangkat wajah dan meni
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 26Episode : Keputusan Seorang SumiarsihDi saat Mahmud dan Targa sibuk membicarakan tentang sosok Warsih, tidak seberapa jauh berbeda dari keduanya, dua orang perempuan sama-sama membahas perihal salah satu di antara mereka.“Mahmud ….?” Sumiarsih menyebut nama seorang pemuda yang sama sekali belum dia kenal, setelah mendengar penuturan dari Bi Enok pengasuhnya sejak usia belia. “Siapa dia, Bi? Saya tidak tahu, laki-laki mana yang Bibi maksud itu?”Yang ditanya melangkah mendekati sosok anak majikannya yang sedang berdiri di ambang jendela kamar.“Dia cuma seorang anak muda dari kalangan warga biasa, Neng Juragan, sehari-harinya seringkali bersama-sama dengan anak Abah Langga,” jawab Bi Enok lantas berhenti tepat beberapa langkah di muka.“Kalau Abah Langga sudah pasti aku kenal, Bi. Beliau Tetua Adat kampung kita ini,” timpal Sumiarsih seraya mengingat-ingat. “O, i
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 27Episode : Titah Ki DarsanAkhirnya, Mahmud dan Sumiarsih pun saling mengenal serta mulai dekat. Lantas menjalin hubungan kasih sebagaimana yang diharapkan oleh Targa maupun Bi Enok. Hal tersebut tidak luput sampai ke telinga Ki Darsan.“Bagus ….,” kata lelaki tua berkulit kelam dan rambut memutih tersebut pada Sumiarsih putrinya suatu ketika, “tanpa harus Ayah pinta pun, kamu sudah bisa melaksanakan apa yang telah menjadi kesepakatan di antara kita. He-he-he.”Sumiarsih menarik napas dalam-dalam dengan raut wajah kuyu.“Ayah ingatkan … sebelum tiba masanya nanti, dua purnama ke depan, kamu sudah harus menikah dengan pemuda itu, Sumi,” ucap kembali Ki Darsan berimbuh. “Untuk selanjutnya, Ayah pikir kamu sudah memahaminya sendiri, bukan?”Masih dengan kepala tertunduk, Sumiarsih menimpali ucapan bapaknya. “Apa hal seperti ini
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 29Episode : Rahasia Bi EnokSumiarsih mengantar ayahnya hingga ke beranda rumah. Kemudian lelaki tua berkulit kelam dan rambut memutih tersebut bergegas meninggalkan tempat, bersama beberapa anak buahnya yang sedari datang, menunggu di luar.“Ayah sudah pulang, Bi. Baru saja,” kata Sumiarsih sewaktu Bi Enok muncul dan mempertanyakan keberadaan Ki Darsan. “Bibi sudah dengar ‘kan, pembicaraan kami tadi?”Sosok pengasuh itu mengangguk. “Iya, Nèng Juragan. Saya ikut mendengarkan dari belakang,” jawabnya seraya menipiskan bibir, kemudian mengajak anak majikannya masuk kembali ke dalam rumah.Sumiarsih mengenyakkan diri di kursi, dengan bias kuyu masih tersisa di wajah, bekas terisak tadi.“Bi …,” ucap perempuan yang masih berusia muda tersebut, “apakah lebih baik … saya urungkan saja, ya … niatan saya untuk menikah dengan Kang Mahmud?”Bi Enok yang turut duduk