TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 15Episode : Prasasti Sejarah Yang TerlukaAbah Targa menarik napas panjang, lantas mendecak sekali setelah mendengar ucapan Juragan Mahmud baru saja. “Ah, kau selalu saja mengalihkan pembicaraan dan mengait-ngaitkan permasalahan pada masa lalu kita dulu, Mahmud,” ujar lelaki tua berikat kepala dan pakaian serba hitam tersebut. “Sekarang … kita sedang membicarakan perihal putrimu, Mahmud. Keluargamu sendiri, sekaligus wargaku pula. Tidak bisakah sedikit kau mengenyampingkan sentimen pribadi yang sudah mengakar di hatimu itu, hhmmm? Ya, Tuhan.” Kembali sosok Tetua Adat tersebut menghela berat.Juragan Mahmud tersenyum kecut di antara pandangan lurus ke depan, berlawanan arah dari posisi dimana Abah Targa berada saat itu.“Tapi walau bagaimanapun juga, mau tidak mau, diakui atau tidak, masa-masa yang satu itu sudah merupakan bagian dari sejarah hidup kita bTRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 16Episode : Dua Hati Satu Cinta“Ehem … ehem!” Abah Targa mendeham beberapa kali sambil melirik pada sosok di samping menggunakan ekor mata. “Kau masih mendengarkanku ‘kan, Mahmud?” tanya Tetua Adat tersebut setelah memperhatikan Juragan Mahmud terdiam dengan pandangan kosong ke depan. Ingin memastikan jika ayah kandung Bunga itu mencermati percakapannya sejak tadi.Masih dengan sikap yang sama, Juragan Mahmud membalas tanpa menoleh sedikit pun. “Jadi kau akan tetap membawa masalah anakku itu ke dalam musyawarah adat, Targa?” tanyanya kemudian datar.Abah Targa mendesah, lantas menjawab sembari mengangguk-angguk, “Ya, memang seharusnya seperti itu. Mau bagaimana lagi?” Dia mengubah posisi duduk, saling berhadapan kini walaupun lawan bicara tidak serta merta bereaksi serupa. “Sudah kubilang tadi, ada ketiga anak buahmu yang ikut menyaksikan saat Bunga ana
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 17Episode : Hati Yang Luka“Ingat, Targa,” ucap Mahmud dengan suara tercekat, “kita sudah berkawan sejak kecil dan kita pun selalu saling mempercayai satu dengan lainnya. Hanya saja, sekarang aku merasa kecewa. Hanya karena perkara perempuan, kau tega bermain di belakangku.”“Dengarkan aku dulu, Mahmud!” Targa berusaha untuk menjelaskan. Namun kawannya itu tidak mau mendengar dan/atau memberikan kesempatan baginya untuk berbicara banyak.“Tidak, Targa! Kaulah yang seharusnya mendengarkan kata-kataku kini! Aku lelah! Selama kita berkawan dekat, selalu saja aku yang menjadi pendengar setia omonganmu!” seru Mahmud bersikeras.“Tapi dengarkan aku dulu, Mahmud. Aku menemui Warsih tadi adalah untuk—”Lagi-lagi ucapan Targa dipotong dengan cepat oleh Mahmud. Seakan-akan, lelaki muda miskin yang ayahnya menjadi anak buah Abah Langga i
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 18Episode : Pertemuan TersembunyiMengetahui perempuan yang disukainya telah menikah dengan laki-laki lain, rasa penasaran Mahmud kian membesar. Ingin sekali dia mengenal lebih jauh siapa sosok Sukatna sebenarnya.‘Hhmmm, hanya seorang pejantan biasa yang kehidupannya tidak lebih baik dariku sendiri,’ gumam Mahmud di dalam hati. ‘Aku tidak percaya, bagaimana mungkin seorang Warsih telah memilih dan memutuskan untuk menikah dengan laki-laki semacam dia.’Dilandasi desak rasa penasarannya itulah, diam-diam Mahmud mencari-cari cara serta mencuri-curi masa untuk bisa bertemu dengan Warsih. Secara langsung dan menyengaja, itu tidak mungkin. Sebab perempuan yang masih dia idam-idamkan tersebut, telah menjadi milik orang lain. Bertamu ke kediamannya, sudah tentu harus didampingi sosok Sukatna, sang suami. Jika tidak, itu merupakan bentuk pelanggaran terhadap hukum adat s
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 19Episode : Perseteruan Kedua Mahmud dan TargaWarsih sama sekali tidak memberikan kesempatan kepada Mahmud untuk melanjutkan perbincangan mereka kala itu, walaupun lelaki tersebut mencoba menahan. Dia bergegas pergi dengan bakul tergendong di sisi pinggang dan berjalan di bawah terik matahari yang masih memanggang.Ingin rasanya Mahmud keluar dari balik rimbunan ilalang, lantas mengejar Warsih. Namun akalnya masih mampu untuk berpikir jernih dan menahan diri untuk tetap berada di tempat persembunyian.“Sial!” rutuk lelaki tersebut kesal sambil mengentakkan kaki ke tanah. “Dia benar-benar tidak menjawab pertanyaanku!”Kilatan mata Mahmud memandang garang ke arah Warsih yang sudah mulai menjauh.‘Aku bersumpah, aku akan tetap berusaha menemui dia,’ ujar Mahmud bertekad. ‘Jangan berharap dengan diamnya tadi, akan membuatku menye
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 20Episode : Perseteruan MematikanKali ini Mahmud mampu mengimbangi serangan demi serangan yang dilancarkan oleh Targa. Tidak seperti halnya dulu, begitu mudah dipecundagi hanya dengan beberapa jurus. Bahkan sesekali terjangan laki-laki tersebut hampir saja mencelakai putra tunggal Abah Langga bersama kepal tinjunya yang mengarah pada titik-titik membahayakan.“Huaaa!” seru Targa tampak kaget seraya mundur untuk menghindari jurus yang dilancarkan oleh Mahmud.Beberapa saat keduanya bergeming dalam jarak yang agak berjauhan. Tentu saja masih dengan posisi kuda-kuda siaga.“He-he ….,” kekeh Mahmud disertai sorot mata mengejek. “Terkejut kau, Targa? Huh, baru tahu ya, sekarang aku bukanlah seorang kawanmu yang dulu. Itu belum seberapa. Aku masih menyimpan banyak sisa jurus dan tenaga untuk melumpuhkanmu, Kawan.”Targa membalas ta
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 21Episode : Pengadilan Bunga dan Syaiful“ … Dan sampai kini, kau masih membenciku karena alasan itukah, Mahmud?” tanya Abah Targa pada sosok Juragan Mahmud di atas tempat tidur. “Sudahlah, sekarang kita sudah sama-sama tua. Tidak ada lagi yang patut dicemburui satu dengan lain, Kawan.” Dia menggeser duduk lebih mendekat kini. “Kau sudah memiliki kehidupanmu sendiri dan pernah berbahagia bersama Sumiarsih, sampai kemudian … terlahirlah anakmu Bunga. Sedangkan aku ….?” Tetua Adat Kampung Sarawu tersebut tersenyum getir. “ … Aku memilih untuk tidak menikah seumur hidupku, tiada lain … karena—”“Karena kau masih mencintai Warsih. Begitu ‘kan, Targa?” tukas Juragan Mahmud menegaskan. Kali ini dia memutar kepala untuk beradu tatap dengan sosok di sampingnya tersebut.Lagi-lagi Abah Targa tersenyum getir. Sebenarnya dia sudah mulai enggan melayani percakapan bekas sahabatnya itu. Dirasa se
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzaBagian : 23Episode : Duka Pilu Seorang Sumiarsih“Ayah ….?” Bunga bergumam usai melirik Bi Enok di samping. Dibalas oleh sosok wanita tua tersebut, “Iya, Neng. Itu Juragan. Ayahnya Eneng. Ada apa dengan beliau?”Gadis cantik berusia 23 tahun itu bermaksud bangkit dari duduk untuk melihat-lihat kondisi Juragan Mahmud di kamar, tapi tangan Bi Enok lekas menahan. “Biar saya saja yang memeriksa keadaan beliau, Neng.”“T-tapi, Bi, saya ….”“Tetaplah di sini, Neng. Saya mohon,” imbuh kembali sosok pembantu tersebut meminta anak majikannya itu untuk tetap terdiam di tempat. “Saya khawatir, Juragan masih belum berkenan untuk menerima kehadiran Neng Bunga di kamar.”Bunga mendesah berat. Rongga pernapasannya dirasa sesak. Hingga sejauh ini, Juragan Mahmud memang belum mau bertemu serta berbicara lagi dengan anak semata wayangnya tersebut. Entah sampai kapan. Mungkin hingga tiba acar
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 23Episode : Pertanyaan Yang Tidak Kunjung TerjawabBi Enok merasa bahwa percakapannya dengan Juragan Sumiarsih pada hari itu adalah merupakan sebuah pertanda khusus. Entah apa yang akan terjadi pada sosok istri dari Juragan Mahmud tersebut di kemudian hari. Namun yang pasti, perubahan drastis pun mulai tertampak pada perempuan tersebut hanya dalam kurun waktu beberapa bulan saja.“Juragan ….,” kata Bi Enok suatu ketika. Menyengaja masuk ke dalam kamar untuk melihat kondisi majikan perempuannya tersebut. Dia menyaksikan, sosok Sumiarsih sedang terduduk menyandar di atas tempat tidur. Mengenakan pakaian yang tampak seperti kebesaran, longgar membungkus badan kurus laksana tulang berbalut kulit.Hingga tiga kali pembantu rumah tangga itu memanggil-manggil, setelah itu barulah Jur