Chapter 72
"Heh, katakan yang jujur pada ku. Kau main curang, ya?" bentak Ibnu sampai membuat kehebohan dengan meneriaki si pemilik stand permainan yang bertampang sinis pada pemuda itu.
"Enak saja kamu kalau ngomong. Memang kamu sendiri kok yang tak bisa main!" bentak si pemilik kedai.
"Aku yakin kamu curang," ucap Ibnu mengayunkan tangannya untuk memukul si pemilik stand tapi Delina langsung menahannya.
Banyak pengunjung yang melihat kejadian tersebut juga merasa tertipu dan menyerang si pemilik stand permainan tersebut menuntut ganti rugi.
"Biar tau rasa kau! Kalian yang merasa dirugikan ayo buruan minta uang kalian kembali sini!" seru Ibnu.
Chapter 73"Ibnu!" teriak Delina yang langsung meminta tolong pada warga sekitar.Pengendara motor itu turun dari motornya lalu mendekat. Dia membuka helm penutup kepalanya."Bos Abi? Apa yang kamu lakukan barusan?" pekik Delina."Jadi kamu mengajukan cuti hanya untuk ini? Kamu lupa ya kalau kamu itu siapa? Kamu itu is–""Kita satu almamater. Wajar kalau aku sama dia ketemu pas di reuni!" Delina langsung menoleh pada salah satu warga yang sedang menggunakan ponsel."Tolong telepon ambulans sekarang!" seru Delina pada pria itu.
Chapter 74Delina terbangun di sebuah ruangan pemeriksaan. Dokter bernama Helena, seorang dokter ginekolog ternama di Rumah Sakit Ibukota sedang menatap gadis itu lekat. Tak jauh dari ranjang Delina, ada Abi yang terlihat cemas sambil bergerak mondar-mandir.“Apa yang terjadi, apa darah rendah ku kambuh lagi?” tanya Delina.“Kau bodoh ya sampai tak tahu sedang berada di mana, hah?!" Abi menunjuk ke arah Delina.“I-iya, aku tahu sih. Tapi, kenapa aku ada di sini?”“Kau itu pingsan tau. Indra meminta ku untuk membawamu ke sini dan melakukan pemeriksaan sampel darah milikmu. Dan kau tahu hasilnya apa?
Chapter 75"Delina, Delina, buka pintunya!" Abi berusaha masuk ke dalam kamar mandi dan mengetuknya berkali-kali."Tinggalkan aku sendiri! Aku ingin sendirian!" seru Delina dari dalam kamar mandi, "aku tidak punya teman untuk berbagi keluh kesah, kau membuat mereka menjaga jarak denganku."Delina sengaja mengutarakan apa yang dia rasakan. Dia setengah tidak peduli dengan apa yang akan terjadi. Biarlah pembicaraan ini mengalir secepat mungkin menurutnya.Abi sadar kalau Delina sedang merundung, dirinya disinggung oleh istrinya sendiri. Pria itu menelan salivanya dengan susah payah."Maafkan aku, Lin," ucap lelaki itu akhirnya. Sesuatu yang
Chapter 76Bertatapan dengan sang suami, Delina mendapati sorot mata kesedihan dan putus asa yang terpancar dari manik coklat itu. Suara Abi terdengar sarat akan emosi, ditambah lagi dengan deru napas lelaki itu yang mulai memburu. Didominasi dengan rasa putus asa."Aku menginginkanmu, Lin, aku sebenarnya sangat menginginkanmu," kata Abi mendesah samar."Aku tak salah dengar, kan?" Delina menegaskan."Aku menginginkanmu hingga rasanya seluruh tubuhku remuk redam. Puas kau?!" sentak Abi.Delina mengatupkan bibir rapat-rapat. Apa yang diucapkan Abi barusan itu sangat terdengar tidak nyata, tetapi memang seperti itulah yang dapat dia tangkap dari penutur
Chapter 77Delina terbangun untuk memuntahkan semua isi perutnya saat bangun tidur kala itu. Dia merasa tubuhnya terasa lemas. Namun, dia masih punya tanggung jawab pada pekerjaan. Mau tidak mau, dia harus bersemangat untuk ke kantor.Delina bergegas mandi lalu membalut tubuhnya dengan kemeja warna biru pastel. Dia juga memadukan dengan blazer dan rok hitam di bawah lutut. Make up natural juga dia poles ke wajah cantiknya. Langkahnya dia ayunkan menuju ke arah pria yang masih terbaring pulas.Sejenak Delina mengingat bahwa hari ini dirinya ada jadwal meeting bertemu dengan A-one Coorporation, itu artinya kehadiran Abi pasti sangat dibutuhkan mengingat dia lah CEO dari WE Coorporation. Akan tetapi, melihat Abi yang masih asyik dengan dunia mimpinya, Delina jadi geram dan sang
Chapter 78"Apa kalian masih bersama?" tanya Ibu Adelia yang dipanggil Ibu Peri sejak mereka berkuliah dulu."Uhuk... uhuk..." Delina langsung terbatuk-batuk mendengar ucapan spontan wanita paruh baya itu."Tentu, Bu. Kami memang sempat terpisah. Tapi aku akan membuat Delina kembali bersamaku," ucap Ibnu penuh keyakinan.Garis kerut di samping kelopak mata Nyonya Adelia tercipta kala ia tersenyum bahagia melihat Ibnu dan Delina yang masih bersama."Tapi kita kan tidak bersama, Nu?" tanya Delina mengernyitkandahinya tak mengerti."Ayolah, Lin … kita duduk dulu saja," kata Ibnu seraya me
Chapter 79********"Lin, aku boleh peluk kamu? Untuk yang terakhir kalinya? Karena setelah ini, aku akan pergi dari kamu dan menghindari kamu. Aku akan cari pekerjaan lain saja agar aku tak bertemu kamu lagi di kantor itu. Sedih rasanya saat tau aku bekerja pada suamimu," ucap Ibnu.Delina agak ragu, tetapi kemudian dia mengangguk. Ibnu terlihat merentangkan kedua tangannya. Namun, sesuatu yang di luar dugaan terjadi. Sebuah kawasaki ninja warna merah menghantam tubuh Ibnu."Ibnu!" Delina berteriak sekuat tenaga.Pengendara motor itu menghentikan laju motornya. Dia turun dari kendaraannya dan melangkah menuju ke arah Delina dan Ibnu. Pengendara motor yang
Chapter 80"Dia juga bawa sebagian hartaku. Tapi untung akses atm dan urusan bank langsung aku blokir. Aku belum bisa kasih tau cerita ini ke papa aku," ucap Indra."Hah? Kurang ajar banget itu cewek. Terus putri Bapak sama siapa?""Sama ibu mertua saya. Dia baik banget, Lin. Dia bahkan minta maaf sama kelakuan putrinya. Dia bilang sih kalau putrinya diguna-guna sama mantan pacarnya makanya tega ninggalin aku.""Hmmm … kenapa nggak diobati ke dukun gitu orang pintar? Itu juga kalau Bapak percaya," ucap Delina."Halah, emang dasarnya dia aja yang lagi keganjenan, Lin. Biarin aja lah, saya juga lagi urus surat cerai. Yang penting nanti putr