Chapter 73
"Ibnu!" teriak Delina yang langsung meminta tolong pada warga sekitar.
Pengendara motor itu turun dari motornya lalu mendekat. Dia membuka helm penutup kepalanya.
"Bos Abi? Apa yang kamu lakukan barusan?" pekik Delina.
"Jadi kamu mengajukan cuti hanya untuk ini? Kamu lupa ya kalau kamu itu siapa? Kamu itu is–"
"Kita satu almamater. Wajar kalau aku sama dia ketemu pas di reuni!" Delina langsung menoleh pada salah satu warga yang sedang menggunakan ponsel.
"Tolong telepon ambulans sekarang!" seru Delina pada pria itu.
Chapter 74Delina terbangun di sebuah ruangan pemeriksaan. Dokter bernama Helena, seorang dokter ginekolog ternama di Rumah Sakit Ibukota sedang menatap gadis itu lekat. Tak jauh dari ranjang Delina, ada Abi yang terlihat cemas sambil bergerak mondar-mandir.“Apa yang terjadi, apa darah rendah ku kambuh lagi?” tanya Delina.“Kau bodoh ya sampai tak tahu sedang berada di mana, hah?!" Abi menunjuk ke arah Delina.“I-iya, aku tahu sih. Tapi, kenapa aku ada di sini?”“Kau itu pingsan tau. Indra meminta ku untuk membawamu ke sini dan melakukan pemeriksaan sampel darah milikmu. Dan kau tahu hasilnya apa?
Chapter 75"Delina, Delina, buka pintunya!" Abi berusaha masuk ke dalam kamar mandi dan mengetuknya berkali-kali."Tinggalkan aku sendiri! Aku ingin sendirian!" seru Delina dari dalam kamar mandi, "aku tidak punya teman untuk berbagi keluh kesah, kau membuat mereka menjaga jarak denganku."Delina sengaja mengutarakan apa yang dia rasakan. Dia setengah tidak peduli dengan apa yang akan terjadi. Biarlah pembicaraan ini mengalir secepat mungkin menurutnya.Abi sadar kalau Delina sedang merundung, dirinya disinggung oleh istrinya sendiri. Pria itu menelan salivanya dengan susah payah."Maafkan aku, Lin," ucap lelaki itu akhirnya. Sesuatu yang
Chapter 76Bertatapan dengan sang suami, Delina mendapati sorot mata kesedihan dan putus asa yang terpancar dari manik coklat itu. Suara Abi terdengar sarat akan emosi, ditambah lagi dengan deru napas lelaki itu yang mulai memburu. Didominasi dengan rasa putus asa."Aku menginginkanmu, Lin, aku sebenarnya sangat menginginkanmu," kata Abi mendesah samar."Aku tak salah dengar, kan?" Delina menegaskan."Aku menginginkanmu hingga rasanya seluruh tubuhku remuk redam. Puas kau?!" sentak Abi.Delina mengatupkan bibir rapat-rapat. Apa yang diucapkan Abi barusan itu sangat terdengar tidak nyata, tetapi memang seperti itulah yang dapat dia tangkap dari penutur
Chapter 77Delina terbangun untuk memuntahkan semua isi perutnya saat bangun tidur kala itu. Dia merasa tubuhnya terasa lemas. Namun, dia masih punya tanggung jawab pada pekerjaan. Mau tidak mau, dia harus bersemangat untuk ke kantor.Delina bergegas mandi lalu membalut tubuhnya dengan kemeja warna biru pastel. Dia juga memadukan dengan blazer dan rok hitam di bawah lutut. Make up natural juga dia poles ke wajah cantiknya. Langkahnya dia ayunkan menuju ke arah pria yang masih terbaring pulas.Sejenak Delina mengingat bahwa hari ini dirinya ada jadwal meeting bertemu dengan A-one Coorporation, itu artinya kehadiran Abi pasti sangat dibutuhkan mengingat dia lah CEO dari WE Coorporation. Akan tetapi, melihat Abi yang masih asyik dengan dunia mimpinya, Delina jadi geram dan sang
Chapter 78"Apa kalian masih bersama?" tanya Ibu Adelia yang dipanggil Ibu Peri sejak mereka berkuliah dulu."Uhuk... uhuk..." Delina langsung terbatuk-batuk mendengar ucapan spontan wanita paruh baya itu."Tentu, Bu. Kami memang sempat terpisah. Tapi aku akan membuat Delina kembali bersamaku," ucap Ibnu penuh keyakinan.Garis kerut di samping kelopak mata Nyonya Adelia tercipta kala ia tersenyum bahagia melihat Ibnu dan Delina yang masih bersama."Tapi kita kan tidak bersama, Nu?" tanya Delina mengernyitkandahinya tak mengerti."Ayolah, Lin … kita duduk dulu saja," kata Ibnu seraya me
Chapter 79********"Lin, aku boleh peluk kamu? Untuk yang terakhir kalinya? Karena setelah ini, aku akan pergi dari kamu dan menghindari kamu. Aku akan cari pekerjaan lain saja agar aku tak bertemu kamu lagi di kantor itu. Sedih rasanya saat tau aku bekerja pada suamimu," ucap Ibnu.Delina agak ragu, tetapi kemudian dia mengangguk. Ibnu terlihat merentangkan kedua tangannya. Namun, sesuatu yang di luar dugaan terjadi. Sebuah kawasaki ninja warna merah menghantam tubuh Ibnu."Ibnu!" Delina berteriak sekuat tenaga.Pengendara motor itu menghentikan laju motornya. Dia turun dari kendaraannya dan melangkah menuju ke arah Delina dan Ibnu. Pengendara motor yang
Chapter 80"Dia juga bawa sebagian hartaku. Tapi untung akses atm dan urusan bank langsung aku blokir. Aku belum bisa kasih tau cerita ini ke papa aku," ucap Indra."Hah? Kurang ajar banget itu cewek. Terus putri Bapak sama siapa?""Sama ibu mertua saya. Dia baik banget, Lin. Dia bahkan minta maaf sama kelakuan putrinya. Dia bilang sih kalau putrinya diguna-guna sama mantan pacarnya makanya tega ninggalin aku.""Hmmm … kenapa nggak diobati ke dukun gitu orang pintar? Itu juga kalau Bapak percaya," ucap Delina."Halah, emang dasarnya dia aja yang lagi keganjenan, Lin. Biarin aja lah, saya juga lagi urus surat cerai. Yang penting nanti putr
Chapter 81Setelah acara live sumpah pocong selesai, Abi kembali ke rumah bersama Delina. Nyonya Mia juga dengan Ibu Susi juga kembali."Bi, Mami mau buka kedai mie ayam. Apa kamu mau bantu?" tanya Nyonya Mia.Abi teringat dengan masakan mie ayam buatan ibunya kala dia kecil. Sebenarnya apapun yang dimasak Nyonya Mia akan terasa lezat. Namun, semenjak kematian ayahnya, dia sering melewatkan makan malam dan semua masakan wanita itu."Oke, Mi. Aku akan bantu. Nanti aku tanya ke Indra untuk pembuatan warung mie ayam kita nanti," sahut Abi."Aku juga akan bantu," ucap Delina."Ibu juga," kata Ibu Susi
Chapter 105"Tumben Mbok Nah ngomong bijak banget, ada apa ini?" tanya Delina seraya melayangkan senyum hangat."Sayangnya tidak semua anak paham akan arti penting seorang ibu, Non. Terkadang perkataan dan perbuatan anak kerap membuat orang tua terluka. Sayangnya, anak-anak itu tak sadar jika di dalam hati ibunya sedang menangis. Namun apa daya, rasa cinta ibu lebih besar dibanding amarahnya. Dia tak mengenal benci pada anak yang teramat dicintai," ucap Mbok Nah yang mengingat anak satu-satunya yang ia miliki. Dia menceritakan mengenai putranya. Sayangnya, putra tunggalnya itu malah pergi meninggalkannya. Ia memilih pergi ke luar negeri untuk bekerja tanpa pernah ingat."Mbok Nah, yang sabar ya," ucap Delina memeluk wanita itu dari samping. Kania juga ikut memeluk Mbok Nah."Kalian harus jadi ibu yang baik ya, semoga anak-anak kalian menjadi anak yang soleh dan soleha dan berbakti pada orang tua," ucap Mbok Nah dengan
Chapter 104Delina langsung menggerutu karena Kania yang sudah muak mendengar kemesraan keduanya berani merebut ponselnya dan mematikannya. "Kalau nggak aku ambil tuh hape, kalian pasti nggak akan kelar bilang I love you masing masing sampai subuh!" ucap Kania saat menarik ponsel Delina dan memutuskan sambungan ponsel tersebut dengan Abi."Huuuu! Kamu selalu aja kayak gitu. Udah deh bilang aja sirik!""Ya habisnya kamu mah segitu lebay sama Abi. Sampai kalah deh gaya pacarannya anak abege," ucap Kania bersungut-sungut."Biarin aja, sih. Lagian suka-suka aku dong, kan aku sama Abi udah nikah bukan pacaran lagi, wleekk!" Delina menjulurkan lidahnya pada Kania."Duh, yang sabar ya King punya ibu macam itu," ucap Kani pada Delina yang masih berenang."Dedek bayi juga yang sabar ya punya ibu bawel dan calon galak macam wanita ini," ucap Delina yang gantian mencibir Kania sinis seraya mengus
Chapter 103 Satu bulan telah berlalu.Di sebuah kafe dengan menu khas negara Jepang yang ternama di wilayah ibukota tersebut, Indra dan Abi menemui seorang klien wanita dari perusahaan fashion terkenal yang ingin bekerjasama dengan perusahaan miliknya.Wanita bernama Yuki itu akan membuat program yang menggunakan jasa desainer ternama untuk membuat pakaian seperti gaun yang cantik yang bisa dipadu padankan dengan kosmetik miliknya."Halo Abi, selamat siang! Apa kabar kamu?" sapa Yuki saat melihat Abi datang bersama Indra, wanita itu mengulurkan tangannya. Abi sampai terkejut kala melihat wanita itu adalah mantan kekasihnya yang pernah bersama dalam waktu singkat saat dia berada di Tokyo."Selamat siang, Yuki. Kabar aku baik. Wah, nggak nyangka ternyata kamu rekan bisnis aku," balas Abi seraya menjabat tangan wanita tersebut."Mau makan siang bersama sekalian sebelum kita bicarakan program kerjasama kita?" tanya Yuki dengan menun
Chapter 102Setelah proses persalinan Delina selesai, tampak satu orang suster yang ke luar dari ruang persalinan langsung diberondong banyak pertanyaan dari Nyonya Mia, Ibu Susi, dan Kania."Bagaimana keadaan Delina dan bayinya, Sus?" tanya Kania."Syukurlah mereka selamat. Nyonya Delina melahirkan bayi kembar, sekarang bayinya sudah berada di ruang perawatan. Ibunya masih di dalam," ujarnya.Kania yang tak sabar langsung ingin memasuki ruangan tempat Delina bersalin. Namun, dia langsung ditahan oleh sang suster."Eh, mau ke mana, Bu?" tanya suster."Mau liat Delina, hehehe.""Jangan dulu, belum boleh ditengok dulu, ya. Tadi pasien masih belum sadar karena terlalu letih. Kalau mau lihat bayinya ada di kamar bayi di ujung koridor sana belok kanan," ucap suster itu menjelaskan."Oke, deh Suster.""Ayo, para Oma yang baru kita langsung liat dedek bayi!" ajak Kania seraya menarik tangan Ibu Susi dan Nyonya
Chapter 101Keesokan harinya, Lala sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena sudah stabil setelah Ibu Ani bersikeras meminta Lala agar melakukan perawatan di rumahnya saja. Sesampainya mereka di rumah, semua mata menatap ke arah Lala yang baru saja tiba."Ada apa ini?" tanya Bu Ani."Kania sama yang lainnya mau pamit, Ma," ucap Kania.Lala tampak tersenyum puas penuh kemenangan. "Lalu kamu juga ikut pulang, Ndra?" tanya Ibu Ani pada putranya."Nggak, Ma. Kan Mama suruh aku nikahin Lala," jawab Indra lalu memanggil asisten rumah tangga di rumah itu, "Bi, tolong bawa minumnya ke sini," pinta Indra.Tak lama kemudian, Bi Tati membawa beberapa cangkir berisi teh manis hangat."Yang buat Mama saya mana, Bi?" tanya Indra."Yang ini, Tuan." Bi Tati menyerahkan cangkir berisi teh manis itu pada Ibu Ani."Minum dulu, Ma, biar seger," pinta Indra. Tanpa menaruh rasa curiga, Ibu Ani langsun
Chapter 100"Aku belum hamil, bukannya nggak bisa hamil! Jaga ucapan kamu, ya!" "Hahaha, sudahlah Kania, Indra itu awalnya jodoh aku dia suamiku. Dia akan tetap menjadi suami aku," sahut Lala begitu penuh percaya diri."Mantan suami kamu! Sekarang dia suamiku! Kamu harusnya mikir waktu kamu pergi begitu saja meninggalkan dia dalam kehancuran hanya demi laki-laki lain. Kamu lebih memilih pria tak baik yang akhirnya kamu kena karma karena ulah kamu itu," sahut Kania."Mungkin aku kena guna-guna dari Brian. Dan sekarang aku sudah terbebas dari guna-guna si Brian!" "Oh gitu, guna-guna kata kamu? Jangan-jangan sekarang kamu yang pakai guna-guna buat bikin Ibu mertuaku luluh." Kania sampai kesal melihat Lala yang terlihat begitu tergila-gila pada Indra kini."Sudahlah, yang jelas kamu harus rela kalau Indra sebentar lagi akan menikah dengan ku.""Aku tak mau membagi suamiku dengan siapapun,
Chapter 99 Di masa kehamilan Delina yang menginjak usia lima belas minggu, Delina mengalami flek. Abi lalu membawa istrinya dengan segera ke Rumah Sakit Kota di Kota Hijau tersebut. Kania dan Indra juga menemani. Sesampainya di rumah sakit tersebut, dokter mengharuskan Delina menjalani rawat inap. Dokter spesialis kandungan bernama Sri Rahayu mengatakan bahwa perdarahan pada ibu hamil yang bisa menjadi indikasi berbagai komplikasi, termasuk keguguran, kehamilan ektopik, dan plasenta previa, dan karenanya tidak boleh diabaikan."Jadi, bagaimana kondisi istri saya, Dok? Apa yang menyebabkan dia mengalami flek tadi?" tanya Abi."Sering kali, pendarahan terjadi karena hubungan seksual dan pemeriksaan serviks terutama di akhir kehamilan. Selain itu, ada pula plasenta previa, yaitu ketika plasenta menutupi serviks baik sebagian atau seluruhnya. Kondisi ini bisa menjadi penyebab munculnya flek saat hamil," ujar sang dokter."Hayo loh Abi, habi
Chapter 98Indra hanya menatap mantan istrinya dengan pandangan aneh seraya menuju kamarnya. Ada rencana yang sudah disiapkan Lala dengan matang. Dia meminta Mimi untuk memberikan teh manis hangat yang dicampur obat tidur. Obat yang sangat mujarab dan akan langsung membuat si penerimanya terlelap. Lala ingin kembali menjadi istrinya Indra setelah dia bangkrut dan kekurangan uang. Dia memanfaatkan putrinya."Papi, Mimi bawa teh manis nih," ucap Mimi."Eh, awas Nak! Nanti cangkirnya jatuh kena kaki kamu!" seru Indra yang langsung meraih cangkir berisi teh hangat dari tangan putrinya."Nggak akan jatuh, Pi. Aku udah bisa kok. Papi minum dulu ya," pinta Mimi. "Iya, terima kasih putri Papi yang cantik."Gadis kecil itu melaksanakan perintah ibunya dengan baik. Di luar kamar Indra, Lala tersenyum puas menyeringai ketika rencananya berhasil. Tak lama kemudian, Indra terlihat menguap. Di yang baru saja membuka kemejanya henda
Chapter 97Saat Abi dan Indra pergi bertemu dengan salah satu rekan bisnis, Delina dan Kania pergi ke sebuah destinasi wisata di Kota Hijau. Semantara itu mantan istrinya Indra datang dan menghasut Mimi agar jangan mau pergi dengan Kania. Anak itu akhirnya mengikuti ibunya. Lala mengajak Mimi agar memilih berada di rumah dan bersantai mengunjungi kebun stroberi."Percuma si Indra suruh aku dekat samw Mimi dan ajak aku ke sini, kalau orangnya enggak mau diajak pergi jalan-jalan," ucap Kania berkeluh kesah. "Ya habis gimana, mungkin dia kangen banget sama ibunya," sahut Delina.Delina lantas menghentikan langkahnya."Tapi, Kania … kenapa dia jadi suka ketemu anaknya dan memilih berlama-lama di rumah mantan ibu mertuanya, ya?" Delina menoleh ke arah Kania."Maksud kamu, Lin?" Gantian Kania menatap Delina penuh ingin tahu."Kok Lala tahu gitu kalau Indra lagi kunjungan ke rumah ibunya. Kenapa pas Indra ke sini? Kenapa buka