Chapter 69
Pagi itu, Indra membawa hasil penyelidikan pihak kepolisian. Berdasarkan rekaman cctv dan ciri-ciri dari si penusuk, pihak kepolisian menangkap mantan karyawan yang bernama Rendi.
"Hmm … dia yang dipecat masa iya aku yang kena apes dan harus menanggung semuanya. Bisa-bisanya dia menusukku," gumam Abi.
"Itu karena dia dendam padamu," sahut Delina merekahkan senyum sembari memberikan beberapa potong apel pada Indra.
"Dendam padaku? Memangnya aku salah apa?" Abi meraih apel di tangan Indra.
"Ya kau itu bos yang semena-mena di kantor. Atasan yang toxic tau bagu karyawannya! Hei, itu punya Pak Indra!" seru Delina.
Chapter 70"Hai, Lin!" sapa Ibnu saat melihat Delina di kantor."Hai, gimana kerjaan kamu di sini?" Kamu betah?" tanya Delina."Lumayan. Eh, kita makan siang bareng, yuk!" ajak Ibnu.Awalnya Delina ragu, tetapi tak ada salahnya dia menerima ajakan makan siang dari Ibnu. Bukan untuk hari itu saja, melainkan hari-hari selanjutnya Ibnu dan Delina kerap terlihat makan siang bahkan pergi bersama. Apalagi keduanya merupakan mantan kekasih. Banyak di antara karyawan lainnya yang yakin kalau keduanya menjalin hubungan kembali.Namun sayangnya, kedekatan Delina dan Ibnu tak sengaja dilihat oleh Abi. Awalnya, Abi tak mau mengakui kalau dia merasa cemburu. Akan
Chapter 71Pagi itu, Delina meminta izin cuti pada Abi. Dia pergi untuk datang ke sebuah reuni teman-teman kuliahnya yang sedang menyelenggarakan acara amal bagi anak-anak yang terkena kanker. Di sana dia bertemu dengan Ibnu. Dulu saat berkeluliah, Ibnu merupakan seorang ketua senat di kampus. Dia juga kerap menjadi idola dan pria idaman selain berwajah tampan dia juga pintar.Delina terlibat perbincangan seru dengan Ibnu kala berada di tempat reuni kala itu. Mereka berada bangku taman setelah memilih barang-barang lelang yang hasil penjualannya akan disumbangkan bagi anak-anak."Aku nggak nyangka kamu masih suka banget acara donasi seperti ini. Aku salut sama kamu, Lin," ucap Ibnu."Ah, jangan puji aku terus.
Chapter 72 "Heh, katakan yang jujur pada ku. Kau main curang, ya?" bentak Ibnu sampai membuat kehebohan dengan meneriaki si pemilik stand permainan yang bertampang sinis pada pemuda itu. "Enak saja kamu kalau ngomong. Memang kamu sendiri kok yang tak bisa main!" bentak si pemilik kedai. "Aku yakin kamu curang," ucap Ibnu mengayunkan tangannya untuk memukul si pemilik stand tapi Delina langsung menahannya. Banyak pengunjung yang melihat kejadian tersebut juga merasa tertipu dan menyerang si pemilik stand permainan tersebut menuntut ganti rugi. "Biar tau rasa kau! Kalian yang merasa dirugikan ayo buruan minta uang kalian kembali sini!" seru Ibnu.
Chapter 73"Ibnu!" teriak Delina yang langsung meminta tolong pada warga sekitar.Pengendara motor itu turun dari motornya lalu mendekat. Dia membuka helm penutup kepalanya."Bos Abi? Apa yang kamu lakukan barusan?" pekik Delina."Jadi kamu mengajukan cuti hanya untuk ini? Kamu lupa ya kalau kamu itu siapa? Kamu itu is–""Kita satu almamater. Wajar kalau aku sama dia ketemu pas di reuni!" Delina langsung menoleh pada salah satu warga yang sedang menggunakan ponsel."Tolong telepon ambulans sekarang!" seru Delina pada pria itu.
Chapter 74Delina terbangun di sebuah ruangan pemeriksaan. Dokter bernama Helena, seorang dokter ginekolog ternama di Rumah Sakit Ibukota sedang menatap gadis itu lekat. Tak jauh dari ranjang Delina, ada Abi yang terlihat cemas sambil bergerak mondar-mandir.“Apa yang terjadi, apa darah rendah ku kambuh lagi?” tanya Delina.“Kau bodoh ya sampai tak tahu sedang berada di mana, hah?!" Abi menunjuk ke arah Delina.“I-iya, aku tahu sih. Tapi, kenapa aku ada di sini?”“Kau itu pingsan tau. Indra meminta ku untuk membawamu ke sini dan melakukan pemeriksaan sampel darah milikmu. Dan kau tahu hasilnya apa?
Chapter 75"Delina, Delina, buka pintunya!" Abi berusaha masuk ke dalam kamar mandi dan mengetuknya berkali-kali."Tinggalkan aku sendiri! Aku ingin sendirian!" seru Delina dari dalam kamar mandi, "aku tidak punya teman untuk berbagi keluh kesah, kau membuat mereka menjaga jarak denganku."Delina sengaja mengutarakan apa yang dia rasakan. Dia setengah tidak peduli dengan apa yang akan terjadi. Biarlah pembicaraan ini mengalir secepat mungkin menurutnya.Abi sadar kalau Delina sedang merundung, dirinya disinggung oleh istrinya sendiri. Pria itu menelan salivanya dengan susah payah."Maafkan aku, Lin," ucap lelaki itu akhirnya. Sesuatu yang
Chapter 76Bertatapan dengan sang suami, Delina mendapati sorot mata kesedihan dan putus asa yang terpancar dari manik coklat itu. Suara Abi terdengar sarat akan emosi, ditambah lagi dengan deru napas lelaki itu yang mulai memburu. Didominasi dengan rasa putus asa."Aku menginginkanmu, Lin, aku sebenarnya sangat menginginkanmu," kata Abi mendesah samar."Aku tak salah dengar, kan?" Delina menegaskan."Aku menginginkanmu hingga rasanya seluruh tubuhku remuk redam. Puas kau?!" sentak Abi.Delina mengatupkan bibir rapat-rapat. Apa yang diucapkan Abi barusan itu sangat terdengar tidak nyata, tetapi memang seperti itulah yang dapat dia tangkap dari penutur
Chapter 77Delina terbangun untuk memuntahkan semua isi perutnya saat bangun tidur kala itu. Dia merasa tubuhnya terasa lemas. Namun, dia masih punya tanggung jawab pada pekerjaan. Mau tidak mau, dia harus bersemangat untuk ke kantor.Delina bergegas mandi lalu membalut tubuhnya dengan kemeja warna biru pastel. Dia juga memadukan dengan blazer dan rok hitam di bawah lutut. Make up natural juga dia poles ke wajah cantiknya. Langkahnya dia ayunkan menuju ke arah pria yang masih terbaring pulas.Sejenak Delina mengingat bahwa hari ini dirinya ada jadwal meeting bertemu dengan A-one Coorporation, itu artinya kehadiran Abi pasti sangat dibutuhkan mengingat dia lah CEO dari WE Coorporation. Akan tetapi, melihat Abi yang masih asyik dengan dunia mimpinya, Delina jadi geram dan sang