Beranda / Romansa / Toxic Boss / 1. Ayah Meninggal

Share

1. Ayah Meninggal

Penulis: Vie Junaeni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Walaupun raga telah terpisahkan oleh kematian, namun cinta sejati tetap akan tersimpan secara abadi di relung hati. (Bacharuddin Jusuf Habibie)

Chapter 1

*****

Satu bulan sebelumnya.

Delina Cantika terlahir sebagai anak tunggal di keluarga kecilnya. Ibunya bernama  Susi Manissa, wanita berusia 45 tahun yang juga seorang anak tunggal. Begitu juga dengan sang ayah, Hadi Purnomo yang juga anak tunggal.

Hadi bekerja di sebuah perusahaan otomotif di bawah naungan WE Corporation, perusahaan terbesar nomor tiga di Kota Mekarsari.  Mereka sangat bersyukur karena selalu merasa hidup dengan cukup. Keluarga itu tak memiliki harta berlebih tetapi mereka juga tak pernah merasa  kekurangan.

Hari itu saat di acara wisuda, ayahnya mengeluh sakit sehingga hanya punya waktu sebentar untuk hadir di acara wisuda Delina. Namun, kedua orang tuanya memastikan kalau sebaiknya dia ikut saja pesta di pantai bersama para sahabatnya.

Gadis itu mengantar kedua orang tuanya menuju tempat parkir. Rasanya ia ingin sekali ikut pulang, tetapi sang ayah melarang.

"Ya sudah kalau begitu, aku pergi ke pantai, ya."

Hadi menganggukkan kepala begitu juga dengan Susi. Akan tetapi, langkah gadis itu terhenti. Ia menoleh ke belakang dan menatap wajah ayahnya kembali. Entah kenapa ia merasa ingin memeluk sang ayah. Gadis itu berlari kecil lalu memeluk ayahnya.

"Ada apa ini? Tumben banget kamu peluk Papa?" tanya Susi.

"Aku hanya ingin peluk Papa, dan aku mau bilang kalau aku sayang Papa," ucap Delina.

"Ha-ha-ha biasanya kalau seperti ini pasti ada maunya."

"Tidak, Pa, aku beneran sayang sama Papa."

"Kalau sama Mama?" tanya wanita yang mengenakan kebaya brokat warna biru menunjuk dirinya sendiri.

"Sayang, dong!" Delina memeluk ibunya kemudian.

"Aku masuk ke dalam lagi ya, acaranya belum selesai."

Namun, siapa sangka kalau pelukan hari itu adalah pelukan terakhirnya pada sang ayah

 

***

Percikan air laut asin menerpa ke wajah gadis berlesung pipi yang bernama Delina Cantika. Ia langsung menjerit kala menerimanya. Gadis 22 tahun ini baru saja menjalani wisuda dari universitas negeri dengan predikat cum laude. 

 

"Lin, Ayo kita berenang!" ajak Jane yang sudah berada di atas pelampung bebeknya.

"Tak mau, ah! Aku tak bawa baju ganti!"

Tiga gadis itu merayakan kelulusan mereka di pantai pasir putih bersama kawan lainnya. Pesta barbeque pun diselenggarakan. Beberapa di antaranya bermain voli pantai dan juga bermain gitar.

"Lin, bagaimana soal niat kita meraih S2 ke Jerman, kamu jadi kan mencari beasiswa ke sana?" tanya Meri.

"Jadi, dong! Kita kan tiga sahabat yang akan selalu bersama." Gadis itu merangkul bahu Meri.

"Jane, makan dulu, yuk! Nanti kamu terbawa ombak, loh!" seru Meri memanggil gadis tambun yang masih asik berada di atas pelampung.

"Ombaknya tak akan sanggup bawa aku pergi, malu dia sama berat badanku ha-ha-ha!" sahut Jane.

"Beneran nih ya, daging steaknya aku makan," ucap Delina menggoda Jane.

"Yah, jangan dong! Tunggu aku, aku akan ke sana."

Jane berusaha untuk turun dari pelampung besar itu, akan tetapi ia malah hilang keseimbangan dan jatuh terbalik masuk ke air laut. Tawa Delina dan Meri langsung pecah melihat Jane yang berusaha berenang ke tepi setelah jatuh tadi.

"Kau kenapa, sepertinya cemas sekali?" tanya Meri.

"Memangnya sangat terlihat, ya? Perasaanku tak enak, sepertinya aku akan merasakan kesedihan, tapi aku tak tau sedih kenapa," jawabnya.

"Hmmm... mungkin hanya perasaan kamu saja."

"Iya sih, perasaan aku saja. Iyalah perasaan aku, masa perasaan kamu, huh!"

"Kita foto foto, yuk! Kita abadikan momen kebersamaan kita ini!" ajak Meri.

"Yuk!"

"Woi! Kalian tunggu aku, dong! Aku 'kan juga mau ikutan," seru Jane.

"Duh, aku takut tak muat Jane, soalnya kamu terlalu besar, ha-ha-ha," sahut Meri.

"Mer, itu body shaming lho, jangan seperti itu, kasian tau si Jane kamu goda terus!" Delina mencubit pipi sahabatnya itu.

"Aduh! Sakit tau! Iya deh maafkan aku." Meri menepis tangan gadis itu.

Suara ponsel di dalam tas Delina berbunyi.

"Lin, hape kamu bunyi, nih!" seru Sandi yang duduk dekat dengan para tas gadis itu.

"Oke, sebentar aku ke sana!" 

Delina segera melangkah menuju tas miliknya. Gadis berkulit kuning langsat itu menepis rambut hitam panjangnya yang terkena embusan angin sampai menutupi wajahnya. Ia berlari sampai tiba di atas tikar plastik itu.

"Halo, ada apa, Ma?"

Suara wanita paruh baya itu terdengar dari seberang sana sambil menangis. Tak lama kemudian, gadis itu jatuh tak sadarkan diri.

"Delina bangun! Bangun!" Sandi yang berada di dekat gadis itu berusaha menepuk pipi Delina agar siuman.

Meri dan Jane langsung bergegas menghampiri sahabatnya itu.

"Dia kenapa?" tanya Jane.

"Setelah dia menerima telepon, terus dia pingsan," jawab Sandi.

"Ambil minyak kayu putih, Mer!"

Meri membawakan minyak kayu putih untuk menyadarkan Delina. Tak lama kemudian ia terbangun dan menangis.

"Kamu kenapa, Lina?" tanya Jane.

"Papa aku." Delina menjawab dengan terisak.

"Papa kamu kenapa?" tanya Meri.

"Papa aku meninggal."

Awan mendung perlahan datang menyelimuti sekitar langit pantai itu. Seolah cuaca sekitar ikut sedih mendengar berita duka milik Delina.

***

Delina segera memesan ojek online untuk pergi ke rumah sakit agar tiba lebih cepat. Sepanjang perjalanan tak henti-henti ia menguraikan air mata karena tak ingin kehilangan ayahnya. Sang pengemudi ojek online itu sampai ikut merasa sedih ketika gadis di belakangnya tak henti-hentinya menangis.

"Yang sabar ya, Non." Pria itu berusaha menghibur Delina, kan tetapi gadis itu masih saja menangis menumpahkan kesedihannya.

Sesampainya di rumah sakit, Delina langsung di sambut oleh ibunya yang sudah menangis sedari tadi. Sang ayah sudah lama mengalami kebocoran jantung dan kerap sekali bolak - balik ke rumah sakit itu untuk berobat.

“Maafin aku Pa, maafin aku." Delina memeluk jasad pria yang sudah tertutup seluruh tubuhnya dengan kain putih itu seraya menangis tersedu-sedu.

“Sudah Lin, ikhlaskan papa kamu," pinta Susi berusaha menenangkan putrinya.

"Aku tuh jahat banget ya, Ma, sampai papa tak mau menungguku, kenapa sih Mama tak pernah cerita tentang penyakit papa?"

"Maafin Mama, Nak, Mama hanya menjalankan keinginan papa kamu," ucapnya seraya terisak.

"Tapi kenapa, kenapa harus bohong kalau papa itu sehat?" seru gadis itu penuh amarah dan kesedihan  yang menyatu.

"Karena papa tak mau kalau kamu jadi ikut memikirkan tentang penyakitnya, papa mau kamu kuliah dengan rajin dan berprestasi."

Delina benar-benar merasa hancur. Pria panutan di hidupnya itu harus pergi menghadap sang ilahi meninggalkan dia dan ibunya.

"Lina."

Gadis itu menoleh kala melihat sosok hantu yang menyerupai sang ayah hadir di ruangan itu.

*****

To be continue...

Rate five star dan ditunggu komentar kritik sarannya ya, terima kasih.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
lah, horor juga ini si Lina
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Toxic Boss   2. Indera Keenam Delina

    Kekuatan tidak datang dari kemampuan fisik, tetapi datang dari semangat yang gigih. — unknown. ***** Chapter 2 Delina benar-benar merasa hancur. Pria panutan di hidupnya itu harus pergi menghadap sang ilahi meninggalkan dia dan ibunya. "Lina." Gadis itu menoleh kala melihat sosok hantu yang menyerupai sang ayah hadir di ruangan itu. Delina langsung tak sadarkan diri kemudian. "Lin, bangun, Nak!" Suara ayahnya terdengar di telinga gadis itu. Kedua mata lentiknya perlahan terbuka. Delina melihat sang ayah yang tersenyum memakai baju koko warna putih. Pakaian favoritnya saat pergi untuk beribadah. "Papa," lirihnya seraya mengerjap tak percaya. "Terima kasih sudah menjadi anak Papa yang baik, yang selalu berjuang untuk membanggakan Papa dan Mama. Tolong jaga Mamah kamu, ya, Papa sayang sekali sama kamu." "Papa kenapa harus bicara seperti itu, sih? Kita pulan

  • Toxic Boss   3. Sixpack

    "Pertemuan dua kepribadian seperti hubungan dua bahan kimia, jika terjadi reaksi, keduanya akan berubah." — unknown. ***** Chapter 3 Kembali ke masa kini saat ayahnya Delina meninggal. Keesokan paginya di pemakaman sang ayah, Delina sedang memegang batu nisan yang tertulis nama "Hadi Wijaya". Gadis itu ditemani sang Ibu yang merangkul bahunya seraya menepuk-nepuk pelan agar gadis itu tenang. Ada penyesalan di hatinya karena terakhir bertemu ayahnya yang mengeluh sakit itu, ia malah menurut untuk pergi ke pantai. Di pemakaman itu juga ada para kerabat dan teman-temannya yang hadir untuk mendoakan dan turut berbela sungkawa. Karangan bunga dari WE Corporation juga menghias di pemakaman itu sebagai bentuk duka cita dari perusahaan tempat Hadi bekerja. Seorang pria mendekati Susi ketika acara pemakaman sudah selesai. "Selamat pagi, Bu, saya Irawan dari WE Corporation. Mohon maaf sebelumn

  • Toxic Boss   4. Hutang

    Ternyata benar, pertemuan pertama itu menumbuhkan rasa penasaran, sedang pertemuan kedua menumbuhkan rasa rindu, dan pertemuan selanjutnya hanya meninggalkan rasa candu. — unknown. ***** Chapter 4 Pria itu lalu melangkah menuju tiap bilik toilet untuk memastikan tak ada siapapun di dalamnya. “Haduh, mati aku!” batin Delina. Tubuh gadis itu mulai gemetar ketakutan. Brak! "Heh, kau mengintip, ya?" Abi menendang pintu toilet dengan kencang. "Ti-ti-tidak, kok. Aku hanya, aku hanya..." "Hanya apa? Hanya mengintip, kan?" "Tidak! Aku hanya salah masuk toilet, tadi aku terburu-buru." Tiba-tiba, seseorang masuk ke dalam toilet tersebut dan membuat Delina panik. Ia malah menarik Abi masuk ke dalam toilet dan menguncinya. "Diam, jangan bersuara, aku malu kalau ketahuan," bisik Delina. Pria itu malah menelisik

  • Toxic Boss   5. Bertemu Nyonya Mia

    Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa diri kamu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu." (Dale Carnegie) ***** Chapter 5 Delina dan ibunya berdiri di sebuah rumah mewah dengan pagar besi berlapis cat emas dilengkapi kepala singa di bagian tengahnya. Hari itu, mereka akan bertemu dengan Nyonya Mia. “Permisi, ada yang bisa saya bantu, Bu?” tanya salah satu penjaga dari balik pagar. “Saya Ibu Susi temannya Nyonya Mia," sahut Susi. “Sebentar saya coba tanya Nyonya besar,” ucapnya. Pria itu menghubungi seseorang di dalam rumah melalui intercom di ruang satpam. Tak lama kemudian, ia datang menghampiri kedua wanita itu dan mempersilakan mereka untuk masuk. Kaki ramping gadis itu mengikuti si penjaga masuk ke dalam rumah bersama ibunya. Seorang wanita seusia dengan Ibunya Delina, memakai pakaian daster batik dan mengguna

  • Toxic Boss   6. Delina Melamar Kerja

    Kerja keras tanpa bakat mungkin akan menimbulkan rasa malu, tapi bakat tanpa kerja keras adalah sebuah tragedi. – Robert Hall ***** Chapter 6 Delina mengetuk pintu bertuliskan nama Indra sang COO atau yang dikenal dengan chief operating officer. COO ini adalah pimpinan yang bertanggung jawab pada pembuatan keputusan operasional perusahaan. Sering kali COO disebut sebagai orang kedua setelah CEO, bahkan di beberapa perusahaan, posisi ini disebut excecutive vice president atau umumnya disebut dengan direktur. "Silakan masuk!" seru seorang pria dari dalam ruangan tersebut. Kaki ramping gadis itu membawa ke sebuah ruangan berukuran 5x5 dengan interior yang minimalis. Cat dinding yang berwarna putih menambah sejuk ruangan tersebut. Di sudut ruangan terdapat rak buku dan juga rak untuk pajangan miniatur mobil yang dibuat perusahaan tersebut. "Kamu yang namanya Delina, ya?" tanya pria berkacamata dengan rambut kelimis yang ditat

  • Toxic Boss   7. Bos yang Berengsek

    “Gunung yang tinggi, besar, luas dan gagah perkasa pun tidak pernah bangga. Lalu kenapa engkau yang hanya sejentiknya berani sombong? Tidak malukah kamu dengan gunung?" — unknown.*****Chapter 7Pria itu merebahkan diri di atas sofa dan mencoba mengingat perlakuannya pada Rania kemarin.Malam itu, Abi memerintahkan pada Rania untuk mengerjakan bahan presentasi karena ia akan membutuhkannya dalam meeting esok hari. Padahal suami Rania sudah menunggu wanita itu dalam rangka perayaan ulang tahun pernikahan."Bos, ini presentasi untuk besok," ucap Rania seraya melirik waktu yang terus berdetak di arloji tangan kirinya yang menunjukkan pukul tujuh malam."Hmmm..." Abi masih sibuk bermain game di layar ponselnya."Bos, saya harus pergi suami saya menunggu saya di rumah," ucap Rania."Oke," ucap Abi seraya meraih map berisi presentasi untuk meeting esok hari."Ah, akhirnya dia baca juga," batin Rania seraya berharap cemas.Tiba-t

  • Toxic Boss   8. Hantu di Kantor

    “Terkadang hati dan pikiran itu tidak sejalan. Hati selalu ingin bertahan, sedangkan pikiran memaksa untuk melepaskan." —unknown. ***** Chapter 8 "Ba-baik, Bos!" Delina langsung meraih map biru di atas meja sekertaris lalu pergi dari ruangan Abi. Ia menuju meja resepsionis untuk menanyakan di mana ia harus membuat salinan dokumen tersebut. Setelah diberi tahu oleh resepsionis di lantai tersebut, Delina pergi ke ujung koridor lantai tersebut tepat di samping toilet ada ruangan yang berisi mesin fotokopi. "Bukankah harusnya aku di interview, ini malah sudah disuruh-suruh, huh menyebalkan." Tak ada siapapun di sana, akan tetapi mesin foyoji di sebelahnya berbunyi seolah ada yang sedang menggunakan. "Lho, kok bunyi? Duh, jangan-jangan rusak, atau jangan-jangan ada... Aku tak boleh berpikir seperti itu." Delina teringat tentang cerita misteri di kantor ayahnya terdahulu. Ayahnya pernah menceritakan pengalaman misteri yang sa

  • Toxic Boss   9. Sekretaris

    “Orang yang tak pernah melakukan kesalahan adalah orang yang tak pernah mencoba sesuatu yang baru." — Albert Einstein.*****Chapter 9Delina kembali ke ruangan milik Abi seraya membawa dua puluh copy-an map presentasi hari itu."Ini, Bos, laporan yang Anda inginkan," ucap Delina."Hmmm... ikut aku! Bawa semua map itu!"Abi melangkah ke luar ruangan menuju ruang rapat di lantai 25. Delina buru-buru melangkah cepat mengikuti langkah pria itu. Ia benar-benar kesulitan membawa map-map tersebut.Pintu lift terbuka, Kevin melihat Delina yang kesusahan membawa map tersebut."Aku bantu, Lin," ucap Kevin."Terima kasih, ya," sahut Delina menyerahkan sebagian map."Eh, siapa yang suruh kamu bantu dia? Biarkan dua bawa semua map itu sendiri!" seru Abi."Iya, Bos!" sahut Kevin seraya menyerahkan kembali map tersebut ke tangan Delina.Pintu lift terbuka, Abi langsung melangkah keluar dengan langkah c

Bab terbaru

  • Toxic Boss   105. Akhir yang Indah Delina dan Abi

    Chapter 105"Tumben Mbok Nah ngomong bijak banget, ada apa ini?" tanya Delina seraya melayangkan senyum hangat."Sayangnya tidak semua anak paham akan arti penting seorang ibu, Non. Terkadang perkataan dan perbuatan anak kerap membuat orang tua terluka. Sayangnya, anak-anak itu tak sadar jika di dalam hati ibunya sedang menangis. Namun apa daya, rasa cinta ibu lebih besar dibanding amarahnya. Dia tak mengenal benci pada anak yang teramat dicintai," ucap Mbok Nah yang mengingat anak satu-satunya yang ia miliki. Dia menceritakan mengenai putranya. Sayangnya, putra tunggalnya itu malah pergi meninggalkannya. Ia memilih pergi ke luar negeri untuk bekerja tanpa pernah ingat."Mbok Nah, yang sabar ya," ucap Delina memeluk wanita itu dari samping. Kania juga ikut memeluk Mbok Nah."Kalian harus jadi ibu yang baik ya, semoga anak-anak kalian menjadi anak yang soleh dan soleha dan berbakti pada orang tua," ucap Mbok Nah dengan

  • Toxic Boss   104. Baby Spa

    Chapter 104Delina langsung menggerutu karena Kania yang sudah muak mendengar kemesraan keduanya berani merebut ponselnya dan mematikannya. "Kalau nggak aku ambil tuh hape, kalian pasti nggak akan kelar bilang I love you masing masing sampai subuh!" ucap Kania saat menarik ponsel Delina dan memutuskan sambungan ponsel tersebut dengan Abi."Huuuu! Kamu selalu aja kayak gitu. Udah deh bilang aja sirik!""Ya habisnya kamu mah segitu lebay sama Abi. Sampai kalah deh gaya pacarannya anak abege," ucap Kania bersungut-sungut."Biarin aja, sih. Lagian suka-suka aku dong, kan aku sama Abi udah nikah bukan pacaran lagi, wleekk!" Delina menjulurkan lidahnya pada Kania."Duh, yang sabar ya King punya ibu macam itu," ucap Kani pada Delina yang masih berenang."Dedek bayi juga yang sabar ya punya ibu bawel dan calon galak macam wanita ini," ucap Delina yang gantian mencibir Kania sinis seraya mengus

  • Toxic Boss   103. Teguh untuk Tetap Setia

    Chapter 103 Satu bulan telah berlalu.Di sebuah kafe dengan menu khas negara Jepang yang ternama di wilayah ibukota tersebut, Indra dan Abi menemui seorang klien wanita dari perusahaan fashion terkenal yang ingin bekerjasama dengan perusahaan miliknya.Wanita bernama Yuki itu akan membuat program yang menggunakan jasa desainer ternama untuk membuat pakaian seperti gaun yang cantik yang bisa dipadu padankan dengan kosmetik miliknya."Halo Abi, selamat siang! Apa kabar kamu?" sapa Yuki saat melihat Abi datang bersama Indra, wanita itu mengulurkan tangannya. Abi sampai terkejut kala melihat wanita itu adalah mantan kekasihnya yang pernah bersama dalam waktu singkat saat dia berada di Tokyo."Selamat siang, Yuki. Kabar aku baik. Wah, nggak nyangka ternyata kamu rekan bisnis aku," balas Abi seraya menjabat tangan wanita tersebut."Mau makan siang bersama sekalian sebelum kita bicarakan program kerjasama kita?" tanya Yuki dengan menun

  • Toxic Boss   102. Bayi Delina Meninggal

    Chapter 102Setelah proses persalinan Delina selesai, tampak satu orang suster yang ke luar dari ruang persalinan langsung diberondong banyak pertanyaan dari Nyonya Mia, Ibu Susi, dan Kania."Bagaimana keadaan Delina dan bayinya, Sus?" tanya Kania."Syukurlah mereka selamat. Nyonya Delina melahirkan bayi kembar, sekarang bayinya sudah berada di ruang perawatan. Ibunya masih di dalam," ujarnya.Kania yang tak sabar langsung ingin memasuki ruangan tempat Delina bersalin. Namun, dia langsung ditahan oleh sang suster."Eh, mau ke mana, Bu?" tanya suster."Mau liat Delina, hehehe.""Jangan dulu, belum boleh ditengok dulu, ya. Tadi pasien masih belum sadar karena terlalu letih. Kalau mau lihat bayinya ada di kamar bayi di ujung koridor sana belok kanan," ucap suster itu menjelaskan."Oke, deh Suster.""Ayo, para Oma yang baru kita langsung liat dedek bayi!" ajak Kania seraya menarik tangan Ibu Susi dan Nyonya

  • Toxic Boss   101. Delina Melahirkan

    Chapter 101Keesokan harinya, Lala sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena sudah stabil setelah Ibu Ani bersikeras meminta Lala agar melakukan perawatan di rumahnya saja. Sesampainya mereka di rumah, semua mata menatap ke arah Lala yang baru saja tiba."Ada apa ini?" tanya Bu Ani."Kania sama yang lainnya mau pamit, Ma," ucap Kania.Lala tampak tersenyum puas penuh kemenangan. "Lalu kamu juga ikut pulang, Ndra?" tanya Ibu Ani pada putranya."Nggak, Ma. Kan Mama suruh aku nikahin Lala," jawab Indra lalu memanggil asisten rumah tangga di rumah itu, "Bi, tolong bawa minumnya ke sini," pinta Indra.Tak lama kemudian, Bi Tati membawa beberapa cangkir berisi teh manis hangat."Yang buat Mama saya mana, Bi?" tanya Indra."Yang ini, Tuan." Bi Tati menyerahkan cangkir berisi teh manis itu pada Ibu Ani."Minum dulu, Ma, biar seger," pinta Indra. Tanpa menaruh rasa curiga, Ibu Ani langsun

  • Toxic Boss   100. Kebenaran Mulai Terkuak

    Chapter 100"Aku belum hamil, bukannya nggak bisa hamil! Jaga ucapan kamu, ya!" "Hahaha, sudahlah Kania, Indra itu awalnya jodoh aku dia suamiku. Dia akan tetap menjadi suami aku," sahut Lala begitu penuh percaya diri."Mantan suami kamu! Sekarang dia suamiku! Kamu harusnya mikir waktu kamu pergi begitu saja meninggalkan dia dalam kehancuran hanya demi laki-laki lain. Kamu lebih memilih pria tak baik yang akhirnya kamu kena karma karena ulah kamu itu," sahut Kania."Mungkin aku kena guna-guna dari Brian. Dan sekarang aku sudah terbebas dari guna-guna si Brian!" "Oh gitu, guna-guna kata kamu? Jangan-jangan sekarang kamu yang pakai guna-guna buat bikin Ibu mertuaku luluh." Kania sampai kesal melihat Lala yang terlihat begitu tergila-gila pada Indra kini."Sudahlah, yang jelas kamu harus rela kalau Indra sebentar lagi akan menikah dengan ku.""Aku tak mau membagi suamiku dengan siapapun,

  • Toxic Boss   99. Kania VS Lala

    Chapter 99 Di masa kehamilan Delina yang menginjak usia lima belas minggu, Delina mengalami flek. Abi lalu membawa istrinya dengan segera ke Rumah Sakit Kota di Kota Hijau tersebut. Kania dan Indra juga menemani. Sesampainya di rumah sakit tersebut, dokter mengharuskan Delina menjalani rawat inap. Dokter spesialis kandungan bernama Sri Rahayu mengatakan bahwa perdarahan pada ibu hamil yang bisa menjadi indikasi berbagai komplikasi, termasuk keguguran, kehamilan ektopik, dan plasenta previa, dan karenanya tidak boleh diabaikan."Jadi, bagaimana kondisi istri saya, Dok? Apa yang menyebabkan dia mengalami flek tadi?" tanya Abi."Sering kali, pendarahan terjadi karena hubungan seksual dan pemeriksaan serviks terutama di akhir kehamilan. Selain itu, ada pula plasenta previa, yaitu ketika plasenta menutupi serviks baik sebagian atau seluruhnya. Kondisi ini bisa menjadi penyebab munculnya flek saat hamil," ujar sang dokter."Hayo loh Abi, habi

  • Toxic Boss   98. Mantan Istri yang Menyebalkan

    Chapter 98Indra hanya menatap mantan istrinya dengan pandangan aneh seraya menuju kamarnya. Ada rencana yang sudah disiapkan Lala dengan matang. Dia meminta Mimi untuk memberikan teh manis hangat yang dicampur obat tidur.  Obat yang sangat mujarab dan akan langsung membuat si penerimanya terlelap. Lala ingin kembali menjadi istrinya Indra setelah dia bangkrut dan kekurangan uang. Dia memanfaatkan putrinya."Papi, Mimi bawa teh manis nih," ucap Mimi."Eh, awas Nak! Nanti cangkirnya jatuh kena kaki kamu!" seru Indra yang langsung meraih cangkir berisi teh hangat dari tangan putrinya."Nggak akan jatuh, Pi. Aku udah bisa kok. Papi minum dulu ya," pinta Mimi. "Iya, terima kasih putri Papi yang cantik."Gadis kecil itu melaksanakan perintah ibunya dengan baik. Di luar kamar Indra, Lala tersenyum puas menyeringai ketika rencananya berhasil. Tak lama kemudian, Indra terlihat menguap. Di yang baru saja membuka kemejanya henda

  • Toxic Boss   97. Waspada dengan Lala

    Chapter 97Saat Abi dan Indra pergi bertemu dengan salah satu rekan bisnis, Delina dan Kania pergi ke sebuah destinasi wisata di Kota Hijau. Semantara itu mantan istrinya Indra datang dan menghasut Mimi agar jangan mau pergi dengan Kania. Anak itu akhirnya mengikuti ibunya.  Lala mengajak Mimi agar memilih berada di rumah dan bersantai mengunjungi kebun stroberi."Percuma si Indra suruh aku dekat samw Mimi dan ajak aku ke sini, kalau orangnya enggak mau diajak pergi jalan-jalan," ucap Kania berkeluh kesah. "Ya habis gimana, mungkin dia kangen banget sama ibunya," sahut Delina.Delina lantas menghentikan langkahnya."Tapi, Kania … kenapa dia jadi suka ketemu anaknya dan memilih berlama-lama di rumah mantan ibu mertuanya, ya?" Delina menoleh ke arah Kania."Maksud kamu, Lin?" Gantian Kania menatap Delina penuh ingin tahu."Kok Lala tahu gitu kalau Indra lagi kunjungan ke rumah ibunya. Kenapa pas Indra ke sini? Kenapa buka

DMCA.com Protection Status