Harry Tyler Lim mulai memainkan puntung rokok yang ada di dalam sela jari jemarinya. Ia menatap ke arah layar berukuran sedang yang ada di depannya saat ini. Lagi-lagi Ace melakukan tugasnya dengan baik. Ia mengumpulkan barang bukti tentang kematian Nona Marina yang terasa janggal untuknya, bahkan kepolisian pun tak bisa benar-benar menemukan semua ini hanya dalam waktu satu malam. Ace benar-benar seorang pekerja yang tak pantas diragukan lagi kemampuannya. Hanya satu kekalahannya sekarang ini. Teknologi ICHI yang dikembangkan oleh Joy Holding's Company adalah senjata yang tak bisa ia kalahkan dengan mudah. Ace perlu banyak mempelajari teknologi lama yang diterapkan di masa sekarang itu. Juga, katanya Ace harus bertemu dengan orang tersembunyi di balik gedung besar Joy Holding's Company untuk tahu bagaimana manusia satu itu bisa mendapatkan teknologi ICHI yang disembunyikan oleh ilmuan Jerman dan Amerika di sebuah pusat data besar di negara Paman Sam itu. Sampai saat ini, Ace tak bi
Sebuah rumah besar nan mewah menjadi tempat singgah untuk Xena pagi menjelang siang ini. Ia datang menghantarkan makan siang untuk Wriston Ximon Leonardus. Pria itu pindah rumah hari ini. Ia mengundang Xena untuk datang dan meresmikan rumah barunya. Menyusun sebuah pesta kecil-kecilan dengan mengundang beberapa tetangga di sisi kanan dan sisi kirinya, sekaligus memperkenalkan diri dan kekasih barunya itu pada dunia, Xena Alodie Shan. Ia ingin dunia tahu mau kalau Xena adalah wanitanya sekarang. Bukan milik pria berengsek bernama Joe Franky, tetapi milik pria baik bernama Wriston Ximon Leonardus.Wanita itu mulai meyakinkan makan siang untuk Wriston. Secangkir kopi hangat ditanami roti isi untuk mengisi perutnya siang ini. Katanya, Wriston akan mengajak Xena untuk pergi ke bangunan tempatnya bekerja. Berbagai macam bentuk desain gaun indah ada di dalam sana nanti. Xena juga akan melihat banyak perancang busana ternama. Bakat yang hebat adalah sandang status orang-orang yang be
Bel nyaring berbunyi. Seseorang datang menyambangi kediaman Alexa. Memotong aktivitas wanita muda itu untuk bisa bersantai di dalam bangunan rumah mewah miliknya. Alexa mulai bangkit bangkit dari tempat duduknya. Ia meletakkan segelas anggur merah yang menjadi peneman dirinya kali ini. Mulai melangkah dan berjalan ringan menunju ambang pintu. Membukakan pintu rumahnya untuk tahu siapa yang datang ke rumahnya siang ini.Seorang pria jangkung berdiri di ambang pintu. Ia tersenyum ringan pada Alexa selepas kedua saling bertatapan satu sama lain. Harry Tyler Lim adalah tamunya. Pria itu datang dengan penampilan formal seperti biasa. Alexa belum mengirimkan surat keputusan kerja sama Joy Holding's Company dengan Harry, jadi Alexa bisa menebak kalau pria ini datang bukan sebab ingin membicarakan pasal pekerjaan atau kontrak kerja sama. Toh juga, kasus kematian Mr. Joe sudah benar-benar ditutup. Jika hanya sebab ingin memperpanjang masalah itu, Harry tak perlu da
Alexa menghela napasnya kasar. Ia menatap pria itu dengan sedikit aneh. Memang, bukan Harry namanya kalau tak bersikap kurang ajar padanya. Toh juga, ia paham benar, se-kurangajarnya apapun Harry Tyler Lim pada Sherina Alexander Lansonia, wanita itu tak akan pernah bisa menyakitinya. Ada Dokter Lim yang harus Alexa jaga perasannya. Jika Harry terluka, maka pria tua berbadan gempal itu pun akan ikut terluka. Alexa tahu kalau Dokter Lim benar-benar mencintai pria ini sebagaimana ia mencintai putra kandungnya sendiri."Katakan tujuanmu datang, Harry. Tak biasanya kau datang ke rumahku." Wanita itu memulai kalimatnya. Ia terus menatap wajah pria tampan yang kini mulai menganggukkan kepalanya ringan. Senyum itu seakan berbicara pada Alexa."Aku tadinya ingin pergi ke bangunan Joy Holding's Company dan melihat Puncak Camaraderie di pagi hari, tetapi bangunan kantor itu tutup dan tak ada seorang pun yang beraktivitas di dalamnya. Jadi aku mem
"Akhirnya kau datang dengan seseorang, Nona Alice." Pegawai berseragam rapi itu menegur sapa dirinya dengan senyum yang ramah. Ia menyambut kedatangan seorang wanita cantik yang sudah kondang namanya. Tak ada yang tak mengenal Alice Lansonia. Putri tertua dari Mr. Aric Joy, pemilik gedung induk Joy Group.Bukan kali pertama Alice datang kemari. Wanita itu sudah pernah menyambangi tempat ini seorang diri. Kala itu, Luis berjanji untuk menjemputnya di pagi hari, tetapi pria berengsek itu mangkir dan mengingkari janjinya. Katanya, ia mudah melupakan hal-hal yang tak penting seperti menemani calon ibu mudanya itu untuk memilih gaun pengantin. Namun, selepas Alice mengatakan hal yang sama untuk kesekian kalinya, akhirnya Luis Ambrosius mau datang bersamanya kemari. Bukan untuk memilih gaun yang baru, Alice hanya ingin melihat perkembangannya dan memantapkan hatinya sekali lagi. Ia tak ingin terlihat buruk di dalam pestanya sendiri."B
"Alexa menawarkan kontrak kerja sama denganku, Paman. Haruskah aku mengambil itu?" Harry memulai kalimatnya. Ia menatap pria gempal yang kini mulai mengakhiri kesibukannya. Bukan sebab Harry datang, sumpah demi apapun Harry berani taruhan kalau pria tua itu tak peduli dengan kedatangannya. Mau Harry melakukan apapun di dalam Laboratorium BioCell, pria itu tak akan pernah mau menggubris keponakannya itu. Bukannya tak sayang, ia lebih sayang waktunya kalau sudah menyangkut kelakuan keponakannya itu. Biarkan saja Harry melakukan apapun yang dia mau, asalkan tidak memecahkan benda apapun juga tidak mengacaukan semua penelitiannya. Ia rela Harry menginap di sini kalaupun pria itu mau."Kenapa tanya padaku? Kau sudah besar Harry. Bulan depan kau sudah berusia 26 tahun bukan?" tanyanya mengejek. Ia mulai tertawa kecil kala melirik wajah aneh milik sang keponakan. Harry sudah hapal dengan pria itu. Kalau pikirannya sedang banyak, ia tak sama seperti pria yang lainnya yang akan melamp
Wanita itu meletakkan sebuah bunga duka di atas makam sang ibu, sudah lama Alexa tak datang ke tempat ini. Ia terlalu sibuk mengurus bangunan Joy Holding's Company dan mengembangkannya menjadi lebih besar. Ia lupa kalau dirinya melewatkan hari peringatan kematian sang ibunda beberapa minggu yang lalu. Tepat di awal bulan, seharusnya Alexa datang kemari. Namun, peperangan yang sedang ia lakukan membuatnya kembali mangkir untuk menjenguk sang ibunda. Jika ditanya, Alexa benar-benar rindu pada wanita yang sudah melahirkan dirinya itu. Rasa kehilangan bahkan masih ada di dalam dirinya selepas sepuluh tahun lebih sang ibunda meninggalkan dirinya sendirian. Kadang kala, Alexa merasa sedih akan hal itu. Ia benar-benar kesepian. Datang ke rumah sang ayahanda tak akan sama dengan datang ke makam sang ibunda. Ia lebih memilih melepas penat, kesedihan, dan rasa sepi di tempat ini ketimbang harus datang dan menyambangi rumah sang ayahanda. Sejak kematian ibunya, Alexa hanya datang kalau ada kep
Harry kembali ke dalam rumahnya. Sore ini ia tak mengambil kasus apapun. Sejenak bersantai, tetapi tidak benar-benar bersantai dalam diam. Ia hanya tak beraktivitas di luar ruangan. Selepas kembali dari Laboratorium BioCell, Harry tak punya agenda apapun. Kelihatannya memang seperti pria tenang lainnya, tetapi di dalam pikirannya benar-benar sedang riuh bergemuruh. Pria itu benar-benar tak bisa berpikir dengan kepala dingin dan pandangan yang jernih untuk saat ini. Semua teka teki yang datang padanya, belum satu pun yang terpecahkan. Tentang keberadaan Mr. Daniel, ia belum bisa menyimpulkan apapun. Juga, perihal seorang bocah yang menggantikan posisi Mr. Daniel di dunia itu, atau mungkin sebaliknya. Mr. Daniel lah yang menggantikan posisi bocah itu untuk menapak dan berdiri di atas bumi. Jika sudah begitu, maka seharusnya Harry mencari seseorang bernama Cristiano Bo Dalbert, bukan Daniel Denan Ambrosius.Belum sempat menghela napasnya dan mencoba untuk mengambil
"Nona Alexa bisa masuk penjara karena itu, Harry.""Itu tujuanku, Ace." Harry menyahut. Ia mulai bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mengarah tepat pada kulkas yang ada di sudut ruangan. Pria itu mulai menarik pintunya dan mengambil sekaleng soda yang ada di dalam sana. Membuka tutupnya dengan kasar lalu meneguknya perlahan-lahan. Ia mengabaikan perubahan ekspresi wajah milik Ace. Pria itu benar-benar tak menyangka kalau Harry akan berkata demikian. Mempertaruhkan hidup dan reputasi Joy Holding's Company adalah hal yang paling nekat selama hidup bersama dengan Harry Tyler Lim. Pria itu benar-benar gila dengan pemikirannya. Ia tak memikirkan sebuah risiko jika dirinya gagal melindungi Joy Holding's Company nanti."Harry ... aku tak setuju dengan pemikirannya kali ini. Berapa persen kau bisa mengambil kasus itu dan memenangkannya?" tanya Ace dengan nada bimbang. Apapun yang terjadi pada Alexa, Ace tak ingin bertanggung jawab lebih.
Kapal berlayar. Bukan hubungan dua insan yang bisa saling menyatukan dua rasa yang sama tujuannya. Kapal besar itu membawa banyak kesedihan untuk meninggalkan London. Alexa tak bisa mempertahankan apapun lagi. Bangunannya runtuh, dirinya menjadi buronan dengan kedua orang tua yang sudah mendekam di dalam penjara. Wanita itu tak bisa berbuat banyak. Pasrah dan terkesan menyerah, tetapi laju kapal ini menjanjikan sebuah kehidupan yang baru.Wanita itu duduk di sisi kapal. Ia menatap laut lepas dengan ombak sedang yang bergulung di depannya. Matanya masih sayu, kakinya sesekali terasa begitu nyeri sebab ia belum mendapatkan pengobatan yang benar-benar layak. Pertolongan pertama yang dilakukan oleh Zia juga Dokter Lim tak bisa banyak membantunya sekarang. Katanya, yang terpenting peluru sudah keluar dari dalam kakinya. Jadi ia tak perlu mengkhawatirkan apapun sekarang ini.Duduk merenung seorang diri, sebelum akhirnya Harry menghampi
Alexa terus meneteskan air matanya. Ia hanya bisa menatap dengan sayu bangunan besar miliknya yang hancur lebur sebab bom meledak dari atas Puncak Camaraderie. Ia tak menyangka kalau inilah akhir dari kisah hidup Alexa. Wanita itu benar-benar tak bisa melakukan apapun untuk saat ini. Isak tangis yang keluar bukan hanya sebab menahan rasa sakit yang ada di kaki kirinya, tetapi juga rasa sakit selepas kehilangan semua yang ia bangun selama sepuluh tahun terakhir. Semuanya hancur begitu saja, Mate dan Daniel benar-benar bajingan gila yang tak punya hati. Ia hanya adalah dua pria bodoh yang terlalu larut dalam dendam dan emosinya di masa lalu."Alexa ...." Mate berjongkok. Ia menarik rambut pendek wanita yang ada di depannya. Sebuah kepuasan tersendiri saat melihat wajah cantik itu menangis tersedu-sedu. Air mata itu mengisyaratkan kemenangan untuk dirinya. "Kau tahu ... dimana Xena dan Wriston meninggal?" tanyanya berbasa-basi. Alexa tak menjawab itu. Ia hany
"Mr. Luis Ambrosius, Anda ditangkap atas pembunuhan Mr. Joe Franky. Anda berhak diam atau menyewa pengacara." Sial! Seseorang melaporkan dirinya. Kini bukti ada di depan mata, Luis tak bisa mengelak apapun lagi. Seseorang menyimpan bukti ini dengan cara yang aman selama ini, hingga ia lupa bahwa ada orang lain selain dirinya. Luis bukan orang yang memotong jari jemari milik Mr. Joe, ia hanya membunuh pria itu juga membunuh mata-mata yang dikirimkan oleh Alexa lalu menyayat telinganya. Luis membenci anggota tubuh yang mempunyai dosa. Itu sebabnya ia melakukan hal itu. Ia tak bisa berbicara apapun selepas rekaman video amatir menampilkan betapa kejamnya ia membunuh dua orang sekaligus dalam satu malam. Kiranya, orang inilah yang ada di tempat kejadian malam itu. Ia muncul pada akhirnya. "Kau tak ingin berbicara apapun lagi, Mr. Luis?" Seorang detektif mencoba untuk menggali informasi darinya. Membuat pria yang ada di depannya itu berbicara. Luis sedari tadi han
-Laboratorium BioCell, Dokter Lim, London, Inggris-Suasana riuh, kedatangan beberapa polisi yang cukup mengejutkan Dokter Lim tak bisa dibendung lagi. Semuanya menerobos masuk, tak ada satu ruangan pun yang tak dijamah oleh mereka. Seseorang melaporkan laboratorium ini. Bukan sebab penelitian gila yang mencuat ke permukaan, tetapi sebuah laporan yang mengatakan bahwa ruangan ini menyimpan potongan jari jemari milik Mr. Joe dan seorang bocah malang bernama Daniel Denan Ambrosius. Tentu, itu adalah potongan jari manusia yang ilegal. Tak ada perjanjian untuk menempatkan itu di dalam bangunan Dokter Lim. Sekarang pria itu tahu, mengapa Mr. Cristiano datang waktu itu. Pria itu hanya ingin memastikan bahwa jarinya masih ada di dalam laboratorium ini. Ia menunggu waktu yang tepat untuk menghancurkan bangunan ini.Dokter Lim hanya bisa pasrah. Ia tak bisa mengelak dan tak bisa berbicara banyak lagi. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya dengan dua polisi yang menjaga di belakan
"Pemilik gedung Shan Entertainment ditemukan tewas gantung diri di dalam apartemen pribadinya. Sebuah surat ditinggalkan oleh Nona Xena Alodie Shan terkait dengan beban yang sedang ia tanggung saat ini. Kasusnya masih didalami oleh pihak kepolisian, Nona. Tak ada yang bisa memberikan jawaban pasti untuk saat ini. "Alexa memejamkan matanya. Menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya dengan kasar. Ia memberikan kode pada pria yang ada di sisinya untuk segera membuka pintu mobil. Ia akan pergi menjenguk jenazah si kawan lama.Senja yang buruk, dirinya tak habis pikir jikalau semuanya terjadi begitu cepat. Alexa dan Xena bahkan belum bisa kembali bertemu selepas waktu itu. Percakapan mereka terhenti dan komunikasi mulai putus begitu saja. Ia terkejut, meksipun dasarnya Alexa enggan peduli. Ia benar-benar tak peduli dengan apa yang menimpa Xena, tetapi tetap saja. Bunuh diri? Xena bukan orang bodoh yang akan melakukan itu.&n
"Kepercayaan bisa mengubah orang baik menjadi orang jahat?" Tawa ringan muncul dari celah bibir wanita cantik yang baru saja meletakkan pantatnya di atas kursi. Pandangan wajahnya tak pernah luput dari pria berjenggot tipis yang baru saja mengundangnya untuk datang. Ia terkejut, saat sang kekasih membawanya pergi ke tempat pria asing yang sukses membuat Xena Alodie Shan terperangah tak percaya. Baiklah, jika Mate Xavier masih hidup. Xena menonton berita saat pria itu menjebloskan Alexa ke dalam penjara. Ia juga mulai percaya saat media menyebut dirinya sebagai si jaksa mata satu yang kompeten. Kiranya, mata itulah yang melambangkan bahwa pria ini benar-benar Mate Xavier yang datang dari masa lalu."Lagian, kau benar-benar Daniel Denan Ambrosius?" tanyanya lagi. Kali ini bukan hanya pria bertubuh kekar yang duduk di sisi meja yang mendapatkan perhatian Xena, tetapi juga sang kekasih. Alexa benar, pria ini dikendalikan oleh seseorang. Wriston tak benar-benar
"Aku datang untuk memberikan sesuatu padamu, Alexa." Harry mengimbuhkan. Pria itu kembali membuat pernyataan yang cukup menyita fokus milik Alexa saat ini. Wanita itu menoleh dan mengarahkan pandangan matanya untuk Harry. Ia menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya saat ini."Kau masih ingat dengan Mr. Daniel Denan Ambrosius?" tanyanya dengan ringan. Sukses membuat Alexa sejenak membuka matanya, pria itu membuat seluruh aktivitas milik Alexa terhenti begitu saja."Kakak dari kekasihmu, Luis.""Aku sudah putus dengannya." Alexa menjawab. Kembali melanjutkan aktivitasnya dan beranjak pergi dari posisinya sekarang ini. Ia berjalan kembali ke arah kursi dan meja besar tempatnya mengambil air putih untuk Harry. Ia duduk di sana dengan rapi. Menunggu Harry untuk datang menghampiri dirinya."Ada apa dengan kakak Luis? Kau menemukannya?" kekeh Alexa dengan nada ringan. Menatap ke arah pria yang baru saja duduk dan meletakkan pantatnya di atas kursi. "Sudah aku ka
Tersenyum manis, itulah yang dilakukan oleh Alexa dengan terus menatap ke arah rumah besar yang ada di depannya. Ia puas, bukan puas sebab sudah menyakiti hati wanita hamil yang terlihat malang saat ia menceritakan semuanya. Alexa adalah seorang gadis malang yang punya kisah masa lalu yang buruk. Ibunya adalah seorang selir, mati di tangan raja yang sudah meminangnya. Kakak dan ibu tirinya bersekongkol untuk hidup di atas penderita Alexa dan rasa sakit hatinya. Kisah ia persingkat, Alexa tak mau banyak berbasa-basi hanya untuk memperpanjang kalimat dan durasi berkunjung ke rumah istri Mate Xavier. Hal mengejutkan yang membuat air mata jatuh dari tempat persembunyiannya adalah kala Alexa berkata bahwa Mate adalah pria berengsek yang hampir memperkosa dirinya. Ia juga mengkhianati cinta dan kepercayaan Alexa dengan tidur bersama sahabatnya sendiri, Xena. Kiranya, Alexa punya satu alasan yang jelas mengapa ia menusuk mata Mate dan mendorongnya ke dalam sungai dengan aliran air yang sed
Sobraine Black Russians menjadi fokus pandangan pria gempal yang baru saja menyelesaikan tugasnya. Ia duduk bersandar tepat pada sofa besar yang di sisi ruangan. Pandangan matanya fokus menuju tepat ke arah pria muda yang ada di depannya. Harry Tyler Lim datang menyela fokus dan pekerjaan pria tua satu ini. Ia menghentikan aktivitasnya dan mulai fokus pada Harry yang baru saja melemparkan setumpuk kertas yang dikaitkan menjadi satu. Kiranya Harry datang membawa sebuah informasi untuknya. Ekspresi wajah yang tak mendukung, kiranya pria itu sedang memendam amarah yang menggebu-gebu di dalam hatinya saat ini. Harry datang dengan setumpuk dokumen yang berisi beberapa informasi aneh untuknya. Dokter Lim tak tahu apa tujuan dan maksud si ke ponakan datang dengan ekspresi wajah seperti itu."Duduklah, jangan hanya diam saja di sana. Katakan apa yang ingin kau katakan sekarang ini, Harry. Jangan membuatku banyak menunggu." Dokter Lim memprotes, membuat Harry menghentikan sejena