Wanita itu meletakkan sebuah bunga duka di atas makam sang ibu, sudah lama Alexa tak datang ke tempat ini. Ia terlalu sibuk mengurus bangunan Joy Holding's Company dan mengembangkannya menjadi lebih besar. Ia lupa kalau dirinya melewatkan hari peringatan kematian sang ibunda beberapa minggu yang lalu. Tepat di awal bulan, seharusnya Alexa datang kemari. Namun, peperangan yang sedang ia lakukan membuatnya kembali mangkir untuk menjenguk sang ibunda. Jika ditanya, Alexa benar-benar rindu pada wanita yang sudah melahirkan dirinya itu. Rasa kehilangan bahkan masih ada di dalam dirinya selepas sepuluh tahun lebih sang ibunda meninggalkan dirinya sendirian. Kadang kala, Alexa merasa sedih akan hal itu. Ia benar-benar kesepian. Datang ke rumah sang ayahanda tak akan sama dengan datang ke makam sang ibunda. Ia lebih memilih melepas penat, kesedihan, dan rasa sepi di tempat ini ketimbang harus datang dan menyambangi rumah sang ayahanda. Sejak kematian ibunya, Alexa hanya datang kalau ada kep
Harry kembali ke dalam rumahnya. Sore ini ia tak mengambil kasus apapun. Sejenak bersantai, tetapi tidak benar-benar bersantai dalam diam. Ia hanya tak beraktivitas di luar ruangan. Selepas kembali dari Laboratorium BioCell, Harry tak punya agenda apapun. Kelihatannya memang seperti pria tenang lainnya, tetapi di dalam pikirannya benar-benar sedang riuh bergemuruh. Pria itu benar-benar tak bisa berpikir dengan kepala dingin dan pandangan yang jernih untuk saat ini. Semua teka teki yang datang padanya, belum satu pun yang terpecahkan. Tentang keberadaan Mr. Daniel, ia belum bisa menyimpulkan apapun. Juga, perihal seorang bocah yang menggantikan posisi Mr. Daniel di dunia itu, atau mungkin sebaliknya. Mr. Daniel lah yang menggantikan posisi bocah itu untuk menapak dan berdiri di atas bumi. Jika sudah begitu, maka seharusnya Harry mencari seseorang bernama Cristiano Bo Dalbert, bukan Daniel Denan Ambrosius.Belum sempat menghela napasnya dan mencoba untuk mengambil
"Nona Alexa bisa masuk penjara karena itu, Harry.""Itu tujuanku, Ace." Harry menyahut. Ia mulai bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mengarah tepat pada kulkas yang ada di sudut ruangan. Pria itu mulai menarik pintunya dan mengambil sekaleng soda yang ada di dalam sana. Membuka tutupnya dengan kasar lalu meneguknya perlahan-lahan. Ia mengabaikan perubahan ekspresi wajah milik Ace. Pria itu benar-benar tak menyangka kalau Harry akan berkata demikian. Mempertaruhkan hidup dan reputasi Joy Holding's Company adalah hal yang paling nekat selama hidup bersama dengan Harry Tyler Lim. Pria itu benar-benar gila dengan pemikirannya. Ia tak memikirkan sebuah risiko jika dirinya gagal melindungi Joy Holding's Company nanti."Harry ... aku tak setuju dengan pemikirannya kali ini. Berapa persen kau bisa mengambil kasus itu dan memenangkannya?" tanya Ace dengan nada bimbang. Apapun yang terjadi pada Alexa, Ace tak ingin bertanggung jawab lebih.
Alexa menatap menu makan malam yang ada di depannya. Meja yang terbuat dari kayu berkualitas tinggi dengan beberapa ukiran abstrak di depannya itu sudah penuh dengan sajian mewah yang memikat mata, menarik hati, dan menggugah selera juga minat cita rasa lidah untuk segera mengecapnya. Sepiring sajian bebek panggang dengan saus kacang walnut panggang dan jamur shiitake menjadi piring utama yang diberikan untuk Alexa malam ini. Alexa membenci brokoli! Namun, Nyonya Lucy Samantha sengaja menambahkan itu di atas menu makan malam yang disuguhkan padanya. Tak hanya itu, wanita sialan itu juga memberikan setumpuk Patty Melt Grilled Cheese. Ia paham benar, kalau Alexa tak makan lemak dan kalori sebanyak itu malam-malam begini. Wanita tua yang terlihat khas dengan make up tebal pada bagian bibirnya terus saja tersenyum manis pada Alexa. Ia diam bungkam tak berucap sepatah kata pun. Sedang menghina Alexa? Tentu saja!"Jadi kau tak benar-benar sakit, Dad?" Wanita muda itu menatap dengan
Aric tersenyum manis. Ia mengeleng ringan untuk kalimat sang putri. "Naxious Luciano, aku bertemu dengan bos besarnya kemarin dan membuat kesepakatan."Alexa mulai menyempitkan celah kelopak matanya. Wanita muda itu mulai serius dengan kalimat yang keluar dari celah bagi bibir sang ayahanda. Pria yang mengejutkan! Lama-lama ayahnya ini mirip dengan Harry Tyler Lim. Ia selalu datang dengan hal-hal mengejutkan untuk Alexa."Kau ingin aku menampung perusahaan mafia itu untuk Joy Holding's Company, Dad?" tanya Alexa mulai menyimpulkan. Ia tersenyum seringai lalu tertawa lepas kala pria itu menghela napasnya. Hubungan yang lucu. Bukan hanya Alexa yang datang kalau membutuhkan bantuan darinya, tetapi juga pria ini. Ia datang dengan wajah seperti itu lalu mulai membicarakan hal-hal aneh dengan Alexa."Naxious Luciano adalah perusahaan mafia terbesar di Amerika Serikat, Daddy. Joy Holding's Company tak membutuh
Alexa menghela napasnya panjang. Tatapannya kokoh menatap kolam kecil yang ada di depannya saat ini. Wanita muda itu terus saja menitikkan pandangan netranya untuk air yang mengalir dari atas patung berbentuk peri kecil dengan sayap bewarna putih yang terjun tepat di atas permukaan kolam dengan ikan-ikan hias yang berenang di bawah permukaannya. Alexa tak berucap apapun sebab dirinya sedang sendirian saat ini. Selepas berbincang dengan sang ayahanda, ia tak kunjung pulang ke rumahnya. Halaman belakang rumah mewah ini menjadi tempat singgah untuknya sementara waktu sembari menikmati segelas wine yang ada di sisi tempat duduknya saat ini. Alexa memikirkan pasal Naxious Luciano. Tawaran kerja sama yang rumit, tetapi jaminan untuk itu sangat menarik. Jika dirinya bisa mempertahankan hubungan baik dengan Naxious Luciano maka, Alexa akan resmi diangkat menjadi CEO utama di dalam perusahaan induk Joy Group. Kekuasaannya akan semakin besar. Bukan hanya mengendalikan Joy Holding's Company, t
Alexa kini mulai berjalan mendekati wanita sialan itu. Ia menodongkan ujung pecahan gelas tepat di depan mata milik Alice. "Mata ini bersalah ... mata ini melihat tubuh kekasihku. Matamu bersalah, Alice. Haruskah aku melukainya dan mengambilnya seperti mata milik Mrs. Marina?"Mendengar kalimat mengejutkan itu keluar dari bibir Alexa dengan ekspresi wajah seperti itu juga ujung pecahan kaca yang bisa melukai mata indahnya, Alice bungkam tak berucap sepatah kata pun. Ia terus memandangi wajah Alexa. Sang adik terlihat lain dan asing untuknya malam ini. Dulu, kala mereka masih bermain bersama-sama, Alexa bahkan menangis saat serangga hinggap di ujung sepatunya. Namun, waktu mengubah sang adik menjadi wanita yang mengerikan seperti ini. Alexa bahkan bermain dengan benda tajam untuk mengancam nyawanya. Wanita yang kini berdiri dengan tatapan tajam untuk dirinya itu bukan adiknya lagi. Hanya namanya saja yang sama, waktu membuat Alexa yang dulu ia kenal mati dan terk
"Harry sudah memberi kabar?" tanya Alexa pada pria yang berjalan di belakang tubuhnya. Sedari tadi pagi, Alexa tak mendapat kabar baik apapun dari pria bernama Harry Tyler Lim. Katanya, ia akan memberikan sebuah keputusan pada Alexa besok pagi. Menunggu waktu yang tepat untuk memutuskan sebuah kerja sama dengan sistem pekerjaan yang baru. Harry juga harus mengurus banyak hal kalau ia mulai bekerja di bawah naungan Joy Holding's Company, jadi pria itu meminta waktu untuk menentukan keputusan yang paling baik dan paling tepat untuk diambilnya dalam merintis kariernya. Harry bukan orang yang bisa memutuskan hal besar secara tergesa-gesa. Ia enggan melakukan kesalahan apapun nanti. Harry tak ingin hidupnya kacau dan tujuannya terhambat selepas bergabung dengan keluarga Joy Holding's Company. Baginya Alexa lebih mengerikan dari S.E Association atau Naxious Luciano. Wajah cantik yang menjadi topeng segala kejahatannya itu tak pernah bisa membuat Harry mengerti apa yang sebenarnya ada di d
Sebuah ruangan pribadi. Semacam taman kecil yang dibangun di lantai belakang bangunan Alice Palace. Tempat ini sedikit tersisih, sebab hanya orang-orang tertentu yang boleh masuk. Jika Alexa menyukai keindahan dengan memandang suasana mewah dan modern, Alice berkebalikan dari itu. Wanita yang jauh lebih tua dari sang adik itu lebih nyaman kalau berada di tengah rimbunnya tumbuhan hijau. Pot-pot kecil berjajar di setiap sudut bangunan dengan tanaman hias mirip rumput liar. Bahkan alas pijakan Alexa saat ini bukan ubin atau semen keras yang rata. Ia harus menyakiti rumput-rumput hijau dengan jalan setapak yang terdiri dari susunan batu kerikil berwarna putih bersih. Tak ada sampah dan tak ada debu. Semua bersih juga tertata dengan rapi. Kesan minimalis begitu kental terasa sebab di sini tak banyak barang-barang yang memenuhi. Areanya luas, tetapi hanya berisikan satu meja bundar berukuran sedang dengan dua kursi yang saling berhadapan. Di sudut sana, ada jajaran pot semen berbentuk pe