Alexa menghela napasnya panjang. Tatapannya kokoh menatap kolam kecil yang ada di depannya saat ini. Wanita muda itu terus saja menitikkan pandangan netranya untuk air yang mengalir dari atas patung berbentuk peri kecil dengan sayap bewarna putih yang terjun tepat di atas permukaan kolam dengan ikan-ikan hias yang berenang di bawah permukaannya. Alexa tak berucap apapun sebab dirinya sedang sendirian saat ini. Selepas berbincang dengan sang ayahanda, ia tak kunjung pulang ke rumahnya. Halaman belakang rumah mewah ini menjadi tempat singgah untuknya sementara waktu sembari menikmati segelas wine yang ada di sisi tempat duduknya saat ini. Alexa memikirkan pasal Naxious Luciano. Tawaran kerja sama yang rumit, tetapi jaminan untuk itu sangat menarik. Jika dirinya bisa mempertahankan hubungan baik dengan Naxious Luciano maka, Alexa akan resmi diangkat menjadi CEO utama di dalam perusahaan induk Joy Group. Kekuasaannya akan semakin besar. Bukan hanya mengendalikan Joy Holding's Company, t
Alexa kini mulai berjalan mendekati wanita sialan itu. Ia menodongkan ujung pecahan gelas tepat di depan mata milik Alice. "Mata ini bersalah ... mata ini melihat tubuh kekasihku. Matamu bersalah, Alice. Haruskah aku melukainya dan mengambilnya seperti mata milik Mrs. Marina?"Mendengar kalimat mengejutkan itu keluar dari bibir Alexa dengan ekspresi wajah seperti itu juga ujung pecahan kaca yang bisa melukai mata indahnya, Alice bungkam tak berucap sepatah kata pun. Ia terus memandangi wajah Alexa. Sang adik terlihat lain dan asing untuknya malam ini. Dulu, kala mereka masih bermain bersama-sama, Alexa bahkan menangis saat serangga hinggap di ujung sepatunya. Namun, waktu mengubah sang adik menjadi wanita yang mengerikan seperti ini. Alexa bahkan bermain dengan benda tajam untuk mengancam nyawanya. Wanita yang kini berdiri dengan tatapan tajam untuk dirinya itu bukan adiknya lagi. Hanya namanya saja yang sama, waktu membuat Alexa yang dulu ia kenal mati dan terk
"Harry sudah memberi kabar?" tanya Alexa pada pria yang berjalan di belakang tubuhnya. Sedari tadi pagi, Alexa tak mendapat kabar baik apapun dari pria bernama Harry Tyler Lim. Katanya, ia akan memberikan sebuah keputusan pada Alexa besok pagi. Menunggu waktu yang tepat untuk memutuskan sebuah kerja sama dengan sistem pekerjaan yang baru. Harry juga harus mengurus banyak hal kalau ia mulai bekerja di bawah naungan Joy Holding's Company, jadi pria itu meminta waktu untuk menentukan keputusan yang paling baik dan paling tepat untuk diambilnya dalam merintis kariernya. Harry bukan orang yang bisa memutuskan hal besar secara tergesa-gesa. Ia enggan melakukan kesalahan apapun nanti. Harry tak ingin hidupnya kacau dan tujuannya terhambat selepas bergabung dengan keluarga Joy Holding's Company. Baginya Alexa lebih mengerikan dari S.E Association atau Naxious Luciano. Wajah cantik yang menjadi topeng segala kejahatannya itu tak pernah bisa membuat Harry mengerti apa yang sebenarnya ada di d
Sebuah ruangan pribadi. Semacam taman kecil yang dibangun di lantai belakang bangunan Alice Palace. Tempat ini sedikit tersisih, sebab hanya orang-orang tertentu yang boleh masuk. Jika Alexa menyukai keindahan dengan memandang suasana mewah dan modern, Alice berkebalikan dari itu. Wanita yang jauh lebih tua dari sang adik itu lebih nyaman kalau berada di tengah rimbunnya tumbuhan hijau. Pot-pot kecil berjajar di setiap sudut bangunan dengan tanaman hias mirip rumput liar. Bahkan alas pijakan Alexa saat ini bukan ubin atau semen keras yang rata. Ia harus menyakiti rumput-rumput hijau dengan jalan setapak yang terdiri dari susunan batu kerikil berwarna putih bersih. Tak ada sampah dan tak ada debu. Semua bersih juga tertata dengan rapi. Kesan minimalis begitu kental terasa sebab di sini tak banyak barang-barang yang memenuhi. Areanya luas, tetapi hanya berisikan satu meja bundar berukuran sedang dengan dua kursi yang saling berhadapan. Di sudut sana, ada jajaran pot semen berbentuk pe
Tempat yang ramai. Alunan musik menggema di setiap sudut ruangan. Jajaran lampu gantung berkerlapan bak puluhan bintang di atas langit malam. Senja baru saja turun dari kedudukannya. Langit gelap dengan satu bulatan dewi malam begitu cantik dipandang oleh sepasang mata telanjang. Cahaya kuningnya menjadi saksi bisu yang mempertegas bahwa tak akan ada hujan malam ini. Bumi tak akan basah sebab cakrawala yang terluka hatinya dan berduka, lalu menangis tersedu-sedu. Suasana akan tetap kondusif sampai pagi datang dengan fajar yang mengintip di balik gumpalan awan putih.Alexa menatap pria yang ada di sana. Dari sekian banyak orang yang bergoyang dan berjoget mengikuti irama yang ada, hanya pria berambut keriting itu yang menjadi fokus untuk sepasang mata tajam milik Sherina Alexander Lansonia. Ace Brancroft, pria yang membuatnya datang ke tempat seperti ini. Sebuah klub malam dengan musik yang menggila di setiap menitnya. Dentuman keras benar-benar menganggu ketenangan Alexa mala
Alexa tersenyum manis melihat pria yang ada di depannya saat ini. Tubuhnya penuh dengan luka lebam dan babak belur sebab seseorang baru saja memukulinya habis dan menghakimi dirinya dengan penuh kemarahan. Ace Brancroft dicap sebagai seorang penipu saat ini. Ia menggunakan nama orang lain hanya untuk memikat seorang wanita cantik. Ia berbohong tentang identitasnya. Itu sebabnya orang-orang yang ada di sini marah dan murka padanya. Bar dan klub malam memang berisi orang-orang bejat dan bajingan. Banyak yang menghabiskan napsunya di tempat ini, tetapi sayang. Penipu tak dimaafkan di sini. Toh juga, Ace adalah orang baru untuk mereka. Baru memulai hubungan saja, Ace Brancroft sudah melakukan kebohongan besar. Ia duduk sebagai Mr. Lim, bukan Mr. Ace seorang peretas ilegal yang tak punya pekerjaan di atas pengakuan pemerintah kota.Nasib yang mengenaskan untuk Ace malam ini! Alexa hanya bisa tertawa untuk pria satu itu. Ia menatap kekalahannya dengan penuh kepu
Harry berlari selepas ia turun dari mobil. Langkah kaki jenjangnya tegas memasuki bangunan rumah sakit untuk datang pada orang yang sedang membutuhkannya saat ini. Mr. Ace Brancroft dipukuli habis-habisan di dalam bangunan klub malam. Tulang kakinya patah, butuh waktu untuk yang sedikit lama untuk bisa membuatnya sembuh dan menyatu kembali. Bukan hanya itu, pihak rumah sakit yang memberi kabar padanya juga mengatakan bahwa keadaan Ace benar-benar miris untuk dipandang oleh kedua mata telanjang. Babak belur, luka menghitam, dengan beberapa darah segar yang yang masih menetes kadang kala. Sisi matanya bengkak sebab bogem mentah mendarat di atas sana. Ace tak bisa lagi dikatakan tampan dengan seluruh luka yang ada di wajahnya saat ini. Beberapa sudut tubuhnya pun tak luput dari bulan-bulanan orang yang ada di dalam tempat itu. Harry benar-benar tak habis pikir apa yang sebenarnya terjadi pada Ace. Harry menghentikan langkah kakinya, tepat di depan meja rese
Semua yang ada di depannya saat ini, sungguh memukau! Matanya puas memandang seluruh tata ruangan yang terkesan mewah dan modern. Ruangan utama Puncak Camaraderie adalah surga untuk seluruh mimpinya. Inilah representasi nyata dari segala bentuk perjuangan seorang Sherina Alexander Lansonia untuk menjadi seorang wanita yang hebat di masa depan. Mata dunia masih membicarakan pasal Puncak Camaraderie. Bahkan, besok malam ia akan kembali bertemu dengan pria gempal pemilik sebuah perusahaan properti ternama di Inggris. Katanya, ia ingin menginvestasikan uangnya untuk pengembangan Puncak Camaraderie. Ia ingin mengulurkan tangan untuk Joy Holding's Company. Perusahaan kosmetik terbesar di Britania Raya yang mampu memberi harapan bagi orang-orang di sekitarnya. Joy Holding's Company menjadi lebih kaya dan terpandang selepas teknologi Camaraderie dipublikasikan pada dunia. Puncak persahabatan, itulah artinya. Alexa ingin puncak ini menjadi lambang persahabatan dirinya mewakili Joy Holding's
"Kenapa datang malam-malam begini? Ada sesuatu yang penting?" Alexa mulia mulai menatap cairan wine yang jatuh tepat ke dasar gelas kaca di depannya. Di sudut ruangan, ia sedang menyiapkan jamuan kecil untuk kedatangan kekasihnya malam ini. Alexa tahu, kalau Luis Ambrosius membawakan buah tangan untuk dirinya saat datang tadi. Ia memeluk Alexa lalu mengecup puncak kepalanya. Wanita itu hanya bisa tersenyum manis, sesekali sang kekasih mengecup bibirnya dengan lembut. Lalu mulai melepaskan pelukan itu, selepas Alexa meminta ijin untuk menyuguhkan segelas wine untuk menemani percakapan keduanya malam ini. Larut sudah datang. Sebenarnya Alexa ingin pulang ke rumahnya setelah ini. Namun, kedatangan Luis Ambrosius menghentikan niatnya. Mau tak mau, ia harus menjamu tamu pertamanya yang datang menengok keadaan ruang kerja pribadinya di lantai Puncak Camaraderie.Wow! Itulah kata yang pertama kali keluar dari celah bibir milik Luis. Pria itu terkagum-kagum dengan apa yang ada di sek