Sepotong kue kering baru saja masuk ke dalam mulutnya. Pria jangkung itu terus saja menatap layar besar yang ada di depannya. Fokusnya benar-benar tak bisa dialihkan sebab dan perihal alasan apapun. Ia ingin fokus menatap semua yang didapatkan oleh Ace malam ini. Kiranya Harry akan bisa tidur dengan sedikit lega sebab pria berambut keriting ini memenuhi janjinya. Dalam satu hari, Ace kembali menadapat apa yang ia inginkan. Informasi pada laki-laki bernama Daniel Denan Ambrosius. Si misterius yang hilang beberapa puluh tahun yang lalu.
"Aku mengira seseorang membunuhnya, Harry." Ace memulai kalimat. Ia pergi dengan tatapan aneh untuk Harry. Sejenak tak ada suara di antara keduanya. Sama-sama diam dengan saling menatap satu sama lain. Harry tak pernah segila ini. Pikirannya diajak melayang ke mana-mana hanya sebab ingin mencari tahu perihal seorang anak laki-laki yang tak jelas keberadaannya.
"Kenapa begitu?"
"Tak ad
"Untuk apa aku membunuh Mr. Joe, Alexa. Aku bahkan tak akrab dengannya." Luis melepaskan pelukan hangat itu. Ia menatap paras Alexa dengan lekat. Sedikit aneh baginya. Alexa tiba-tiba saja datang dan menyambangi bangunan pusat Happy Food Company dan tiba-tiba saja membahas pasal Daniel Denan Ambrosius, sang kakak yang dihapus jejaknya dari keluarga Ambrosius sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Bukan sebab Daniel Denan Ambrosius adalah si pembangkang yang harus dideportasi dari Britania Raya untuk menjalani masa hukumannya. Pemilik nama itu juga bukan si bangsat atau si bajingan yang suka mempermalukan keluarga besarnya. Jika dibandingkan dengan Luis, Mr. Daniel jauh lebih pendiam dan tertutup. Ia juga jauh lebih pandai dan lebih tenang. Mr. Gill dulunya lebih mencintai pria itu ketimbang Luis Ambrosius.Sebuah tragedi merenggut nyawanya. Pria itu jatuh dari atas halaman bangunan villa milik Mr. Gill dan membentur batu besar di bawahnya. Tuhan tak ingin hidup laki-laki
Beberapa kaleng alkohol murahan berjajar di tengah meja kaca sudut ruangan. Seorang pria tua datang menyela aktivitas dua laki-laki yang jauh lebih muda darinya. Malam semakin larut, kiranya sudah waktunya untuk segera bergegas pergi ke atas ranjang dan tidur beralaskan sebuah masalah yang belum usai hari ini. Harry menatap wajah sang paman. Pria berjenggot abu-abu dengan tubuh gempal itu masih saja menatap layar komputer besar yang ada di depannya. Sesekali ia melirik wajah Mr. Ace yang terkesan biasa-biasa saja. Bukan hal mengejutkan untuk dirinya kalau harus mengungkap identitas seorang anak yang dikirimkan oleh Dokter Lim Won Shik sebelum ini. Informasi yang ia dapatkan tak mendetail. Hanya perkara lingkup hidup si bocah yang terkesan menyedihkan dan memilukan di hati. Ia berasal dari keluarga aneh yang tak pantas untuk disebut sebagai manusia."Namanya adalah Cristiano Bo Dalbert. Ia seorang bocah berusia 11 tahun yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya. Ibu dan ayah
"Harry!" Ace menyela lamunan pria jangkung yang baru saja duduk di belakang bangunan separuh rubuh yang mereka tempati saat ini. Ia berjalan dengan langkah sedang untuk datang dan menghampiri Harry. Tak ada senyum yang mengembang di atas paras tampannya. Harry memeluk sepi bersama dengan kerikan jangkrik dan sekaleng bir lokal yang dibawakan oleh Dokter Lim untuknya tadi. Percakapan selesai dan pria tua itu pergi meninggalkan bangunannya ini. Dokter Lim enggan menyebut ini sebagai rumah, bahkan sumpah demi apapun, ia tak sudi datang kemari kalau-kalau hanya sekadar mampir dan bersua dengan keponakannya. Ia lebih bahagia kalau Harry yang datang ke dalam bangunan laboratorium BioCell.Jangan mengira kalau Dokter Lim Won Shik tak pernah peduli dengan keponakannya ini. Ia yang membawa Harry ke London dan membuatnya sebagai seorang pengacara kondang di usia muda. Ia mengajari dan mendidik Harry bagaiamana hidup sebagai seorang pria di masa depan. Pria itu sanga
"Namanya Ace Brancroft, dia seorang peretas yang bekerja secara ilegal. Banyak situs-situs besar yang sudah dijelajahi olehnya untuk bisa membantu persidangan Mr. Harry Tyler Lim. Pria itu cerdik dan pandai. Ia punya kemampuan hacking yang bagus, Nona Alexa. Kau masih ingat dengan cyber attack yang sempat diterima tim IT kita, Nona Alexa?" Pria itu duduk di sudut ruangan. Ia memangku satu tumpuk kertas yang berisi semua tugasnya pagi ini dengan rapi. Tatapan mata terus tertuju pada wanita muda yang sedang merias dirinya di depan sebuah cermin besar sudut ruangan. Bukannya mengabaikan, Alexa memang begitu. Jika ia harus mendengarkan dengan diam dan fokus menatap satu objek saja, maka ia akan mudah bosan dan lelah. Toh juga, ia adalah wanita yang pandai. Alexa akan cepat tanggap pada situasi dan kondisi yang terjadi padanya. Tanpa harus diulang, wanita satu itu bisa menarik kesimpulan dari semua yang ia dengar."Ace yang melakukannya?" Alexa menyahut. Mencoba memb
Aroma kopi mengudara. Seorang wanita cantik yang sedikit lebih muda darinya kini duduk sembari memangku dagu lancipnya di atas meja. Ia menatap wajah cantik milik Alexa yang terus menitikkan manik mata untuk menatap wajah cantik miliknya. Ia datang dengan undangan resmi dari Alexa. Seseorang menghantar dirinya datang ke lantai Stupendaous dengan akses pribadi yang tak semua boleh datang dan menginjakkan kakinya di atas lantai suci yang dibangun tepat di bawah Puncak Camaraderie. Tempat ini hanya bisa didatangi oleh orang-orang terpilih saja. Jika Alexa tak mengijinkan orang itu untuk datang dan menyambangi tempat ini, maka orang itu tak akan pernah bisa melakukannya."Kau orang beruntung yang aku undang datang ke sini, Nona Zia Eleanor. Kau tak berterimakasih atau mengatakan hal semacamnya?" tanya Alexa berbasa-basi. Ia sedikit memiringkan kepalanya untuk bisa menatap wajah asing yang ada di depannya itu. Sebuah relasi hubungan yang aneh, Nona Zia Eleanor
Shan Entertainment. Tempat terbaik untuk mengembangkan bakat dan minat sebagai seorang entertainer berbakat yang mulai diakui oleh dunia. Semua yang datang dari dalam bangunan gedung Shan Entertainment akan mendapatkan perhatian yang berlebih. Masyarakat selalu percaya kalau perusahaan hiburan ini selalu mendatangkan para aktor, aktris, dan musisi terkenal yang mampu berkarya di tengah hiruk pikuk Kota London. Tak ada orang yang tak sukses jika sudah datang dari dalam bangunan ini. Semua yang meniti karier dari bawah selalu naik ke atas dan berhenti di atas puncak. Saham Shan Entertainment tak pernah menurun banyak, selalu banyak yang datang meskipun kadang kala masalah dan badai menerpa namanya.Kasus Mr. Joe resmi ditutup. Kini saatnya bernapas lega dan memulai kehidupan yang baru. Joe's Property akan diakuisisi oleh perusahan induk Shan Corp di bawah naungan Mr. Shan. Nama perusahaan itu akan berganti tentunya. Entah menggunakan embel-embel apa, tetapi Xena yakin kal
Sepotong roti panggang menjadi peneman pagi untuk wanita cantik yang terus saja menatap ke luar jendela ruangan. Ia tak berucap meskipun dokumen selalu datang menghampiri untuk segera diresmikan dengan bubuh tanda tangan darinya. Fokus Xena sedikit lain. Pagi ini ia tak ingin memikirkan pasal Shan Entertainment atau semacamnya. Undangan resmi datang untuk kedua kalinya. Benda itu kini ada di sisi cangkir teh manis dengan potongan kayu manis di atasnya. Sebuah informasi datang untuk mengingatkan, malam ini peresmian Puncak Camaraderie akan digelar. Mata dunia dan telinga masyarakat akan disiapkan dengan baik. Joy Holding's Company kembali membuka gebrakan setelah hanyut di dalam permasalahan yang lumayan pelik.Kasus kematian Mr. Joe hilang begitu saja ditelan oleh waktu. Tak ada media yang menyenggol namanya lagi. Perusahaan Joe's Property kini sudah diambil alih oleh sang papa hanya dalam satu malam saja. Seluruh sahamnya dipindah tangankan atas nama Mr. Shan. Pria tua itu s
"Aku tak bisa melakukan ini di dalam lingkungan kantor, Wriston." Xena tersenyum ringan. Ia mengusap kedua pipi pria berjenggot rata yang ada di depannya itu. Acap kali senyum datang menghantam sepasang netra indah milik laki-laki bertubuh kekar yang ada di depannya itu."Kau janji tidak akan menolaknya kalau kita berada di luar bangunan Shan Entertainment?"Xena mengangguk-anguk. Kembali lengkung bibir indah muncul begitu saja. Ia masih dengan aktivitasnya mengusap pipi pria yang ada di depannya. Mulai mendekatkan bibirnya lalu mengecup bibir merah muda sedikit tebal milik laki-laki yang ada di depannya saat ini. Wriston merasakan ketulusan itu. Sikap Xena padanya begitu hangat, mirip saat dirinya menjadi si gempal yang kalau berjalan jadi bahan tertawaan untuk teman-teman sebayanya. Hanya Xena yang tak begitu, baginya sejahat apapun Xena di mata Alexa juga orang-orang yang ada di masa lalunya, wanita muda itu adalah wanita yang paling baik dan hangat selain ibu kandu