"Tuan Shan yang aku kenal tak menyukai pengkhianatan. Ia akan menyingkirkan hama kotor dan murahan seperti itu, bukan?" paparnya berbisik.
Ia menarik kembali wajahnya. Menjauh dadi telinga pria tua yang mulai meliriknya tajam. Memang, Shan Entertainment adalah representasi bentuk kasih sayang sang ayahanda kepada dirinya. Namun, pria itu tak benar-benar ingin memberikan Shan Entertainment untuk digenggam oleh Xena. Pria itu selalu mengulur waktu. Ia tak kunjung mundur dan melepas jabatannya. Xena memang pemimpin Shan Entertainment yang diakui oleh dunia. Kedudukannya tak kalah terhormat dari Sherina Alexander Lansonia. Akan tetapi, dirinya bukan pemilik sah gedung ini. Sebelum pria tua berambut abu ini meninggal, Shan Entertainment tak akan benar-benar jatuh ke tangannya.
Membunuh sang ayahanda? Tidak, Xena bukan Alexa. Ia memang membenci keegoisan pria tua berbadan sedikit gempal itu. Namun, Tuan Shan tetaplah ayah kandungnya. Xena memang bisa menyuruh seorang pem
Sepasang Stiletto berwarna merah tua dengan ujung meruncing kini tegas menapaki satu persatu ubin bersih yang samar memantulkan bayangan tubuhnya. Wanita dengan setelan kemeja must have item yang apik di padukan celana panjang yang menampilkan kaki jenjangnya mulai mengarahkan pandangannya menatap suasana luar bangunan Shan Entertainment yang dipenuhinya oleh para awak media. Kiranya mereka ingin mendapat berita hangat tentang Mr. Joe pagi ini. Entah berita baik ataupun sebuah kabar duka dengan menyebutkan bahwa seseorang sudah menemukan jenazah pria malang itu. Mata dunia sedang memandang ke arah Shan Entertainment. Menunggu sebuah perkembangan perihal kasus yang sedang menjeratnya sekarang ini."Beri mereka satu kabar dan suruh mereka pergi dari bangunanku. Hari ini aku terlalu sibuk untuk meladeni tikus-tikus lapar itu." Xena menyela langkahnya. Ia melirik pintu masuk dengan sekat kaca buram yang menampilkan orang-orang asing sedang berjajar di depan sana. Ia menungg
"Xena yang membunuh Mr. Joe?" Suara itu lantang menggema di ruangan. Memberi kesan betapa terkejutnya wanita cantik berbalut gaun merah paham dengan beberapa aksesoris pendukung yang mempercantik penampilannya siang ini. Alexa menatap langit-langit ruangannya. Menghela napasnya kasar sembari sesekali berdecak untuk mengekpresikan betapa anehnya keadaan yang sedang terjadi di sekitarnya sekarang ini. Ia akan menerima fakta jika seseorang pejabat kaya pemegang saham terbesar di bangunan tinggi pencakar langit yang menghabisi nyawa Mr. Joe. Pria itu licik, jadi ia pantas mendapatkan ganjarannya. Terkadang bukan Tuhan yang memberikan sanksi paling besar, akan tetapi seorang pendosa lainnya."Itu kata Harry?" Seseorang menyela dirinya. Melirik Alexa yang terus saja tersenyum aneh untuk menanggapi kalimat itu. Ia belum bisa mengerti keadaannya. Semua terjadi begitu cepat dan mengubah semua situasi hanya dalam waktu satu malam saja. Mr. Joe menghilang. Ia tak bisa ditemukan kab
"Mafia melebarkan sayapnya di Amerika Serikat sekitar abad ke-19. Perkembangan yang pesat membuat mafia dianggap sebagai bagian dari negara adidaya terbesar itu. Kau tahu? Jika saja FBI tak melakukan menyelidikan, maka orang-orang itu pasti masih ada di sana." Seseorang memungkaskan kalimatnya. Ia menarik sebatang rokok yang masih utuh sebab tembakau belum terbakar oleh percikan api dari pemantik di sela jari jemarinya. Pria itu terus menatap papan besar yang menjadi 'area' bermain untuknya sekarang. Semua terlihat begitu menarik selepas ia bisa memahami bahwa bukan uang yang mengatur semuanya, melainkan hukum di bawah kuasa negara."Orang-orang itu?" Seorang pria berjas rapi kini menyahut. Ia memberikan penekanan di bagian akhir kalimatnya. Tempat ini adalah sumber informasi terpercaya yang bisa Harry andalkan. Dirinya mendapat informasi mengenai Mr. Joe kala itu juga berasal dari tempat ini. Sebuah gedung kuno yang hampir rubuh sebab bagian depan yang terlihat begitu
Senandung lagu mulai mengusik keheningan. Tak lagi sepi seperti saat keduanya memutuskan untuk saling diam menutup pembicaraan yang sebelumnya mereka lakukan. Harry mulai menghela napasnya bersama dengan kepulan asap putih yang keluar dadi celah bibir merah mudanya. Ia suka keadaan seperti ini. Ujung besi yang menggores permukaan piringan hitam itu menimbulkan suara yang begitu nyaman menari-nari di dalam lubang telinganya. Harry mendapatkan suasana itu! Nyaman, tenang, dan damai. Ia memutuskan tak lagi mengulik informasi mengenai Mr. Joe untuk sesaat. Harry belum mendapatkan kabar dari pihak kepolisian. Organisasi milik negara itu hanya mengatakan bahwa ia sedang mengidentifikasi mayat tanpa daun telinga yang ditemukan di sisi halaman villa kosong yang terbengkalai. Kepolisian akan mengabari dirinya lagi kalau ada perkembangan mengenai kasus Mr. Joe juga Alexa, begitu kata dan janji yang terucap dari mulut pria berbadan gempal dengan seragam ketat yang membungkus tubuhnya itu. 
"Tolong kirimkan pengacara pengganti untuk kasus Nyonya Adele satu jam lagi. Aku sudah mengirimkan semua file yang dibutuhkan ke kantor. Hari ini aku ada urusan mendadak. Selebihnya, kira akan berkabar nanti." Kalimat itu menutup segalanya. Harry memutuskan untuk datang ke kantor polisi alih-alih menyelesaikan kasus sebagai seorang pengacara pembela umum. Bukan pasal uang yang diterima, Harry bisa mendapatkan lembar dollar dan poundsterling itu dengan cara yang lain. Ia punya banyak relasi untuk menimbun harta. Bahkan jika Harry mau, ia bisa mengambil satu kasus milik rekan lamanya. Bayaran yang didapat tentu tak main-main. Ia bahkan bisa membeli satu pulau tak berpenghuni di dunia ini. Alasan ia tak mengindahkan adalah sebab Harry sudah terlalu banyak menimbun dosa. Bukan, Harry bukan takut akan penghakiman. Toh juga, mau disengaja atau tidak. Mau dipaksakan atau tidak penghuni langit tetap menganggap itu sebagai pendosa. Harry hanya muak, hidupnya hanya dipenuhi dengan negosiasi i
"Jadi apa tawarannya?" Harry kembali menyela keheningan yang ada di antara keduanya. Suasana sepi hampir saja datang kalau ia tak berbicara menanggapi kalimat pendek dari Mr. Frank barusan. Pria berjas mahal dengan aksesoris pendukung itu terus saja menatap satu lagi pria berbadan gempal yang menjadi lawan bicaranya siang ini. Mr. Frank tak kunjung berbicara. Helaan napas ringan terus saja menyela seperti dirinya sedang berada di sebuah situasi dengan pilihan-pilihan sulit sekarang."Kau ingin aku membuat Nona Alexa mengaku dan menyelesaikan kasus ini dengan mudah, lalu membayarku dan memberikan sebuah koneksi kepolisian untuk melindungi diriku?" Harry mencecar. Ia terus menatap pria jangkung yang ada di sisinya. Apapun yang diinginkan oleh Mr.Frank, ia tak akan menurutinya dengan mudah. Prinsip Harry untuk sekarang adalah menjaga dan melindungi nama baik Nona Alexa juga Joy Holding's Company. Sekali lagi, bukan pasal uangnya. Namun, pasal koneksi dan ribuan
Alexa tertawa ringan. Kembali tatapan matanya ia berikan untuk Alice yang mulai berjalan mendekat padanya. Tak ada kalimat yang terucap dari Alice selepas ia mengumpat pada adik kandungnya itu. Alexa benar-benar gila dengan pemikiran bodohnya!"Kau pikir itu bisa menghentikan pernikahanku dan Mr. Gill?" tanyanya memberi penekanan. Ia tak akan memberi ampun pada sang adik jikalau benar-benar menghancurkan pernikahan itu. Memang, tak ada cinta di dalamnya. Namun, ada sebuah titik harapan untuk Alice bisa menandingi kehebatan adiknya. Happy Food Company akan menjadi bagian dari Alice Palace. Jika Happy Food bisa bergabung di bawah naungan perusahaannya, maka nilai saham di dalam bangunan Alice Palace akan benar-benar naik hingga ke puncak. Bangunan akan lebih tinggi lagi. Ia bisa menandingi Joy Holding's Company sebagai jajaran perusahaan raksasa yang berjejal di tengah padatnya Kota London. Alice bisa menyombongkan kehebatannya layaknya Alexa sekarang ini.Alex
"Maafkan aku Nyonya, aku tak bisa mendampingi dirimu untuk menyelesaikan kasusnya." Harry tersenyum ringan menatap wanita tua yang ada di depannya saat ini. Mengusap pundaknya dengan lembut seakan sedang menyalurkan energi positif untuk wanita malang dengan pakaian khas seorang tahanan itu. Wajahnya kusut, sekusut kain tebal yang membungkus tubuh kerempengnya itu. Senyum yang mengembang di atas paras cantiknya itu terkesan begitu aneh dan dipaksakan. Dirinya terjerumus dalam sebuah lubang yang tak pernah disangka-sangka sebelumnya. Putri kandungnya melaporkan dirinya atas kejahatan tak disengaja yang membuat cucu kandungnya masuk ke dalam rumah sakit. Laki-laki kecil itu harus dirawat dengan intensif selepas mobil menabrak tubuh kecilnya beberapa hari yang lalu. Darah keluar mengalir dari setiap sudut bagian tubuh kecilnya itu dengan luka dalam yang cukup serius. Harapan hidup tak ada lagi, hanya terus bisa berdoa kepada zat yang disebut-sebut sebagai Tuhan, sang pemberi kehidupan.&