Senandung lagu mulai mengusik keheningan. Tak lagi sepi seperti saat keduanya memutuskan untuk saling diam menutup pembicaraan yang sebelumnya mereka lakukan. Harry mulai menghela napasnya bersama dengan kepulan asap putih yang keluar dadi celah bibir merah mudanya. Ia suka keadaan seperti ini. Ujung besi yang menggores permukaan piringan hitam itu menimbulkan suara yang begitu nyaman menari-nari di dalam lubang telinganya. Harry mendapatkan suasana itu! Nyaman, tenang, dan damai. Ia memutuskan tak lagi mengulik informasi mengenai Mr. Joe untuk sesaat. Harry belum mendapatkan kabar dari pihak kepolisian. Organisasi milik negara itu hanya mengatakan bahwa ia sedang mengidentifikasi mayat tanpa daun telinga yang ditemukan di sisi halaman villa kosong yang terbengkalai. Kepolisian akan mengabari dirinya lagi kalau ada perkembangan mengenai kasus Mr. Joe juga Alexa, begitu kata dan janji yang terucap dari mulut pria berbadan gempal dengan seragam ketat yang membungkus tubuhnya itu. 
"Tolong kirimkan pengacara pengganti untuk kasus Nyonya Adele satu jam lagi. Aku sudah mengirimkan semua file yang dibutuhkan ke kantor. Hari ini aku ada urusan mendadak. Selebihnya, kira akan berkabar nanti." Kalimat itu menutup segalanya. Harry memutuskan untuk datang ke kantor polisi alih-alih menyelesaikan kasus sebagai seorang pengacara pembela umum. Bukan pasal uang yang diterima, Harry bisa mendapatkan lembar dollar dan poundsterling itu dengan cara yang lain. Ia punya banyak relasi untuk menimbun harta. Bahkan jika Harry mau, ia bisa mengambil satu kasus milik rekan lamanya. Bayaran yang didapat tentu tak main-main. Ia bahkan bisa membeli satu pulau tak berpenghuni di dunia ini. Alasan ia tak mengindahkan adalah sebab Harry sudah terlalu banyak menimbun dosa. Bukan, Harry bukan takut akan penghakiman. Toh juga, mau disengaja atau tidak. Mau dipaksakan atau tidak penghuni langit tetap menganggap itu sebagai pendosa. Harry hanya muak, hidupnya hanya dipenuhi dengan negosiasi i
"Jadi apa tawarannya?" Harry kembali menyela keheningan yang ada di antara keduanya. Suasana sepi hampir saja datang kalau ia tak berbicara menanggapi kalimat pendek dari Mr. Frank barusan. Pria berjas mahal dengan aksesoris pendukung itu terus saja menatap satu lagi pria berbadan gempal yang menjadi lawan bicaranya siang ini. Mr. Frank tak kunjung berbicara. Helaan napas ringan terus saja menyela seperti dirinya sedang berada di sebuah situasi dengan pilihan-pilihan sulit sekarang."Kau ingin aku membuat Nona Alexa mengaku dan menyelesaikan kasus ini dengan mudah, lalu membayarku dan memberikan sebuah koneksi kepolisian untuk melindungi diriku?" Harry mencecar. Ia terus menatap pria jangkung yang ada di sisinya. Apapun yang diinginkan oleh Mr.Frank, ia tak akan menurutinya dengan mudah. Prinsip Harry untuk sekarang adalah menjaga dan melindungi nama baik Nona Alexa juga Joy Holding's Company. Sekali lagi, bukan pasal uangnya. Namun, pasal koneksi dan ribuan
Alexa tertawa ringan. Kembali tatapan matanya ia berikan untuk Alice yang mulai berjalan mendekat padanya. Tak ada kalimat yang terucap dari Alice selepas ia mengumpat pada adik kandungnya itu. Alexa benar-benar gila dengan pemikiran bodohnya!"Kau pikir itu bisa menghentikan pernikahanku dan Mr. Gill?" tanyanya memberi penekanan. Ia tak akan memberi ampun pada sang adik jikalau benar-benar menghancurkan pernikahan itu. Memang, tak ada cinta di dalamnya. Namun, ada sebuah titik harapan untuk Alice bisa menandingi kehebatan adiknya. Happy Food Company akan menjadi bagian dari Alice Palace. Jika Happy Food bisa bergabung di bawah naungan perusahaannya, maka nilai saham di dalam bangunan Alice Palace akan benar-benar naik hingga ke puncak. Bangunan akan lebih tinggi lagi. Ia bisa menandingi Joy Holding's Company sebagai jajaran perusahaan raksasa yang berjejal di tengah padatnya Kota London. Alice bisa menyombongkan kehebatannya layaknya Alexa sekarang ini.Alex
"Maafkan aku Nyonya, aku tak bisa mendampingi dirimu untuk menyelesaikan kasusnya." Harry tersenyum ringan menatap wanita tua yang ada di depannya saat ini. Mengusap pundaknya dengan lembut seakan sedang menyalurkan energi positif untuk wanita malang dengan pakaian khas seorang tahanan itu. Wajahnya kusut, sekusut kain tebal yang membungkus tubuh kerempengnya itu. Senyum yang mengembang di atas paras cantiknya itu terkesan begitu aneh dan dipaksakan. Dirinya terjerumus dalam sebuah lubang yang tak pernah disangka-sangka sebelumnya. Putri kandungnya melaporkan dirinya atas kejahatan tak disengaja yang membuat cucu kandungnya masuk ke dalam rumah sakit. Laki-laki kecil itu harus dirawat dengan intensif selepas mobil menabrak tubuh kecilnya beberapa hari yang lalu. Darah keluar mengalir dari setiap sudut bagian tubuh kecilnya itu dengan luka dalam yang cukup serius. Harapan hidup tak ada lagi, hanya terus bisa berdoa kepada zat yang disebut-sebut sebagai Tuhan, sang pemberi kehidupan.&
Langkah kaki keduanya kembali tegas membelah aspal jalanan. Berniat pergi dari tempat ini untuk memulai aktivitas baru selepas melaksanakan tugas terbaik menyelamatkan takdir seseorang yang sudah dibuang oleh semesta. Harry mulai menatap apapun yang ada di depannya sekarang ini. Mencoba menikmati apa yang disuguhkan oleh alam dengan helaan napas yang sesekali muncul dari celah bibirnya. Pikirnya kembali melayang-layang jauh entah kemana perginya. Harry mengingat satu nama selepas juniornya itu mengatakan kalimat umpatan untuk menutup pembicaraan mereka. Bukan manusia, tetapi fisiknya berwujud manusia. Harry mengingat wajah Alexa di dalamnya. Wanita itu bak sekuntum bunga Rhododendron yang hanya cantik dilihat secara fisik saja. Tubuhnya menarik dengan wajah cantik yang mempesona bagi siapa saja mata yang memandangnya. Setiap inci bagian wajah cantik itu tak pernah luput dari polesan make up berharga fantastis dengan merek kelas dunia. Akan tetapi, hatinya penuh dengan dendam dan ama
Lantunan musik ballad menggema di dalam mobil. Sebuah perjalanan tanpa tujuan yang jelas dilalui oleh Alexa juga Harry. Pria itu 'ditarik' paksa untuk masuk ke dalam mobil dan ikut dengannya. Ia tak sudi berbicara di depan gedung menyeramkan seperti pengadilan mahkota Old Bailey. Tempat itu sudah bak pintu neraka untuk para pengusahaan kotor seperti Sherina Alexander Lansonia. Ia hampir saja tertangkap beberapa tahun yang lalu. Seseorang menggantikan posisi Joy Holding's Company untuk menghadiri sidang pertama. Banding tak dilaksanakan sebab semua pihak menolaknya. Tentunya bukan atas kehendak sendiri, seseorang ada di balik semuanya. Dalang terbaik yang menyusun alur luar biasa indah dan hebat kayaknya Tuhan di dunia ini. Alexa memutar balikkan fakta untuk membuat Joy Holding's Company tetap berdiri di tengah skandal penggelapan uang yang hampir saja menyenggol nama perusahaannya.Harry tentu tahu akan hal itu. Sebuah kepercayaan yang dimiliki oleh Alexa tentang pria sa
Warna pelangi indah penuh warna yang menarik di dalam hati. Sepiring Gyoza Bento Box, Chicken Katsu, Pumpkin Katsu dan juga Katsu Wraps berjajar rapi memenuhi meja persegi yang membatasi duduknya dengan pria jangkung berjas mahal di depan itu. Netranya masih saja kokoh tak mau menatap paras Harry yang terus mencoba menarik perhatiannya dengan senyum manis yang mengembang di atas wajah tampan dan bersih miliknya. Alexa terus saja menggerutu lirih dengan mulut komat kamit bak seorang dukun yang sedang membaca sebuah mantra. Wajah wanita cantik itu benar-benar masam. Ia tak ingin bersahabat dengan keadaan dan situasi yang terjadi di sekitarnya sekarang. Harry adalah pria sialan yang terus saja memainkan perasaannya. Ia membawa Alexa ke tempat murah seperti itu seakan ingin menampar selera elegan yang dijunjung tinggi oleh wanita pemilik Joy Holding's Company."Makanan apa ini?" pekik Alexa sedikit meninggikan nada bicara. Jari telunjuk dengan ujung kuku runcing i
"Kau tau bahwa kau bisa saja mati di dalam pekerjaanmu ini. Lantas mengapa kau masih meneruskannya? Kau bisa mencari pekerjaan yang lain seperti menjadi aktor atau seorang model." Alexa menyela keheningan yang harus aja tercipta di antara keduanya. Menarik pandangan Harry untuk kembali menatap paras cantik itu. Keduanya sama-sama terdiam. Baik Alexa maupun Harry yang bisa saling bertukar tatap untuk saat ini."Kenapa aku harus menjadi model? Semua orang mengatakan bahwa pengacara sangat cocok denganku.""Karena kau tam—" Alexa sigap mengatupkan bibirnya. Ia membuka dua manik matanya lebar-lebar. Baru saja, dirinya ingin mempermalukan diri sendiri. Jika Harry mendengar kata tampan keluar dari celah bibirnya, bisa saja Alexa mati mematung di tempatnya."Tampan?""Sudahlah. Bukan urusanku juga." Alexa mengalihkan pembicaraan. Ia melirik Harry yang kini tersenyum geli menatap tingkah anehnya barusan. Sekeras
Kapal berlayar. Bukan hubungan dua insan yang bisa saling menyatukan dua rasa yang sama tujuannya. Kapal besar itu membawa banyak kesedihan untuk meninggalkan London. Alexa tak bisa mempertahankan apapun lagi. Bangunannya runtuh, dirinya menjadi buronan dengan kedua orang tua yang sudah mendekam di dalam penjara. Wanita itu tak bisa berbuat banyak. Pasrah dan terkesan menyerah, tetapi laju kapal ini menjanjikan sebuah kehidupan yang baru.Wanita itu duduk di sisi kapal. Ia menatap laut lepas dengan ombak sedang yang bergulung di depannya. Matanya masih sayu, kakinya sesekali terasa begitu nyeri sebab ia belum mendapatkan pengobatan yang benar-benar layak. Pertolongan pertama yang dilakukan oleh Zia juga Dokter Lim tak bisa banyak membantunya sekarang. Katanya, yang terpenting peluru sudah keluar dari dalam kakinya. Jadi ia tak perlu mengkhawatirkan apapun sekarang ini.Duduk merenung seorang diri, sebelum akhirnya Harry menghampi
Alexa terus meneteskan air matanya. Ia hanya bisa menatap dengan sayu bangunan besar miliknya yang hancur lebur sebab bom meledak dari atas Puncak Camaraderie. Ia tak menyangka kalau inilah akhir dari kisah hidup Alexa. Wanita itu benar-benar tak bisa melakukan apapun untuk saat ini. Isak tangis yang keluar bukan hanya sebab menahan rasa sakit yang ada di kaki kirinya, tetapi juga rasa sakit selepas kehilangan semua yang ia bangun selama sepuluh tahun terakhir. Semuanya hancur begitu saja, Mate dan Daniel benar-benar bajingan gila yang tak punya hati. Ia hanya adalah dua pria bodoh yang terlalu larut dalam dendam dan emosinya di masa lalu."Alexa ...." Mate berjongkok. Ia menarik rambut pendek wanita yang ada di depannya. Sebuah kepuasan tersendiri saat melihat wajah cantik itu menangis tersedu-sedu. Air mata itu mengisyaratkan kemenangan untuk dirinya. "Kau tahu ... dimana Xena dan Wriston meninggal?" tanyanya berbasa-basi. Alexa tak menjawab itu. Ia hany
"Mr. Luis Ambrosius, Anda ditangkap atas pembunuhan Mr. Joe Franky. Anda berhak diam atau menyewa pengacara." Sial! Seseorang melaporkan dirinya. Kini bukti ada di depan mata, Luis tak bisa mengelak apapun lagi. Seseorang menyimpan bukti ini dengan cara yang aman selama ini, hingga ia lupa bahwa ada orang lain selain dirinya. Luis bukan orang yang memotong jari jemari milik Mr. Joe, ia hanya membunuh pria itu juga membunuh mata-mata yang dikirimkan oleh Alexa lalu menyayat telinganya. Luis membenci anggota tubuh yang mempunyai dosa. Itu sebabnya ia melakukan hal itu. Ia tak bisa berbicara apapun selepas rekaman video amatir menampilkan betapa kejamnya ia membunuh dua orang sekaligus dalam satu malam. Kiranya, orang inilah yang ada di tempat kejadian malam itu. Ia muncul pada akhirnya. "Kau tak ingin berbicara apapun lagi, Mr. Luis?" Seorang detektif mencoba untuk menggali informasi darinya. Membuat pria yang ada di depannya itu berbicara. Luis sedari tadi han
-Laboratorium BioCell, Dokter Lim, London, Inggris-Suasana riuh, kedatangan beberapa polisi yang cukup mengejutkan Dokter Lim tak bisa dibendung lagi. Semuanya menerobos masuk, tak ada satu ruangan pun yang tak dijamah oleh mereka. Seseorang melaporkan laboratorium ini. Bukan sebab penelitian gila yang mencuat ke permukaan, tetapi sebuah laporan yang mengatakan bahwa ruangan ini menyimpan potongan jari jemari milik Mr. Joe dan seorang bocah malang bernama Daniel Denan Ambrosius. Tentu, itu adalah potongan jari manusia yang ilegal. Tak ada perjanjian untuk menempatkan itu di dalam bangunan Dokter Lim. Sekarang pria itu tahu, mengapa Mr. Cristiano datang waktu itu. Pria itu hanya ingin memastikan bahwa jarinya masih ada di dalam laboratorium ini. Ia menunggu waktu yang tepat untuk menghancurkan bangunan ini.Dokter Lim hanya bisa pasrah. Ia tak bisa mengelak dan tak bisa berbicara banyak lagi. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya dengan dua polisi yang menjaga di belakan
"Pemilik gedung Shan Entertainment ditemukan tewas gantung diri di dalam apartemen pribadinya. Sebuah surat ditinggalkan oleh Nona Xena Alodie Shan terkait dengan beban yang sedang ia tanggung saat ini. Kasusnya masih didalami oleh pihak kepolisian, Nona. Tak ada yang bisa memberikan jawaban pasti untuk saat ini. "Alexa memejamkan matanya. Menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya dengan kasar. Ia memberikan kode pada pria yang ada di sisinya untuk segera membuka pintu mobil. Ia akan pergi menjenguk jenazah si kawan lama.Senja yang buruk, dirinya tak habis pikir jikalau semuanya terjadi begitu cepat. Alexa dan Xena bahkan belum bisa kembali bertemu selepas waktu itu. Percakapan mereka terhenti dan komunikasi mulai putus begitu saja. Ia terkejut, meksipun dasarnya Alexa enggan peduli. Ia benar-benar tak peduli dengan apa yang menimpa Xena, tetapi tetap saja. Bunuh diri? Xena bukan orang bodoh yang akan melakukan itu.&n
"Kepercayaan bisa mengubah orang baik menjadi orang jahat?" Tawa ringan muncul dari celah bibir wanita cantik yang baru saja meletakkan pantatnya di atas kursi. Pandangan wajahnya tak pernah luput dari pria berjenggot tipis yang baru saja mengundangnya untuk datang. Ia terkejut, saat sang kekasih membawanya pergi ke tempat pria asing yang sukses membuat Xena Alodie Shan terperangah tak percaya. Baiklah, jika Mate Xavier masih hidup. Xena menonton berita saat pria itu menjebloskan Alexa ke dalam penjara. Ia juga mulai percaya saat media menyebut dirinya sebagai si jaksa mata satu yang kompeten. Kiranya, mata itulah yang melambangkan bahwa pria ini benar-benar Mate Xavier yang datang dari masa lalu."Lagian, kau benar-benar Daniel Denan Ambrosius?" tanyanya lagi. Kali ini bukan hanya pria bertubuh kekar yang duduk di sisi meja yang mendapatkan perhatian Xena, tetapi juga sang kekasih. Alexa benar, pria ini dikendalikan oleh seseorang. Wriston tak benar-benar
"Aku datang untuk memberikan sesuatu padamu, Alexa." Harry mengimbuhkan. Pria itu kembali membuat pernyataan yang cukup menyita fokus milik Alexa saat ini. Wanita itu menoleh dan mengarahkan pandangan matanya untuk Harry. Ia menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya saat ini."Kau masih ingat dengan Mr. Daniel Denan Ambrosius?" tanyanya dengan ringan. Sukses membuat Alexa sejenak membuka matanya, pria itu membuat seluruh aktivitas milik Alexa terhenti begitu saja."Kakak dari kekasihmu, Luis.""Aku sudah putus dengannya." Alexa menjawab. Kembali melanjutkan aktivitasnya dan beranjak pergi dari posisinya sekarang ini. Ia berjalan kembali ke arah kursi dan meja besar tempatnya mengambil air putih untuk Harry. Ia duduk di sana dengan rapi. Menunggu Harry untuk datang menghampiri dirinya."Ada apa dengan kakak Luis? Kau menemukannya?" kekeh Alexa dengan nada ringan. Menatap ke arah pria yang baru saja duduk dan meletakkan pantatnya di atas kursi. "Sudah aku ka
Tersenyum manis, itulah yang dilakukan oleh Alexa dengan terus menatap ke arah rumah besar yang ada di depannya. Ia puas, bukan puas sebab sudah menyakiti hati wanita hamil yang terlihat malang saat ia menceritakan semuanya. Alexa adalah seorang gadis malang yang punya kisah masa lalu yang buruk. Ibunya adalah seorang selir, mati di tangan raja yang sudah meminangnya. Kakak dan ibu tirinya bersekongkol untuk hidup di atas penderita Alexa dan rasa sakit hatinya. Kisah ia persingkat, Alexa tak mau banyak berbasa-basi hanya untuk memperpanjang kalimat dan durasi berkunjung ke rumah istri Mate Xavier. Hal mengejutkan yang membuat air mata jatuh dari tempat persembunyiannya adalah kala Alexa berkata bahwa Mate adalah pria berengsek yang hampir memperkosa dirinya. Ia juga mengkhianati cinta dan kepercayaan Alexa dengan tidur bersama sahabatnya sendiri, Xena. Kiranya, Alexa punya satu alasan yang jelas mengapa ia menusuk mata Mate dan mendorongnya ke dalam sungai dengan aliran air yang sed
Sobraine Black Russians menjadi fokus pandangan pria gempal yang baru saja menyelesaikan tugasnya. Ia duduk bersandar tepat pada sofa besar yang di sisi ruangan. Pandangan matanya fokus menuju tepat ke arah pria muda yang ada di depannya. Harry Tyler Lim datang menyela fokus dan pekerjaan pria tua satu ini. Ia menghentikan aktivitasnya dan mulai fokus pada Harry yang baru saja melemparkan setumpuk kertas yang dikaitkan menjadi satu. Kiranya Harry datang membawa sebuah informasi untuknya. Ekspresi wajah yang tak mendukung, kiranya pria itu sedang memendam amarah yang menggebu-gebu di dalam hatinya saat ini. Harry datang dengan setumpuk dokumen yang berisi beberapa informasi aneh untuknya. Dokter Lim tak tahu apa tujuan dan maksud si ke ponakan datang dengan ekspresi wajah seperti itu."Duduklah, jangan hanya diam saja di sana. Katakan apa yang ingin kau katakan sekarang ini, Harry. Jangan membuatku banyak menunggu." Dokter Lim memprotes, membuat Harry menghentikan sejena