Pagi datang. Sinar sang surya mulai merambah masuk melalui celah tirai yang sedikit terbuka. Suasana khas pagi yang sepi, hanya ada tubuh gadis yang menguasai satu ranjang besar di tengah ruang kamar. Ia menggeliat kasar. Sigap tangannya menyembul keluar selepas dering alarm digital masuk ke dalam lubang telinganya. Kasar selimut itu turun. Bersama dengan tubuhnya yang mulai bangkit menatap langit-langit kamar mewahnya. Alexa lelah, tak benar-benar ia memuaskan dirinya kemarin malam. Harry menghantar wanita itu tepat pukul sebelas malam. Larut datang dengan suasana sepi yang mencekam. Alexa adalah wanita yang tahu aturan, ia menawarkan Harry untuk menginap sebab malam yang larut dan pria itu tak bisa mengemudi di dalam keadaan kantuk yang mulai menyerang dirinya. Harry menolak. Katanya ia akan mampir ke rumah teman hingga nanti tengah malam. Alexa tak bisa banyak menolak. Semua murni keputusan dari pria jangkung bermantel tebal itu.
"Good morning, Nona Ale
Tuan Gill Ambrosius. Pria tua berusia akhir kepala empat yang akan menjadi kakak iparnya jikalau Alice benar-benar meresmikan hubungannya di atas altar pernikahan. Pria ini memang tampan jikalau dilihat dengan benar. Di usianya yang semakin tua, tak ada satu pun komponen di atas fisiknya yang termakan oleh usia. Tubuhnya sedikit gempal berisi, membuatnya terkesan jangkung dan kekar. Ia pandai mengenakan setelan jas yang melekat di atas tubuh tuanya itu hingga terlihat begitu rapi dan mempesona. Wajahnya tak menua, meskipun dirinya hanyalah manusia biasa berwatak iblis dari neraka terdalam tempat penghakiman para anak Tuhan yang membangkang. Tuan Gill bisa dikatakan mirip dengan putranya, ah tidak! Namun, Luis Ambrosius lah yang terlihat begitu mirip dengan sang ayahanda. Mungkin Luis adalah representasi dari Tuan Gill kala muda. Tubuhnya kekar dan sehat dengan wajah tampan yang mempesona.Di London, hampir semua mengenal Tuan Gill. Ia adalah rajanya kuliner. Semua makana
Shan Entertainment adalah gedung hiburan terbesar di Britania Raya. Tempat ini dibangun begitu megah dan mewah. Tingginya menjulang. Hampir menyamai puncak Camaraderie kalau ada pembangunan lanjutan setinggi lima lantai lagi. Di tempat ini semua berkumpul untuk menjemput impian mereka masing-masing. Sebuah slogan besar terpampang nyata di atas pintu masuk. Setiap orang yang membacanya akan tertarik dan terperangah tak percaya. Shan Entertainment akan mendukung mimpimu dan menjadikannya sebagai bagian dari masa depanmu. Semua ingin datang dan bergabung menjemput impiannya di tempat ini!Surga dunia bagi para pemuda. Menjadi seorang publik figur yang dikenal baik oleh khayalak umum. Semua yang datang dan menjadi bagian dari Shan Entertainment tak akan pernah merasa kecewa. Karier mereka akan melejit tinggi. Naik daun bisa diraih dalam sekejap mata. Nama Shan Entertainment bukan hanya familiar untuk wilayah Britania Raya, tetapi juga untuk turis asing dari berbagai macam negara.
"Tuan Shan yang aku kenal tak menyukai pengkhianatan. Ia akan menyingkirkan hama kotor dan murahan seperti itu, bukan?" paparnya berbisik.Ia menarik kembali wajahnya. Menjauh dadi telinga pria tua yang mulai meliriknya tajam. Memang, Shan Entertainment adalah representasi bentuk kasih sayang sang ayahanda kepada dirinya. Namun, pria itu tak benar-benar ingin memberikan Shan Entertainment untuk digenggam oleh Xena. Pria itu selalu mengulur waktu. Ia tak kunjung mundur dan melepas jabatannya. Xena memang pemimpin Shan Entertainment yang diakui oleh dunia. Kedudukannya tak kalah terhormat dari Sherina Alexander Lansonia. Akan tetapi, dirinya bukan pemilik sah gedung ini. Sebelum pria tua berambut abu ini meninggal, Shan Entertainment tak akan benar-benar jatuh ke tangannya.Membunuh sang ayahanda? Tidak, Xena bukan Alexa. Ia memang membenci keegoisan pria tua berbadan sedikit gempal itu. Namun, Tuan Shan tetaplah ayah kandungnya. Xena memang bisa menyuruh seorang pem
Sepasang Stiletto berwarna merah tua dengan ujung meruncing kini tegas menapaki satu persatu ubin bersih yang samar memantulkan bayangan tubuhnya. Wanita dengan setelan kemeja must have item yang apik di padukan celana panjang yang menampilkan kaki jenjangnya mulai mengarahkan pandangannya menatap suasana luar bangunan Shan Entertainment yang dipenuhinya oleh para awak media. Kiranya mereka ingin mendapat berita hangat tentang Mr. Joe pagi ini. Entah berita baik ataupun sebuah kabar duka dengan menyebutkan bahwa seseorang sudah menemukan jenazah pria malang itu. Mata dunia sedang memandang ke arah Shan Entertainment. Menunggu sebuah perkembangan perihal kasus yang sedang menjeratnya sekarang ini."Beri mereka satu kabar dan suruh mereka pergi dari bangunanku. Hari ini aku terlalu sibuk untuk meladeni tikus-tikus lapar itu." Xena menyela langkahnya. Ia melirik pintu masuk dengan sekat kaca buram yang menampilkan orang-orang asing sedang berjajar di depan sana. Ia menungg
"Xena yang membunuh Mr. Joe?" Suara itu lantang menggema di ruangan. Memberi kesan betapa terkejutnya wanita cantik berbalut gaun merah paham dengan beberapa aksesoris pendukung yang mempercantik penampilannya siang ini. Alexa menatap langit-langit ruangannya. Menghela napasnya kasar sembari sesekali berdecak untuk mengekpresikan betapa anehnya keadaan yang sedang terjadi di sekitarnya sekarang ini. Ia akan menerima fakta jika seseorang pejabat kaya pemegang saham terbesar di bangunan tinggi pencakar langit yang menghabisi nyawa Mr. Joe. Pria itu licik, jadi ia pantas mendapatkan ganjarannya. Terkadang bukan Tuhan yang memberikan sanksi paling besar, akan tetapi seorang pendosa lainnya."Itu kata Harry?" Seseorang menyela dirinya. Melirik Alexa yang terus saja tersenyum aneh untuk menanggapi kalimat itu. Ia belum bisa mengerti keadaannya. Semua terjadi begitu cepat dan mengubah semua situasi hanya dalam waktu satu malam saja. Mr. Joe menghilang. Ia tak bisa ditemukan kab
"Mafia melebarkan sayapnya di Amerika Serikat sekitar abad ke-19. Perkembangan yang pesat membuat mafia dianggap sebagai bagian dari negara adidaya terbesar itu. Kau tahu? Jika saja FBI tak melakukan menyelidikan, maka orang-orang itu pasti masih ada di sana." Seseorang memungkaskan kalimatnya. Ia menarik sebatang rokok yang masih utuh sebab tembakau belum terbakar oleh percikan api dari pemantik di sela jari jemarinya. Pria itu terus menatap papan besar yang menjadi 'area' bermain untuknya sekarang. Semua terlihat begitu menarik selepas ia bisa memahami bahwa bukan uang yang mengatur semuanya, melainkan hukum di bawah kuasa negara."Orang-orang itu?" Seorang pria berjas rapi kini menyahut. Ia memberikan penekanan di bagian akhir kalimatnya. Tempat ini adalah sumber informasi terpercaya yang bisa Harry andalkan. Dirinya mendapat informasi mengenai Mr. Joe kala itu juga berasal dari tempat ini. Sebuah gedung kuno yang hampir rubuh sebab bagian depan yang terlihat begitu
Senandung lagu mulai mengusik keheningan. Tak lagi sepi seperti saat keduanya memutuskan untuk saling diam menutup pembicaraan yang sebelumnya mereka lakukan. Harry mulai menghela napasnya bersama dengan kepulan asap putih yang keluar dadi celah bibir merah mudanya. Ia suka keadaan seperti ini. Ujung besi yang menggores permukaan piringan hitam itu menimbulkan suara yang begitu nyaman menari-nari di dalam lubang telinganya. Harry mendapatkan suasana itu! Nyaman, tenang, dan damai. Ia memutuskan tak lagi mengulik informasi mengenai Mr. Joe untuk sesaat. Harry belum mendapatkan kabar dari pihak kepolisian. Organisasi milik negara itu hanya mengatakan bahwa ia sedang mengidentifikasi mayat tanpa daun telinga yang ditemukan di sisi halaman villa kosong yang terbengkalai. Kepolisian akan mengabari dirinya lagi kalau ada perkembangan mengenai kasus Mr. Joe juga Alexa, begitu kata dan janji yang terucap dari mulut pria berbadan gempal dengan seragam ketat yang membungkus tubuhnya itu. 
"Tolong kirimkan pengacara pengganti untuk kasus Nyonya Adele satu jam lagi. Aku sudah mengirimkan semua file yang dibutuhkan ke kantor. Hari ini aku ada urusan mendadak. Selebihnya, kira akan berkabar nanti." Kalimat itu menutup segalanya. Harry memutuskan untuk datang ke kantor polisi alih-alih menyelesaikan kasus sebagai seorang pengacara pembela umum. Bukan pasal uang yang diterima, Harry bisa mendapatkan lembar dollar dan poundsterling itu dengan cara yang lain. Ia punya banyak relasi untuk menimbun harta. Bahkan jika Harry mau, ia bisa mengambil satu kasus milik rekan lamanya. Bayaran yang didapat tentu tak main-main. Ia bahkan bisa membeli satu pulau tak berpenghuni di dunia ini. Alasan ia tak mengindahkan adalah sebab Harry sudah terlalu banyak menimbun dosa. Bukan, Harry bukan takut akan penghakiman. Toh juga, mau disengaja atau tidak. Mau dipaksakan atau tidak penghuni langit tetap menganggap itu sebagai pendosa. Harry hanya muak, hidupnya hanya dipenuhi dengan negosiasi i
Kapal berlayar. Bukan hubungan dua insan yang bisa saling menyatukan dua rasa yang sama tujuannya. Kapal besar itu membawa banyak kesedihan untuk meninggalkan London. Alexa tak bisa mempertahankan apapun lagi. Bangunannya runtuh, dirinya menjadi buronan dengan kedua orang tua yang sudah mendekam di dalam penjara. Wanita itu tak bisa berbuat banyak. Pasrah dan terkesan menyerah, tetapi laju kapal ini menjanjikan sebuah kehidupan yang baru.Wanita itu duduk di sisi kapal. Ia menatap laut lepas dengan ombak sedang yang bergulung di depannya. Matanya masih sayu, kakinya sesekali terasa begitu nyeri sebab ia belum mendapatkan pengobatan yang benar-benar layak. Pertolongan pertama yang dilakukan oleh Zia juga Dokter Lim tak bisa banyak membantunya sekarang. Katanya, yang terpenting peluru sudah keluar dari dalam kakinya. Jadi ia tak perlu mengkhawatirkan apapun sekarang ini.Duduk merenung seorang diri, sebelum akhirnya Harry menghampi
Alexa terus meneteskan air matanya. Ia hanya bisa menatap dengan sayu bangunan besar miliknya yang hancur lebur sebab bom meledak dari atas Puncak Camaraderie. Ia tak menyangka kalau inilah akhir dari kisah hidup Alexa. Wanita itu benar-benar tak bisa melakukan apapun untuk saat ini. Isak tangis yang keluar bukan hanya sebab menahan rasa sakit yang ada di kaki kirinya, tetapi juga rasa sakit selepas kehilangan semua yang ia bangun selama sepuluh tahun terakhir. Semuanya hancur begitu saja, Mate dan Daniel benar-benar bajingan gila yang tak punya hati. Ia hanya adalah dua pria bodoh yang terlalu larut dalam dendam dan emosinya di masa lalu."Alexa ...." Mate berjongkok. Ia menarik rambut pendek wanita yang ada di depannya. Sebuah kepuasan tersendiri saat melihat wajah cantik itu menangis tersedu-sedu. Air mata itu mengisyaratkan kemenangan untuk dirinya. "Kau tahu ... dimana Xena dan Wriston meninggal?" tanyanya berbasa-basi. Alexa tak menjawab itu. Ia hany
"Mr. Luis Ambrosius, Anda ditangkap atas pembunuhan Mr. Joe Franky. Anda berhak diam atau menyewa pengacara." Sial! Seseorang melaporkan dirinya. Kini bukti ada di depan mata, Luis tak bisa mengelak apapun lagi. Seseorang menyimpan bukti ini dengan cara yang aman selama ini, hingga ia lupa bahwa ada orang lain selain dirinya. Luis bukan orang yang memotong jari jemari milik Mr. Joe, ia hanya membunuh pria itu juga membunuh mata-mata yang dikirimkan oleh Alexa lalu menyayat telinganya. Luis membenci anggota tubuh yang mempunyai dosa. Itu sebabnya ia melakukan hal itu. Ia tak bisa berbicara apapun selepas rekaman video amatir menampilkan betapa kejamnya ia membunuh dua orang sekaligus dalam satu malam. Kiranya, orang inilah yang ada di tempat kejadian malam itu. Ia muncul pada akhirnya. "Kau tak ingin berbicara apapun lagi, Mr. Luis?" Seorang detektif mencoba untuk menggali informasi darinya. Membuat pria yang ada di depannya itu berbicara. Luis sedari tadi han
-Laboratorium BioCell, Dokter Lim, London, Inggris-Suasana riuh, kedatangan beberapa polisi yang cukup mengejutkan Dokter Lim tak bisa dibendung lagi. Semuanya menerobos masuk, tak ada satu ruangan pun yang tak dijamah oleh mereka. Seseorang melaporkan laboratorium ini. Bukan sebab penelitian gila yang mencuat ke permukaan, tetapi sebuah laporan yang mengatakan bahwa ruangan ini menyimpan potongan jari jemari milik Mr. Joe dan seorang bocah malang bernama Daniel Denan Ambrosius. Tentu, itu adalah potongan jari manusia yang ilegal. Tak ada perjanjian untuk menempatkan itu di dalam bangunan Dokter Lim. Sekarang pria itu tahu, mengapa Mr. Cristiano datang waktu itu. Pria itu hanya ingin memastikan bahwa jarinya masih ada di dalam laboratorium ini. Ia menunggu waktu yang tepat untuk menghancurkan bangunan ini.Dokter Lim hanya bisa pasrah. Ia tak bisa mengelak dan tak bisa berbicara banyak lagi. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya dengan dua polisi yang menjaga di belakan
"Pemilik gedung Shan Entertainment ditemukan tewas gantung diri di dalam apartemen pribadinya. Sebuah surat ditinggalkan oleh Nona Xena Alodie Shan terkait dengan beban yang sedang ia tanggung saat ini. Kasusnya masih didalami oleh pihak kepolisian, Nona. Tak ada yang bisa memberikan jawaban pasti untuk saat ini. "Alexa memejamkan matanya. Menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya dengan kasar. Ia memberikan kode pada pria yang ada di sisinya untuk segera membuka pintu mobil. Ia akan pergi menjenguk jenazah si kawan lama.Senja yang buruk, dirinya tak habis pikir jikalau semuanya terjadi begitu cepat. Alexa dan Xena bahkan belum bisa kembali bertemu selepas waktu itu. Percakapan mereka terhenti dan komunikasi mulai putus begitu saja. Ia terkejut, meksipun dasarnya Alexa enggan peduli. Ia benar-benar tak peduli dengan apa yang menimpa Xena, tetapi tetap saja. Bunuh diri? Xena bukan orang bodoh yang akan melakukan itu.&n
"Kepercayaan bisa mengubah orang baik menjadi orang jahat?" Tawa ringan muncul dari celah bibir wanita cantik yang baru saja meletakkan pantatnya di atas kursi. Pandangan wajahnya tak pernah luput dari pria berjenggot tipis yang baru saja mengundangnya untuk datang. Ia terkejut, saat sang kekasih membawanya pergi ke tempat pria asing yang sukses membuat Xena Alodie Shan terperangah tak percaya. Baiklah, jika Mate Xavier masih hidup. Xena menonton berita saat pria itu menjebloskan Alexa ke dalam penjara. Ia juga mulai percaya saat media menyebut dirinya sebagai si jaksa mata satu yang kompeten. Kiranya, mata itulah yang melambangkan bahwa pria ini benar-benar Mate Xavier yang datang dari masa lalu."Lagian, kau benar-benar Daniel Denan Ambrosius?" tanyanya lagi. Kali ini bukan hanya pria bertubuh kekar yang duduk di sisi meja yang mendapatkan perhatian Xena, tetapi juga sang kekasih. Alexa benar, pria ini dikendalikan oleh seseorang. Wriston tak benar-benar
"Aku datang untuk memberikan sesuatu padamu, Alexa." Harry mengimbuhkan. Pria itu kembali membuat pernyataan yang cukup menyita fokus milik Alexa saat ini. Wanita itu menoleh dan mengarahkan pandangan matanya untuk Harry. Ia menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya saat ini."Kau masih ingat dengan Mr. Daniel Denan Ambrosius?" tanyanya dengan ringan. Sukses membuat Alexa sejenak membuka matanya, pria itu membuat seluruh aktivitas milik Alexa terhenti begitu saja."Kakak dari kekasihmu, Luis.""Aku sudah putus dengannya." Alexa menjawab. Kembali melanjutkan aktivitasnya dan beranjak pergi dari posisinya sekarang ini. Ia berjalan kembali ke arah kursi dan meja besar tempatnya mengambil air putih untuk Harry. Ia duduk di sana dengan rapi. Menunggu Harry untuk datang menghampiri dirinya."Ada apa dengan kakak Luis? Kau menemukannya?" kekeh Alexa dengan nada ringan. Menatap ke arah pria yang baru saja duduk dan meletakkan pantatnya di atas kursi. "Sudah aku ka
Tersenyum manis, itulah yang dilakukan oleh Alexa dengan terus menatap ke arah rumah besar yang ada di depannya. Ia puas, bukan puas sebab sudah menyakiti hati wanita hamil yang terlihat malang saat ia menceritakan semuanya. Alexa adalah seorang gadis malang yang punya kisah masa lalu yang buruk. Ibunya adalah seorang selir, mati di tangan raja yang sudah meminangnya. Kakak dan ibu tirinya bersekongkol untuk hidup di atas penderita Alexa dan rasa sakit hatinya. Kisah ia persingkat, Alexa tak mau banyak berbasa-basi hanya untuk memperpanjang kalimat dan durasi berkunjung ke rumah istri Mate Xavier. Hal mengejutkan yang membuat air mata jatuh dari tempat persembunyiannya adalah kala Alexa berkata bahwa Mate adalah pria berengsek yang hampir memperkosa dirinya. Ia juga mengkhianati cinta dan kepercayaan Alexa dengan tidur bersama sahabatnya sendiri, Xena. Kiranya, Alexa punya satu alasan yang jelas mengapa ia menusuk mata Mate dan mendorongnya ke dalam sungai dengan aliran air yang sed
Sobraine Black Russians menjadi fokus pandangan pria gempal yang baru saja menyelesaikan tugasnya. Ia duduk bersandar tepat pada sofa besar yang di sisi ruangan. Pandangan matanya fokus menuju tepat ke arah pria muda yang ada di depannya. Harry Tyler Lim datang menyela fokus dan pekerjaan pria tua satu ini. Ia menghentikan aktivitasnya dan mulai fokus pada Harry yang baru saja melemparkan setumpuk kertas yang dikaitkan menjadi satu. Kiranya Harry datang membawa sebuah informasi untuknya. Ekspresi wajah yang tak mendukung, kiranya pria itu sedang memendam amarah yang menggebu-gebu di dalam hatinya saat ini. Harry datang dengan setumpuk dokumen yang berisi beberapa informasi aneh untuknya. Dokter Lim tak tahu apa tujuan dan maksud si ke ponakan datang dengan ekspresi wajah seperti itu."Duduklah, jangan hanya diam saja di sana. Katakan apa yang ingin kau katakan sekarang ini, Harry. Jangan membuatku banyak menunggu." Dokter Lim memprotes, membuat Harry menghentikan sejena