Beranda / Pernikahan / Titip Benih / Perkenalan Airin dan Ikhsan

Share

Titip Benih
Titip Benih
Penulis: Yayuk Lidiawati

Perkenalan Airin dan Ikhsan

Penulis: Yayuk Lidiawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Namaku Airin. Aku adalah istri kedua. Tapi tolong jangan samakan aku seperti istri kedua pada umumnya yang selalu menang dari istri pertama.

Suamiku bernama Ikhsan. Mas ikhsan menikahiku karena ingin memiliki keturunan. Karena,  Laras--istri pertamanya tidak bisa memiliki keturunan.

Jujur aku bukanlah seorang perempuan baik-baik. Aku bekerja sebagai kupu-kupu malam. Semua itu aku lakukan karena aku tidak memiliki pilihan lain. Aku yang hanya lulusan SD tidak bisa memilih pekerjaan yang aku inginkan.

Dulu aku pernah bekerja sebagai asisten rumah tangga, namun gaji yang aku terima tidak cukup untuk biaya pengobatan adik semata wayangku. 

Adikku bernama Mia, dia menderita penyakit kanker darah, sehingga mau tidak mau aku harus bekerja sebagai kupu-kupu malam agar aku bisa membiayai pengobatan adikku. 

Aku terpaksa harus keluar dari pekerjaanku sebagai asisten rumah tangga karena majikanku tidak mengijinkan aku untuk pulang pergi, sedangkan adikku sendirian dikontrakan. 

Aku berusaha mencari pekerjaan yang mau memberikan gaji tinggi,  namun nihil tidak ada satu orangpun yang mau menerimaku karena pendidikanku sangat minim. 

Ditengah keputus asaanku tanpa sengaja aku bertemu dengan seorang  perempuan paruh baya sebut saja namanya Gres. 

"Dek, ngapain malam-malam begini masih dijalan?"tanya perempuan itu. Memang waktu itu aku masih dijalanan untuk mencari pekerjaan padahal cuaca sedang gerimis.  

"Saya sedang mencari pekerjaan,"jawabku dengan bibir sedikit bergetar karena kedinginan. 

Perempuan itu melihatku dari kepala sampai ujung kaki lalu tersenyum.

"Memangnya kamu bisa kerja apa Dek?"tanyanya sambil mendekat kearahku 

"Saya bisa bekerja apa saja, Bu,"jawabku, aku sangat berharap perempuan itu mau memberiku pekerjaan.

"Namamu siapa?"tanyanya lagi 

"Airin,"jawabku sambil mencoba tersenyum dengan kondisi kedinginan.

"Kamu bener mau kerja?"tanyanya lagi 

"Bener, Bu,"jawabku meyakinkannya 

"Baiklah, kamu ikut aku sekarang ya,"ajaknya.  Lalu Ibu itu mengajakku naik ke mobil dan kamipun pergi kerumah ibu itu. 

Ternyata rumahnya tidak terlalu jauh dari tempatku tadi, kami turun disebuah rumah yang sangat mewah dan bagus. 

"Rin, ayo turun, kamu ganti baju dulu, baru kita bicara,"ajaknya.  Lalu perempuan itu menyuruh seseorang untuk membawakan baju ganti untukku dan mengantarku keruangan dimana aku bisa mengganti baju. 

Aku sedikit aneh dengan rumah ini, karena didalam rumah ini banyak sekali gadis-gadis cantik dan sexi.  

Setelah ganti baju, aku kembali keruang tamu dan disana Ibu tadi sudah menungguku. 

"Rin, kamu bener sedang mencari pekerjaan?"tantayanya lagi 

"Benar, Bu,"jawabku 

"Jangan panggil Ibu,  panggil Mami Gres,"titahnya 

"I-iya Mi..."jawabku 

"Memang pendidikan terakhirmu apa?"tanyanya lagi 

"Saya hanya lulusan sekolah dasar, Mi,"jawabku dengan ragu, aku sudah berpikir pasti akan ditolak.

"Bener kamu ini hanya lulusan SD?"tanyanya lagi untuk meyakinkan pendengarannya 

"Benar, Mi,"jawabku sambil menunduk 

"Aduh Rin, dengan pendidikan minim seperti itu kamu pasti sulit mencari pekerjaan di kota besar ini, bagaiamana jika kamu bekerja sama Mami, disini Mami tidak masalah kamu mau lulusan apa saja yang terpenting bisa bersikap baik dan sopan,"ucapnya dengan tersenyum kearahku, aku sangat senang mendengar hal itu.

"Apakah benar Mi? Tapi, Saya butuh pinjaman uang dimuka karena besok saya harus membawa adik kemo,"Ucapku dengan ragu dan takut 

Mami Gres tersenyum kepadaku. 

"Mami akan meminjami kamu uang asalkan kamu berjanji mau bekerja ditempat Mami bagaiamana?"tanyanya lagi, aku sangat lega mendengar hal itu.

"Iy,  Mi, saya mau bekerja disini asalkan saya dapat pinjaman malam ini."jawabku dengan wajah bahagia.  Ya aku bahagia malam itu ketika menerima uang dari Mami, aku tidak berpikir pekerjaan apa yang Mami tawarkan, yang terpenting aku mendapat uang untuk biaya Mia kemo.

Setelah Mia selesei kemo, Mami menagih janjiku untuk bekerja dirumahnya dan ketika aku tahu pekerjaan yang Mami maskud,  aku sangat terkejut dan syok, bagaiamana bisa Mami menyurhku bekerja sebagai kupu-kupu malam.  Tapi,  karena waktu itu tidak ada pilihan lain dan aku tidak bisa menolaknya maka aku jalani pekerjaan kotor itu, agar aku bisa membayar hutang kepada Mami dan bisa membiayai pengobatan Mia.

Namun setelah beberapa kali kemo terapi Tuhan telah memanggilnya. Adikku sudah tidak lagi merasakan sakit.  Dia sudah tenang bersama kedua orang tuaku disurga. Tinggallah kini aku seorang diri untuk melanjutkan kehidupan yang keras ini. 

Setelah kepergian adikku, tak ada lagi alasanku untuk masih bekerja sebagai kupu-kupu malam. Sehingga aku putuskan untuk berhenti dan kembali kejalan yang benar. Aku ingin mencari pekerjaan yang halal walaupun gajinya kecil tidak masalah,  asalkan aku bisa lepas dari pekerjaan haram ini. Karena sekarang tidak ada lagi bebanku tinggal aku memikirkan untuk diriku sendiri,  jadi pekerjaan apapun pasti aku ambil. 

Malam itu tekadku sudah bulat untuk bisa pergi dari tempat ini karena aku benar-benar ingin bertaubat.

Aku lalu menemui muc*k*ri si pemilik tempat ini. 

"Mi... Aku ingin meminta ijin untuk keluar dari tempat ini, aku ingin berhenti dan mencari pekerjaan halal diluar sana." Ucapku pada pemilik tempat ini.

"Airin! Apa mami tidak salah dengar?" Tanyanya sambil menatapku tajam

"Tidak, Mi. Airin benar-benar ingin bertaubat. Sudah tak ada alasan lagi bagi Airin untuk masih bekerja seperti ini." Jawabku

"Rin. Cobalah kamu pikir-pikir dulu. Apa gak sayang? Ingat pelangganmu banyak lho!" Ucapnya

"Gak, Mi. Tekadku sudah bulat." Jawabku sangat yakin.

Mami diam tak menjawab lagi ucapan ku. Dia melangkah pergi, aku berusaha mengejarnya, namun tiba-tiba aku dipanggil oleh seseorang.

"Maaf, tadi aku mendengar pembicaraan kalian." Ucap seorang laki-laki.

"Lalu?" Tanyaku ketus

"Jika, kamu memang benar-benar ingin bertaubat dan keluar dari tempat ini. Aku bersedia membantumu." Jawabnya

"Membantu? Dengan cara apa?" Tanyaku

"Aku akan menikahimu. Agar bosmu bisa membiarkanmu keluar dari tempat ini." Jawabnya

Mataku membulat mendengar jawaban laki-laki itu. Jujur aku belum memikirkan sebuah pernikahan. Aku merasa tidak pantas untuk dijadikan sebagai seorang istri karena pekerjaanku yang sangat hina ini.

"Aku serius! Pikirkan dulu. Jika kamu setuju hubungi aku." Ucapnya sambil memberikan nomor ponselnya.

Setelah itu, laki-laki itu pergi meninggalkanku yang masih bengong. 

Tiga hari berlalu. Mami tak merespon sama sekali keinginanku untuk meninggalkan tempat ini. 

"Mi. Tolong lepaskan aku dari sini..." Ucapku mengiba

"Airin! Bagaimana bisa aku melepaskan kamu begitu saja!" Jawabnya

"Maksud mami apa?" Tanyaku tak mengerti

"Jika ada orang yang mau menebusmu sepuluh juta baru kamu boleh pergi dari tempat ini!" Jawabnya

Aku sangat terkejut mendengar hal itu. Karena dulu ketika aku diajak bergabung ditempat ini Mami tidak pernah membicarakan hal ini.  Mami mengatakan jika aku boleh kapan saja berhenti dari pekerjaan ini ketika aku menginginkannya.  Tapi, kenapa sekarang Mami meminta tebusan?

"Apa! Sepuluh juta! Tapi, Airin tidak pernah punya hutang sama mami! Lalu untuk apa Airin harus membayar semua itu!" Bentakku

"Ya. Terserah kamu! Jika kamu mau keluar dari sini, itu syaratnya. Jika kamu berani kabur maka kamu tahu sendiri bagaimana anak buah mami akan memberimu pelajaran." Jawabnya sambil berlalu pergi.

"Mami sendirikan yang bilang jika aku boleh berhenti kapan saja. Lalu kenapa sekarang dipersulit?"protesku

"Itu dulu,  sebelum Mami tahu ternyata banyak pelanggan yang suka dengan pelayananmu." jawabnya santai 

"Mami tidak boleh egois seperti ini! Pokoknya Airin akan tetap pergi dari sini."ucapku dengan nada tinggi. 

"Silahkan jika kamu bisa melangkahkan kaki dari gerbang ini."Tantangnya sambil berjalan pergi meninggalkanku dikamar. 

Setelah kepergian mami, aku hanya bisa menangis. Aku bingung dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Karena semua uangku sudah habis untuk biaya pengobatan mendiang adikku.

Aku teringat akan laki-laki yang waktu itu. Dengan sedikit ragu aku coba untuk menekan nomornya dan tak berapa lama panggilan ku tersambung.

"Hallo"

"Iya, hallo. Eeehhhmmm... Maaf mengganggu ini aku."

"Oh. Kamu? Bagaimana apa kamu menerima tawaranku?"

"Sebenarnya aku mau menerima tawaranmu. Tapi..."

"Tapi apa? Ngomong saja jangan sungkan."

"Mami meminta aku untuk membayarnya sepuluh juta jika aku ingin keluar dari tempat ini."

"Oh. Tunggu. Satu jam lagi aku kesana dengan membawa uang yang Bosmu minta."

"Kamu tidak lagi main-main kan?"

"Untuk apa aku main-main? Kamu tunggu saja, satu jam lagi aku pasti sudah sampai disana."

Setelah itu laki-laki itu mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Jujur ada rasa lega dihati ini. Namun ada juga rasa takut jika laki-laki itu hanya berbohong. Karena dia tidak mengenalku, Dia juga bukan pelangganku dan tiba-tiba ingin membantuku, bahkan ingin menjadikan aku sebagai istrinya. 

"Ya Allah... Aku pasrahkan semuanya kepadamu. Jika dia memang benar-benar ingin menolong ku maka permudahkan segala urusannya" doaku dalam hati.

Aku tidak langsung memberitahu mami. Karena aku takut jika laki-laki itu hanya berbohong kepadaku.

Aku masih tetap didalam kamar sambil terus berdoa dan berharap semoga laki-laki itu memang benar-benar serius mau menolongku. Tapi,  apakah mungkin Dia akan datang lagi dan mengeluarkan aku dari sini? Karena sudah banyak lelaki yang berjanji mengeluarkan aku dari sini tapi ternyata itu hanya bualan mereka saja agar mendapatkan servis yang memuaskan dariku.  Jujur aku sangat bimbang dan ragu dengannya.  Karena sudah terlalu banyak aku mendengar ucapan manis seperti itu,  tapi berujung kecewa.  Aku hanya bisa pasrah dan menanti keajaiban saja. Aku takut terlalu berharap jika nanti aku akan terluka kembali. 

Bab terkait

  • Titip Benih    Dibalik pertolongan Ikhsan

    Aku benar-benar berharap jika laki-laki itu serius menolongku.Dan benar saja tepat satu jam aku menunggu, pintu kamarku di ketuk.Aku langsung bergegas membuka pintu. Ketika pintu terbuka ternyata mami sudah berdiri."Airin. Sekarang kamu pergi dari sini. Kamu sudah di tebus sama laki-laki yang ada didalam mobil itu." Ucapnya sambil mengibaskan gepokan uangAku benar-benar tak percaya jika laki-laki itu ternyata tidak main-main dengan ucapannya."Cepat! Dia bilang kamu tidak perlu membawa barangmu. Jadi kamu pergi gitu aja." Imbuh mami ketus. Mami memang tidak suka dengan keputusanku, jadi, walaupun sudah menerima uang tebusan masih saja terlihat berat melepaskan aku. Aku tak lagi menggubris mami. Aku langsung berlari ke depan untuk menemui laki-laki itu.Aku ketuk kaca mobil itu dan tak berselang lama laki-laki itu menurunkan kaca mobilnya."Ayo cepat kita pergi. Aku mau ada meeting." Ucapnya"Tapi, aku belum bersimpun." Jawabku"Tidak usah membawa apapun dari tempat ini. Cukup b

  • Titip Benih    Pernikahan Airin dan Ikhsan

    "Sial!!!" Teriakku prustasi. Bagaimana bisa aku sebodoh ini? Keluar dari kandang singa malah masuk kekandang macan.Aku menarik rambutku dengan kasar. Aku benar-benar bingung. Aku mencoba menenangkan diriku. Aku yakin jika besok Ikhsan tidak bisa memberiku bukti mengenai istrinya maka aku bisa menolaknya, jadi aku tidak perlu bingung malam ini, biarlah besok pagi aku meminta bukti terlebih dahulu, dan jika dia bisa membuktikan jika istrinya menyetujui pernikahan ini, maka aku akan menggunakan rencana cadangan. Bukankah mereka hanya memintaku untuk segera hamil, dan jika dalam beberapa bulan aku tak kunjung hamil. Pasti istrinya akan menyuruhnya untuk menceraikanku.Ya... Aku harus sebisa mungkin mencegah kehamilanku. Agar aku tak selamanya menjadi istri keduanya.Aku sudah bisa menebak pernikahan apa yang akan aku jalani kedepannya. Bagaimana bisa seorang suami sangat mencintai istrinya tapi menginginkan anak dari perempuan lain dan lebih gilanya lagi sang istri mengijinkannya. Ken

  • Titip Benih    Malam Pertama

    Aku yakin jika mas Ikhsan dan Laras pasti memiliki rencana. Jika tidak, mana mungkin Laras mengijinkan suaminya menikah lagi. Apalagi mereka itu saling mencintai, Pasti ada yang tidak beres dengan mereka berdua. Aku juga tidak mau terjebak dengan pernikahan yang aneh dan rumit ini. Jadi aku harus memutar ot*k agar bisa menguak apa yang mereka rahasiakan sebelum aku hamil. Aku harus benar-benar memastikan agar aku jangan sampai hamil. "Dek. Malam ini mas tidur disini ya?" Aku hanya mengangguk. Karena aku tahu ini adalah malam pertama untuk kami. Ya, walaupun bagiku ini bukan hal sepesial. Karena aku sudah sering melayani laki-laki hidung belang. "Mas... Mbak Laras tidak marah?""Istri Mas lagi keluar kota tadi siang.""Keluar kota?""Iya... Sepertinya Laras ingin memberikan kesempatan untuk kita berbulan madu.""Hahahaha... Bulan madu? Mas tahukan aku dulu siapa?""Memang kenapa? Kamu istriku dan kita baru menikah, jadi wajar dong jika kita bulan madu."aku semakin bengong mendengar

  • Titip Benih    Airin cemburu

    Aku pamit kembali ke kamarku. Jujur jika berlama-lama di meja makan, aku takut jika tidak bisa lagi menahan air mataku.Aku tidak mau terlihat lemah di hadapan mereka berdua.Setelah sampai di dalam kamar. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tutup wajahku dengan batal agar tak ada yang mendengar suara tangisanku.Aku menangis sampai tertidur. Aku terbangun ketika mendengar suara ketukan pintu.Aku lihat sudah pukul satu dini hari. Aku penasaran siapa yang mengetuk pintu kamarku malam-malam begini.Ketika aku membuka pintu, ternyata mas Ikhsan sudah berdiri disana.Mas Ikhsan langsung masuk kedalam kamar.Mas Ikhsan langsung memeluk tubuhku."Dek... Maafin Laras ya... Mungkin dia belum bisa menguasai rasa cemburunya." Ucapnya sambil mengecup keningku."Mas... Kenapa kesini? Nanti bagaimana jika Mbak Laras tahu.""Laras sudah tidur. Mas kangen sama kamu." Jawabnya. Mas Ikhsan memintaku untuk melayaninya."Bukankah Mas sudah dilayani mbak Laras?""Beda dong Dek... Pelayananmu membuatku suli

  • Titip Benih    Kepedulian mbok Minah

    Air mataku luruh membasahi pipiku.Tanpa aku sadari ternyata Mbok Minah sudah berdiri di depan pintu kamar."Nyonya... Boleh Mbok masuk?"Aku hanya mengangguk. Mbok Minah langsung memeluk ku."Nyonya silahkan peluk Mbok jika nyonya butuh seseorang untuk mengurangi beban Nyonya." Aku langsung memeluk Mbok Minah dengan erat. Tangisku pecah. Aku menangis sejadi-jadinya."Nyonya... Mbok tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi. Tapi Mbok bisa merasakan bagaimana rasanya kesedihan Nyonya saat ini."Setelah aku menumpahkan semuanya hatiku mulai terasa lega. Mbok Minah memberi ku segelas air."Nyonya... Yakinlah setiap ujian pasti ada hikmahnya. Mbok yakin suatu saat nyonya akan bahagia lahir dan batin.""Terima kasih ya Mbok."Hari-hariku habiskan bersama Mbok Minah. Aku belajar mengaji dan memperdalam ilmu agama. Mbok Minah memanggil seorang ustadzah untuk mengajariku. Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa sudah satu bulan ini mas Ikhsan tidak pulang kerumahku.Mas Ikhsan juga tidak per

  • Titip Benih    Ancaman Ikhsan

    Hari ini adalah hari dimana mas Ikhsan bersamaku. Namun aneh, ketika mas Ikhsan datang ternyata Mbak Laras juga ikut."Mas... Har ini waktunya kamu bersama ku. Kenapa ada mbak Laras?""Hahahaha... Airin! Kamu kan sudah hamil. Jadi mas Ikhsan sudah tidak harus menidurimu lagi dan mas Ikhsan sudah tidak aku ijinkan lagi untuk meluangkan waktu bersamamu.""Apa! Jadi mbak tidak mengijinkan mas Ikhsan untuk bersamaku? Mbak membiarkan aku melewati masa kehamilan ini sendirian?""Alah! Tidak usah manja! Bukankah kamu sudah biasa di tinggal pergi laki-laki yang sudah menidurimu! Jadi anggap saja mas Ikhsan sebagai pelangganmu bukan suami." Ucap mbak Laras dengan entengnya."Tidak bisa begitu dong Mbak! Jika aku harus melalui masa kehamilan ini seorang diri. Maka jangan pernah berharap kalian bisa melihat anak ini!" Ancamku"Sayang... Pulang lah... Biar mas disini malam ini menemani Airin. Karena kata Dokter, Dia tidak boleh stres diawal kehamilan karena bisa berefek keguguran." Ucap mas Ikhsan

  • Titip Benih    Pindah kerumah Laras

    Aku sedikit takut dengan ucapan Mas Ikhsan. Jujur saja aku memang tidak pernah tahu sedikit pun tentang Mas Ikhsan maupun Mbak Laras. Dan bodohnya lagi aku tidak mencaritahu terlebih dahulu siapa mereka. Apakah mereka itu orang baik atau malah sebaliknya.Keesokan harinya kami pulang. Mas Ikhsan menurunkanku di depan pagar. Mas Ikhsan tidak bisa mampir kerumah, karena Mbak Laras sudah menunggu dirumah. "Dek, Mas antar sampai sini saja ya...""Kenapa tidak mau masuk dulu?""Nanti Laras curiga jika Mas mampir,""Ya sudahlah pulang sana!"jawabku kesal, percuma juga jika aku memaksa mas Ikhsan untuk masuk kerumah karena kami pasti akan bertengkar, bagi mas Ikhsan perasaan mbak Laras yang terpenting. Mas Ikhsan tidak mau Mbak Laras curiga. Jadi Dia harus segera sampai rumah. Setelah kepergian Mas Ikhsan, ternyata Bagas sudah berdiri di belakangku."Mari, Nyonya kita masuk." ajaknya, aku hanya mengangguk. Dan berjalan di depannya. Begitu melihatku, Mbok Minah langsung menghampiriku.A

  • Titip Benih    Dipaksa melayani Ikhsan

    Karena capek menangis aku akhirnya tertidur. Aku terbangun ketika mendengar suara pintu kamar terbuka.Aku berpikir jika itu mbak Laras. Karena dia tadi yang mengunci pintu jadi sudah pasti mbak Laras yang memegang kuncinya. Tapi ternyata dugaanku salah. Ketika pintu terbuka, ternyata Mas Ikhsan datang dengan membawa gelas berisi susu."Dek... Minum susu dulu ya... Biar anak Mas tumbuh sehat.""Mas... Tolong lepaskan aku dari sini. Aku janji akan menjadi istri yang seperti kamu inginkan.""Dek... Jika kamu mau menjadi istri yang penurut, Mas akan coba untuk membujuk Laras.""Penurut bagaimana lagi? Apa selama ini aku belum jadi istri penurut bagi mu!""Maksud Mas. Adek jangan pernah membantah Laras. Agar, Mas bisa membantu adek untuk kembali ke rumah sana." Entah mengapa hati kecilku tidak percaya dengan semua ucapan mas Ikhsan. Aku merasa jika Mas Ikhsan hanya berbohong kepadaku."Baiklah Mas. Aku akan berusaha selalu menjadi istri yang penurut untuk mu dan menjadi adik madu yang ba

Bab terbaru

  • Titip Benih    Ending

    Setelah acara tujuh harian, aku langsung terbang ke kalimantan. Setelah sampai disana, aku lalu menceritakan semuanya kepada mbok Inah. "Mbok... Aku mungkin hanya satu atau dua minggu disini, karena aku sudah memutuskan untuk balik ke jakarta.""Mbok ikut Non. Mbok tidak mau di tinggal sendirian disini.""Kalau mbok ikut, lalu siapa yang akan mengurus rumah ini?""Tapi, mbok tidak mau disini sendirian Non. Pokoknya mbok ikut kemana Non pergi. Mbok tidak mau jauh dari Non. Hanya Non yang mbok miliki. Tolong ajak mbok ya." ucapnya dengan raut wajah sedih dan memohon kepadaku. Aku berpikir sejenak. Aku jadi kepikiran Ahmad dan Maman. Bukankah aku memiliki dua rumah, jadi satu bisa di tempati oleh Maman dan anaknya dan yang ini bisa di tempati Ahmad dan anaknya. Jadi anggap saja ini adalah rumah dinas untuk mereka. "Baiklah, Mbok ikut aku pulang ke Jakarta."Mbok Inah sangat senang mendengar hal itu, dia langsung menghambur kepelukanku sambil menangis. Setelah itu ak

  • Titip Benih    Kepergian Adam

    Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Adam. Karena Perawat tidak mengijinkan kami untuk masuk. Aku benar-benar cemas dan takut. Aku takut jika terjadi sesuatu yang buruk terhadapnya. Kami lalu menunggu dengan perasaan yang sangat cemas dan takut. Dan benar saja. Ketakutan kami terbukti. Ketika Dokter keluar ruangan, Dokter menyatakan jika Adam sudah meninggal dunia. Aku yang mendengar hal itu langsung berlari masuk dan memeluk tubuh Adam yang mulai terasa dingin itu. "Adam... Bangun Nak... Ini Kak Airin. Kakak datang untuk menjemput kalian." "Dam... Buka matamu Nak... Ayo buka matamu lihat Kakak sudah datang. Kakak janji tidak akan meninggalkan kalian lagi.""Adam... Ayo buka matamu. Kakak mohon Dam buka matamu sekali saja. Apa kamu tidak kasihan dengan adik-adikmu di panti. Mereka pasti menunggu kepulangan mu. Dam kakak mohon buka matamu." ucapku dengan tangisan yang sudah benar-benar tak dapat aku bendung lagi. Anita mendekat dan memelukku. Aku tahu Dia juga me

  • Titip Benih    Kepergian Ikhsan

    Aku tidak tahu apa yang terjadi disana. Aku segera berkemas dan langsung memesan tiket pesawat lewat online.Si Mbok sedikit terkejut ketika aku mengatakan jika aku besok harus pergi. Sepertinya si Mbok tahu kemana aku akan pergi jadi dia tidak banyak bertanya kepadaku.Setelah selesei berkemas. Entah mengapa aku tiba-tiba teringat akan Yusuf. Aku memang sudah lama tidak pernah ke makamnya. "Maafkan mama ya sayang sudah lama mama tidak menengok Yusuf" ucapku dalam hati. Tanpa terasa air mataku menetes.Rasa rindu yang teramat dalam menyelimuti hatiku. Aku menangis sejadi-jadinya dengan menenggelamkan wajahku ke bantal agar si Mbok tak dapat mendengar suara tangisanku.Aku menangis sampai tertidur."Mbak Laras?" Kenapa aku seperti melihat mbak Laras. Apakah benar itu mbak Laras.Aku mengikuti perempuan yang sangat mirip mbak Laras itu. Dia berjalan dengan santai sambil menggendong seorang anak kecil. Dan Tunggu!!! Bukankah anak dalam gendongannya itu seperti anakku Yusuf? Iya. Itu ada

  • Titip Benih    Pesan dari Anita

    Aku sangat terkejut ketika melihat siapa yang melempari mobilku dengan batu. Maman yang melihat hal itu segera turun."He! Kenapa kamu melempar batu itu ke mobil?"Aku yang melihat Maman emosi langsung segera turun. Aku tidak mau jika Maman sampai lepas kendali."Man. Kamu masuk saja, saya kenal dengannya.""Ta-tapi,Bu.""Sudah kamu masuk saja ke dalam mobil, biar saya selesaikan masalah ini."Maman lalu masuk ke dalam mobil tanpa membantah ku sedikit pun.Setelah Maman masuk ke mobil, aku berjalan ke arah Rudi."Kenapa kamu melempari mobil Tante?" Tanyaku dengan nada lembut"Tante harus bertanggung jawab. Kembalikan kaki bapak seperti dulu agar ibu tidak memarahi bapak setiap hari." Ucapnya sambil menangis"Rudi... Maafkan Tante, Tante tidak bisa membuat kaki bapakmu utuh seperti dulu.""Pokoknya aku tidak mau tahu, Tante harus bertanggung jawab. Sekarang bapak tidak tahu dimana karena di usir ibu." Ucap Rudi masih dengan menangis"Apakah kamu tidak tahu bapakmu sekarang dimana? Apaka

  • Titip Benih    Bertemu Ahmad

    Aku menajamkan penglihatanku untuk memastikan apa yang aku lihat itu benar. "Mbok... Apa i-itu Ahmad?""iya, Non. Sepertinya itu nak Ahmad. Tapi untuk apa dia di taman ini sendirian?""Coba mbok kesana dan pastikan apakah dia benar-benar Ahmad.""Baik, Non."Lalu si mbok berjalan kearah orang yang kami duga adalah Ahmad. Symbol menunggu si mbok, aku menghubungi Manana. "Man... Bagaimana ketemu sama Ahmad dan keluarganya?""Maaf Bu, kata para tetangga pak Ahmad sudah pindah kontrakan.""Pindah?""Iya, Bu. Katanya mereka habis ribut besar dan keesokkan harinya anak dan istrinya pergi meninggalkan rumah, sedangkan pak Ahmad diusir pemilik kontrakan.""Ya sudah sekarang kamu jemput saya di taman dekat cafe tadi.""Baik, Bu. Ini saya sudah dekat."Setelah itu aku matikan sambungan telephone. Aku melihat si mbok berbicara dengan laki-laki itu, karena aku penasaran akhirnya aku putuskan untuk mendekat kearah mereka. Dan benar saja dugaanku, laki-laki itu benar-benar Ahmad.

  • Titip Benih    Perceraian Ahmad dan Sekar

    Aku kembali kembali pulang untuk mengurus semuanya sebelum anak panti aku bawa. Setelah sampai rumah aku langsung bercerita kepada si Mbok. Dan aku senang si Mbok sangat mendukungku. Aku lalu memanggil Maman. "Man... Bagaimana? Apakah tanah yang aku minta sudah dapat?""Alhamdulillah sudah Bu.""Baiklah, bagaimana surat menyuratnya?""Mereka minta di bayar setengah dulu bu dan setelah kita bayar mereka akan mengurus sertifikatnya dan balik nama sekalian jadi kita terima beres.""Apakah mereka bisa dipercaya?""Insha Allah bisa Bu.""Baiklah tolong kamu atur kapan saya bisa menemui mereka. Karena saya butuh cepat dan ingin segera saya bangun.""Tapi, Bu. Untuk membangun rumah seperti yang ibu inginkan itu membutuhkan waktu yang lumayan lama."Aku terdiam, karena aku baru sadar jika aku tak berpikir sejauh itu. Aku hanya berpikir dapat tanah dan langsung di bangu. Aku tidak berpikir jika membangun sebuah rumah yang cukup besar itu membutuhkan waktu berbulan-bulan. "Kamu benar j

  • Titip Benih    Wasiat Bu Wulan

    Aku pergi meninggalkan mas Ikhsan tanpa menoleh lagi. Aku takut dengan ancaman mas Ikhsan. Aku harus segera pergi dari kota ini dan membawa anak-anak panti. Mereka tidak terlalu banyak hanya berjumlah sekitar lima belas orang. Jadi aku yakin bisa menghidupi mereka.Anak-anak panti ada beberapa yang sudah beranjak dewasa jadi bisa saja mereka membantuku untuk mengurus mereka yang sebagian masih kecil. Aku akan membangunkan rumah yang layak disana. "Kamu masih lamakah?"tanya Anita dalam panggilan telepon "Tidak kok, sebentar lagi aku pulang"jawabku"Ya sudah aku tunggu, jangan lama-lama dan hati-hati dijalan,"ucapnya lagi dan setelah itu panggilan diakhiri. Aku langsung segera pulang kerumah Bu Wulan karena Anita sudah menelepon terus. Aku tahu jika Anita sangat mengkhawatirkan aku. "Akhirnya kamu datang juga, Rin,"ucapnya sambil memegang tanganku yang baru turun dari mobil. Aku hanya tersenyum melihatnya. Setelah sampai aku langsung membantu mereka menyiapkan segala sesuatu

  • Titip Benih    Meninggalnya bu Wulan

    Tubuhku bergetar setelah membaca pesan dari Anita. Aku langsung menghubungi Anita. "Nit..." ucapku dengan menangis. Aku sudah tidak dapat lagi menahan air mataku. "Rin... Kamu harus ikhlas. Mungkin ini yang terbaik untuk Bu Wulan." jawab Anita menenangkan aku. "Bagaimana aku bisa ikhlas Nit. Bu Wulan seperti itu karena aku.""Rin. Kamu tidak boleh menyalahkan dirimu. Ini semua terjadi karena Ikhsan jadi ini bukan salah kamu.""Nit... Aku sudah dibandara dan akan segera sampai dirumah sakit.""Ya sudah aku tunggu kamu disini. Kamu yang sabar ya Rin."Bu Wulan meninggal sebelum bertemu denganku. Aku sangat sedih dan sangat marah terhadap Mas Ikhsan. Jika bukan karena mas Ikhsan men*s*knya pasti semua ini tidak akan terjadi.Setelah sampai rumah sakit aku langsung disambut oleh Anita. Aku menangis dalam pelukannya. "Nit, semua ini salahku, andai aku tidak masuk dalam kehidupan mereka, semua ini tidak akan pernah terjadi,"ucapku sambil menangis. Anita lalu mengusap air mat

  • Titip Benih    Kabar buruk dari Anita

    Mbak Sekar yang melihat kedatanganku langsung berjalan kearahku dan langsung memelukku sambil menangis."Bu Airin. Lihatlah bagaimana keadaan suamiku sekarang." Ucapnya sambil menangis. Aku yang muak dengan sandiwaranya langsung melepas pelukan mbak Sekar. "Maaf, Saya sudah mendengar semuanya!""Apa yang Bu Airin dengar?""Semuanya!"Mbak Sekar dan Ahmad sangat terkejut mendengar ucapanku. "Ja--di... Bu Airin mendengar perdebatan kami?" tanya Ahmad dengan terbata. Sedangkan mbak Sekar hanya terdiam dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Iya! ""Baguslah jika Bu Airin sudah mendengar semuanya, jadi tidak ada yang harus kami tutupi lagi,"jawab Sekar tanpa ada rasa bersalah sedikit pun "Kenapa harus ditutupi? Apa yang ingin kalian bicarakan dengan saya?""Bu... Maafkan Saya... Saya bersedia ibu pecat jika apa yang kami bicarakan tadi telah menyinggung perasaan ibu." ucap Ahmad dengan wajah penuh sesal dan sangat berbanding terbalik dengan istrinya Sekar. Sekar seolah tertantan

DMCA.com Protection Status