Share

Bab 80

Beberapa hari kemudian.

Di kantor Toni Wijaya yang mewah, suasananya dipenuhi dengan kemenangan. Dinding-dindingnya, yang dihiasi dengan karya seni kontemporer yang indah, tampak menggemakan kemenangan yang dirasakan Toni mengalir di nadinya.

Toni duduk di belakang meja kayu ek gelap yang besar dengan seringai licik di bibirnya, dia mengetukkan jari-jarinya ke permukaan yang dipoles. Di hadapannya duduk para penasihatnya yang paling tepercaya, ekspresi mereka bercampur antara rasa kagum dan antisipasi.

"Jadi, mereka sudah merasakannya," kata Toni, suaranya terdengar puas. “Langkah yang kita ambil pasti mengguncang mereka.”

Salah satu penasihatnya adalah seorang pria bermata tajam dan berhidung elang, dia mencondongkan tubuh ke depan. "Benar sekali, Tuan. Kabar dari Weston cukup... menggembirakan. Beberapa penjualan terbaik mereka terjun bebas, ini hanya permulaan."

Seringai Toni melebar. "Dan klien mereka?" selidiknya, matanya penuh dengan keserakahan.

Senyum sang penasihat mengembang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status