Setelah semua orang pergi, Yenny membawa beberapa orang ke lokasi pertempuran.Melihat bekas-bekas pertempuran yang mengerikan di tempat itu, mereka tidak bisa membendung kekaguman mereka....Surya dan Naka baru saja kembali ke Pulau Aora. Saat ini, mereka sedang berjalan di atas jembatan.Tiba-tiba, sesosok tubuh bergegas mendekat sambil berteriak minta tolong.Surya berbalik. Dia melihat bahwa di bawah sinar bulan, Revia berlari ke arahnya sambil mengeluarkan darah dari sudut mulutnya.Revia melompat ke atas jembatan, lalu jatuh dengan keras ke Pulau Aora.Di belakang Revia, sebuah sosok tiba-tiba berhenti, lalu bersembunyi di balik pohon.Surya meraih senapan super Naka, lalu membidik dan menembak dengan cepatSuara dentuman keras terdengar, lalu pohon besar itu terbelah separuh. Sosok di belakang pohon menjerit, lalu terlempar lebih dari sepuluh meter ke belakang. Sosok itu meninggalkan jejak darah saat tergesa-gesa pergi."Apa mau dikejar?" tanya Naka.Surya mendengus dingin, lal
Setelah Surya masuk, ular naga api berlari ke arah Surya dengan gembira, lalu menggosokkan diri pada Surya. Surya hanya menendangnya sebelum menghampiri tubuh Cadilaya.Saat ini, mayat Cadilaya masih dalam wujud ketiga.Seharusnya, tidak peduli seberapa gilanya seseorang selama hidup, kekuatannya akan lenyap begitu dia meninggal. Dia akan berubah ke penampilan aslinya.Namun, Cadilaya jelas tidak seperti itu.Hanya saja, hari ini Surya sudah menggunakan Mata Kebenaran, jadi dia tidak bisa menggunakannya lagi untuk mengamati keadaan mayat Cadilaya.Oleh karena itu, Surya menggunakan kekuatan pikirannya untuk mulai menyelidiki.Meski penyelidikan dengan kekuatan pikiran tidak memberikan hasil menyeluruh seperti Mata Kebenaran, dia tetap bisa mendapatkan informasi yang cukup jelas.Setelah memeriksa sekilas, Surya tersenyum puas.Benar saja, semua ini sesuai dugaannya. Ada sebutir Telur Dewa Darah di tubuh Cadilaya.Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa Cadilaya bisa tetap mempertahank
"Kakak, Kakak." Surya buru-buru berkata, "Aku hanya bercanda. Ini adalah barang yang sangat bagus, harganya sungguh sepadan."Saat ini, sebuah suara terdengar langsung di jiwa Surya."Pemberi pengorbanan, penampilanmu akhir-akhir ini sangat bagus. Sekarang aku akan memberimu gelar Kesayangan Dewa. Teruslah bekerja keras, pada akhirnya kamu akan menjadi keberadaan yang luar biasa."Pada saat yang sama, kata-kata Kesayangan Dewa muncul di dalam kesadaran Surya.Saat ini, semua aura menghilang seperti air pasang. Ruang penyimpanan menjadi tenang kembali.Surya tertegun untuk waktu yang lama. Apa itu Kesayangan Dewa? Sepertinya tidak ada kemampuan khusus apa pun.Mungkinkah itu hanya sebuah gelar?Saat memikirkan hal ini, Surya tidak bisa menahan diri untuk mengutuk lagi.Sebagai makhluk yang luar biasa, naga tua itu seharusnya tidak menjanjikan hal yang besar. Naga tua itu memberinya sebuah gelar ilusi, lalu masih berharap dia membahayakan nyawa untuk terus memberi pengorbanan?Namun, set
"Bunga?" Surya bertanya dengan bingung, "Ada apa?"Bunga di ujung lain telepon berkata dengan cemas, "Senior, setelah kami kembali ke Kota Yogu, kakakku bersikeras menghadapi Shelly untuk meminta pertanggungjawaban. Siapa sangka nggak lama kemudian, kakakku ditahan oleh seseorang yang dipekerjakan Shelly. Mereka mengatakan kami sudah memfitnahnya. Mereka mau kami meminta maaf secara terbuka, lalu memberikan ganti rugi. Kalau nggak, aku nggak akan pernah melihat kakakku lagi."Setelah mendengarkan, Surya merenung sejenak.Bunga dikutuk oleh Shelly, kemudian Surya juga sudah membantu Bunga melepas kutukan itu. Mereka sudah termasuk tidak berutang lagi terhadap satu sama lain.Sekarang Bunga meminta bantuannya lagi. Sejujurnya, Surya tidak ingin ikut campur.Ada begitu banyak hal yang terjadi di dunia ini, bisakah Surya mengurus semuanya? Namun, Keluarga Lasmani sudah memberikan harta keluarga mereka untuknya. Rasanya tidak baik kalau Surya mengabaikan mereka.Melihat Surya tidak mengatak
Dwi mengerutkan kening sambil bertanya, "Bukannya itu nggak pantas? Kupikir sebaiknya menundanya untuk sementara waktu sampai dia memiliki rasa terhadap Departemen Penelitian dan Pertahanan Kekuatan Supernatural. Dengan begitu, segalanya akan berjalan dengan lancar.""Jadi, kamu juga sama sekali nggak yakin?" tanya pria berjanggut putih.Dwi menghela napas, lalu berkata, "Bisa dikatakan begitu. Tapi, bakat seperti itu jarang ada. Sebaiknya kita jangan mudah memancingnya. Jangan sampai kita malah mendapatkan hasil yang berlawanan."Kedua pria tua itu saling berpandangan, kemudian perlahan berkata, "Kami menghormati pendapatmu. Tapi, kalau ada yang nggak beres sama Surya, kamu sendiri nanti yang akan bertanggung jawab penuh.""Aku bersedia memikul semua tanggung jawab. Jangan khawatir. Aku pasti nggak akan melibatkan kalian," kata Dwi sambil tersenyum.Kedua pria tua itu berdiri, lalu membungkuk sedikit ke arah Dwi, sebelum meninggalkan ruangan tersebut.Dwi tersenyum dan berkata dalam h
Mendengar hal tersebut, Surya langsung tersenyum dan berkata, "Senior, kalau itu nggak usah lagi.""Anak muda, di hadapan seorang tingkat suci, tingkah lakumu yang seperti ini benar-benar nggak sopan," kata pria tua itu sambil mengerutkan keningnya.Surya menghela napas, lalu berkata, "Bukannya aku bermaksud untuk merendahkanmu. Aku hanya berpikir kalau kita berdua nggak saling kenal, jadi nggak baik begitu.""Benar-benar kurang ajar. Aku ingin menjadikanmu muridku, itu sudah merupakan kehormatan bagimu. Kalau kamu nggak mau, ya sudah. Aku nggak akan memaksa. Tapi, kamu harus menerima sedikit penderitaan. Tingkat suci nggak boleh dihina. Ini adalah hukuman kecil untukmu."Setelah pria tua itu selesai berbicara, dia langsung melambaikan tangannya yang besar. Energi spiritual yang dahsyat dengan disertai angin kencang yang menderu-deru, tiba-tiba saja memancar keluar.Surya mengerutkan kening. Dia memutar satu tangannya ke depan. Energi spiritual yang kuat milik pria tua itu pun langsung
"Serangan Pemungkas."Pria tua itu berteriak keras dan langsung melancarkan tiga jurus pemungkasnya secara berturut-turut.Tombak perang tersebut membawa energi spiritual yang begitu dahsyat. Di tengah-tengah ayunannya, tombak perang tersebut membentuk tiga bunga senjata yang terbang ke arah Surya.Patukan Elang.Jika satu dari tiga bunga senjata ini berhasil mengenai lawan, lawan akan lumpuh selama satu detik. Dalam pertarungan antar para ahli, waktu satu detik saja sudah cukup untuk menimbulkan akibat yang fatal.Dalam keadaan putus asa, Surya tidak punya pilihan selain memanggil Pedang Petir.Hanya saja, kali ini Surya tidak mengalirkan kekuatan petir pada Pedang Petir tersebut. Jadi, yang dikeluarkan Surya sebenarnya hanyalah Pedang Pembunuh.Surya hanya bergerak melintang saja, tiga bunga senjata milik pria tua itu sudah langsung menancap pada permukaan Pedang Pembunuh.Namun, tiba-tiba saja tombak perang pria tua itu memanjang beberapa meter dan menusuk ke wajah Surya disertai su
Mendengar itu, Surya berkata sambil tersenyum, "Kemampuan bela diri Senior memang luar biasa.""Kamu nggak perlu memujiku. Dalam hal ilmu bela diri, kamu memang lebih unggul dariku. Tapi, sekarang aku akan berusaha sekuat tenaga. Jadi, sebaiknya kamu berhati-hati," kata pria tua itu.Surya mengerutkan kening, lalu berkata, "Nggak perlu sampai seperti itu, bukan, Senior?""Kalau kamu bertemu dengan seorang ahli, bagaimana mungkin kamu nggak bertarung habis-habisan dengannya? Ayolah, anak muda. Kalau kamu bisa bertahan selama tiga menit di medanku, janjiku sebelumnya masih berlaku," ujar pria tua itu.Surya tidak bisa menahan diri untuk menggelengkan kepalanya dan tersenyum getir. "Apa kamu benar-benar begitu ingin menerima seorang murid?""Anak muda, ini adalah sesuatu yang diimpikan oleh begitu banyak orang. Kamu benar-benar nggak menghargainya. Sekarang, aku akan menunjukkan kekuatanku yang sesungguhnya." Pria tua itu menarik tombak perangnya sambil berteriak dengan lantang. "Tombak S