Saat ini, Surya menyadari bahwa pesta ini bukan lagi sekadar reuni teman sekelas.Surya duduk di sisi lain Rania, lalu menatap Paul sambil berujar, "Paul, bukankah ini reuni kelas? Kenapa aku sepertinya nggak mengenal orang ini? Selain itu, di mana teman sekelas lainnya?""Begini, teman lainnya nggak bisa datang karena ada yang harus mereka lakukan. Ini adalah Pak Henry Dianto dari Agen Perjalanan Pemuda. Kebetulan ini adalah hari libur, jadi aku membawanya ke sini. Agen perjalanan Pak Henry sudah memiliki lebih dari puluhan cabang, kekayaannya juga mencapai ratusan juta. Aku cukup beruntung ditunjuk sebagai manajer umum di Agen Perjalanan Kota Juwana. Kalau kalian ingin bepergian di masa depan, katakan saja padaku." Paul memperkenalkan Henry sambil menyombongkan pria itu.Ketiga teman sekelas wanita lainnya mengobrol dengan Henry tanpa henti sambil tersenyum menyanjung.Bagaimanapun juga, mereka semua hanyalah orang biasa. Uang beberapa ratus juta sudah merupakan angka yang sangat bes
Henry terlihat kurang senang, tapi dia menyembunyikannya dengan baik. Kemudian, dia menoleh ke arah Surya dan bertanya, "Siapa namamu?""Namaku Surya," jawab Surya dengan acuh tak acuh.Henry mengangguk sembari berkata, "Pak Surya, senang bertemu denganmu. Bolehkah aku bertanya kamu bekerja di mana?""Nggak bekerja.""Kamu belum mendapatkan pekerjaan, Surya?" tanya teman sekelas wanita bernama Lusi Vanil sambil tersenyum.Surya tersenyum simpul sambil menjawab, "Ya. Mau gimana lagi?"Teman-teman sekelas wanita lainnya tertawa kecil. Meski tidak bermaksud menyindir, mereka jelas tidak tertarik padanya.Saat melihat ini, Rania diam-diam menghela napas. Jika mereka mengetahui identitas asli Surya, tidak tahu bagaimana sikap mereka nantinya.Bertahun-tahun yang lalu, persahabatan antara teman sekelas begitu murni, tanpa tercampur oleh hal lainnya.Namun, sejak memasuki masyarakat, tampaknya semua orang telah berubah. Terutama beberapa orang, Riana jadi sulit sekali memahami mereka sekarang
Ketika Paul mendengar ini, dia menjadi sedikit panik. Bagaimanapun juga, Henry adalah penopangnya. Masa depannya ada di tangan pria ini.Hari ini, Paul di sini untuk menjilat Henry. Jika dia malah membuat Henry marah, dia pasti akan rugi besar.Paul pun segera pindah ke sisi Rania, lalu berbisik, "Rania, bantulah aku. Kalau Pak Henry marah, pekerjaanku akan hilang."Rania menghela napas tak berdaya sambil mengangguk pelan. Mereka sudah menjadi teman sekelas selama bertahun-tahun, jadi dia tidak bisa tidak menghormati Paul. Namun, dia juga berkata, "Surya juga harus ikut. Kalau dia nggak pergi, aku juga nggak akan pergi."Rania sudah tahu ada yang tidak beres di sini. Namun, selama Surya bersama dengannya, dia tidak perlu takut.Melihat ini, Paul menatap Surya dengan tatapan memohon.Surya menggelengkan kepalanya sedikit, lalu berkata perlahan, "Kalau begitu, ayo kita bersenang-senang."Karena Rania sudah berkata demikian, sulit baginya untuk menolak.Sekarang Paul kembali gembira. Dia
Ketiga teman sekelas wanita itu juga pertama kalinya mengenal olahraga tingkat tinggi seperti golf ini. Mereka terlihat sangat tertarik dan sangat kooperatif.Ditambah lagi dengan pujian terus-menerus dari Paul di samping, Henry dan tiga teman sekelas wanita itu sangat menikmati permainan mereka.Namun, Surya dan Rania hanya duduk di kereta golf, mengobrol tanpa memperhatikan mereka.Tak lama kemudian, Henry mengayunkan tongkat untuk memukul bola dengan keras. Bola pun terbang tinggi, lalu jatuh di kejauhan.Semua orang naik kereta golf, lalu melaju menuju titik pendaratan bola bersama pramugolf.Saat ini, Henry berkata pada Rania, "Kamu juga boleh mencoba bermain. Ini adalah latihan yang sangat bagus.""Maaf, aku juga nggak bisa main," kata Rania.Henry terkekeh, lalu berkata, "Apa yang kamu takutkan? Aku akan mengajarimu.""Nggak perlu," tolak Rania dengan sopan.Saat ini, kemarahan di mata Henry sudah terlihat jelas. Dia menyukai Rania, tapi Rania selalu bersama Surya sejak awal. Wa
Surya tidak ingin berbicara dengan mereka, dia hanya tersenyum sambil berkata, "Nggak apa-apa, aku cuma memikirkan sesuatu yang menyenangkan."Henry juga terlihat sangat marah. Sejak kapan dia pernah dimarahi seperti ini? Dia pun segera menyahut, "Berengsek, aku mau lihat apa kamu benar-benar bisa mengeluarkanku atau nggak."Setelah mendengar ini, manajer itu dengan cepat berbisik di telinga Henry, "Pak Henry, Pak Joko dari Kota Nuvo ini adalah seorang pengusaha batu bara. Kekayaannya mencapai puluhan triliun. Dia nggak mudah untuk dihadapi.""Berengsek, dia hanya orang asing yang datang dari luar Kota Juwana. Hanya karena dia punya uang, memang dia bisa mendominasi kota ini seenaknya?"Meskipun kedudukan pria itu beberapa kali lebih tinggi dari dirinya, Henry tetap menolak untuk menerimanya. Bagaimanapun, ini adalah Kota Juwana, bukan Kota Nuvo.Namun, manajer itu kembali berbisik, "Pak Henry, dia nggak mudah untuk ditangani. Pengawalnya sangat kuat. Begitu datang, dia langsung memesa
Niat awal Surya adalah untuk tidak membiarkan kedua belah pihak terus melanjutkan permasalahan ini. Bagaimanapun, mereka semua adalah teman sekelas. Dilihat dari keadaan saat ini, mereka harus bisa membedakan mana yang perlu dan yang tidak untuk menghindari perdebatan.Selain itu, teman-teman sekelas lainnya juga hanya orang biasa. Surya tidak ingin mereka ikut terlibat dalam permainan orang kaya yang membosankan ini.Jika orang biasa mencoba membiasakan diri dengan kehidupan orang kaya, mau tidak mau mereka akan memiliki ide-ide yang tidak realistis. Hal ini akan berdampak buruk pada kehidupan mereka di masa depan.Namun, Henry mendengar apa yang dikatakan Surya, dia menoleh ke arah Surya sambil menyela dengan tegas, "Hei bocah, kalau kamu takut, pergi saja dari sini. Di Kota Juwana ini, nggak ada hal yang nggak bisa aku hadapi."Paul mengangkat bahunya di hadapan Surya, mengisyaratkan bahwa dia juga tidak bisa melakukan apa-apa.Surya menghela napas berat, lalu kembali naik mobil gol
Rania melihat pemandangan yang terjadi, lalu berbisik kepada Surya, "Bisakah kamu pergi dan membujuk mereka untuk berhenti membuat masalah? Teman-teman ketakutan.""Huh." Surya menghela napas, kemudian menjawab, "Dilihat dari situasi sekarang, siapa yang bisa membujuk mereka? Kalau nggak ada yang menang atau yang kalah, khawatirnya masalah ini nggak akan selesai.""Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Rania agak khawatir.Surya menyahut dengan tenang, "Jangan khawatir, aku jamin teman-teman nggak akan disakiti. Sementara Henry, dia suka keributan, jadi biarkan saja dia membuat keributan."Rania mengangguk dalam diam. Selama tidak terjadi apa-apa dengan teman-teman sekelasnya, dia juga tidak akan peduli. Lagi pula, dia tidak memiliki kesan yang baik terhadap Henry dan Joko.Saat ini, Joko yang sedang berdiri, kembali menelepon seseorang. Kali ini, dia hanya mengucapkan beberapa patah kata, kemudian menutup panggilan teleponnya.Namun, sekretaris di sebelah Joko berbisik, "P
"Baik," ujar sekretaris itu. Dia segera berlari menghampiri Joko, lalu berkata dengan sopan, "Pak Joko, Pak Nelson mempersilakan Bapak untuk datang dan berbicara dengan beliau.""Ternyata Pak Nelson," sahut Joko dengan acuh tak acuh.Sekretaris itu menyahut, "Beliau yang bertanggung jawab atas Distrik Ceta.""Kalau ada urusan, suruh dia datang ke sini sendiri. Dia cuma penanggung jawab distrik. Apakah kamu bercanda denganku?" ucap Joko dengan dingin.Sekretaris itu tertegun. Beraninya orang ini bersikap tidak sopan pada bosnya?Nelson adalah seorang pejabat, juga merupakan penguasa wilayah ini. Sekaya apa pun Joko, beraninya dia bicara dengan pejabat seperti ini?"Bapak harus berpikir dengan baik, Pak Nelson adalah penanggung jawab Distrik Ceta," ujar sekretaris itu. Dia kembali menyebutkan identitas Nelson.Namun, Joko justru terkekeh dan menjawab, "Kalau ada urusan, suruh dia datang sendiri. Aku sudah menjelaskannya, 'kan?"Sekretaris itu mengerutkan kening, kemudian menyahut dengan