Niat awal Surya adalah untuk tidak membiarkan kedua belah pihak terus melanjutkan permasalahan ini. Bagaimanapun, mereka semua adalah teman sekelas. Dilihat dari keadaan saat ini, mereka harus bisa membedakan mana yang perlu dan yang tidak untuk menghindari perdebatan.Selain itu, teman-teman sekelas lainnya juga hanya orang biasa. Surya tidak ingin mereka ikut terlibat dalam permainan orang kaya yang membosankan ini.Jika orang biasa mencoba membiasakan diri dengan kehidupan orang kaya, mau tidak mau mereka akan memiliki ide-ide yang tidak realistis. Hal ini akan berdampak buruk pada kehidupan mereka di masa depan.Namun, Henry mendengar apa yang dikatakan Surya, dia menoleh ke arah Surya sambil menyela dengan tegas, "Hei bocah, kalau kamu takut, pergi saja dari sini. Di Kota Juwana ini, nggak ada hal yang nggak bisa aku hadapi."Paul mengangkat bahunya di hadapan Surya, mengisyaratkan bahwa dia juga tidak bisa melakukan apa-apa.Surya menghela napas berat, lalu kembali naik mobil gol
Rania melihat pemandangan yang terjadi, lalu berbisik kepada Surya, "Bisakah kamu pergi dan membujuk mereka untuk berhenti membuat masalah? Teman-teman ketakutan.""Huh." Surya menghela napas, kemudian menjawab, "Dilihat dari situasi sekarang, siapa yang bisa membujuk mereka? Kalau nggak ada yang menang atau yang kalah, khawatirnya masalah ini nggak akan selesai.""Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Rania agak khawatir.Surya menyahut dengan tenang, "Jangan khawatir, aku jamin teman-teman nggak akan disakiti. Sementara Henry, dia suka keributan, jadi biarkan saja dia membuat keributan."Rania mengangguk dalam diam. Selama tidak terjadi apa-apa dengan teman-teman sekelasnya, dia juga tidak akan peduli. Lagi pula, dia tidak memiliki kesan yang baik terhadap Henry dan Joko.Saat ini, Joko yang sedang berdiri, kembali menelepon seseorang. Kali ini, dia hanya mengucapkan beberapa patah kata, kemudian menutup panggilan teleponnya.Namun, sekretaris di sebelah Joko berbisik, "P
"Baik," ujar sekretaris itu. Dia segera berlari menghampiri Joko, lalu berkata dengan sopan, "Pak Joko, Pak Nelson mempersilakan Bapak untuk datang dan berbicara dengan beliau.""Ternyata Pak Nelson," sahut Joko dengan acuh tak acuh.Sekretaris itu menyahut, "Beliau yang bertanggung jawab atas Distrik Ceta.""Kalau ada urusan, suruh dia datang ke sini sendiri. Dia cuma penanggung jawab distrik. Apakah kamu bercanda denganku?" ucap Joko dengan dingin.Sekretaris itu tertegun. Beraninya orang ini bersikap tidak sopan pada bosnya?Nelson adalah seorang pejabat, juga merupakan penguasa wilayah ini. Sekaya apa pun Joko, beraninya dia bicara dengan pejabat seperti ini?"Bapak harus berpikir dengan baik, Pak Nelson adalah penanggung jawab Distrik Ceta," ujar sekretaris itu. Dia kembali menyebutkan identitas Nelson.Namun, Joko justru terkekeh dan menjawab, "Kalau ada urusan, suruh dia datang sendiri. Aku sudah menjelaskannya, 'kan?"Sekretaris itu mengerutkan kening, kemudian menyahut dengan
Setelah memikirkannya, Surya merasa bahwa masalah ini tidak sesederhana kelihatannya dan hanya bisa mengerutkan keningnya.Rania melihat ekspresi Surya, kemudian bertanya, "Ada apa?""Bukan apa-apa, menurutku agak menyenangkan saja," jawab Surya sambil tersenyum.Rania menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Orang-orang ini sangat membosankan.""Demi harga diri, ke mana pun orang kaya pergi, mereka nggak boleh kehilangan harga diri," sahut Surya dengan nada bercanda.Rania tersenyum tipis, lalu balik bertanya, "Bagaimana denganmu?""Aku?" Surya menjawab sambil tersenyum tipis, "Yang dikejar beda, jadi nggak bisa dibandingkan."Benar, Surya sudah bukan mengejar uang lagi.Sekarang Surya hanya ingin menjadi lebih kuat, mengejar akhir dari kultivasinya dan ingin tahu bagaimana akhirnya.Sementara itu, menghasilkan uang di Konsorsium Pelita awalnya hanya untuk menenangkan bawahan yang dibubarkan, agar mereka tidak mengambil pedang dan senjata demi memperjuangkan hidup mereka.Sekarang Sur
Pada saat ini, Surya menarik Paul menuju mobil golf, mengerutkan kening sambil berkata, "Paul, jangan terlibat dalam masalah ini. Ini semua nggak akan ada gunanya untukmu.""Apa yang harus aku takutkan? Apa dia berani melakukan sesuatu padaku?" sahut Paul yang masih terlihat percaya diri.Rania juga menasihati Paul, "Paul, kita di sini untuk reuni. Memangnya menyenangkan membuat keributan seperti itu? Ayo kita pergi saja.""Nggak bisa. Kalau kita pergi, Pak Henry nggak akan senang," jawab Paul."Huh." Rania menghela napas tidak berdaya.Surya menjelaskan perlahan, "Aku khawatir Pak Henry akan kalah.""Nggak mungkin." Paul menyela, "Pak Nelson sudah ada di sini. Memangnya apa yang bisa dilakukan pengusaha seperti Joko?"Surya mengerutkan keningnya, lalu berkata, "Kalau kamu nggak percaya padaku, lihat saja dari sini dan jangan mendekat ke sana."Paul sedikit terguncang dengan perkataan Surya dan ragu-ragu sejenak.Saat ini, Joko yang tidak mengerti kenapa pengawalnya hanya tertegun di t
Nelson tahu kalau hari ini dia harus menerima apa yang terjadi. Dia sudah tidak dapat mengurus masalah ini lagi.Nelson yang awalnya muram, langsung tersenyum lebar dan berjalan maju dengan ramah. Dia berjabat tangan dengan Brian sambil berkata, "Ternyata Pak Brian. Kalau Bapak menyapa lebih awal, tentu nggak akan ada kesalahpahaman seperti ini. Lihat sekarang jadi begini ....""Yang penting daerahmu menghormati saja, juga nggak ada masalah besar. Kami selesaikan sendiri saja," kata Brian dengan datar.Jangan lihat Nelson dulu ditekan oleh Keluarga Hatani sampai tidak mampu mengangkat kepala, tapi di luar, Nelson adalah tokoh yang hebat. Dia tidak mampu disinggung oleh orang biasa. Seorang penanggung jawab daerah kecil juga bukan apa-apa baginya.Nelson mendengar maksud dari perkataan Brian, lalu segera berkata, "Oke, kebetulan aku masih ada urusan. Kalian selesaikan saja sendiri, aku pergi dulu."Setelah selesai berkata, Nelson langsung pergi dengan sekretarisnya tanpa menoleh ke bela
Surya tidak menyangka bahwa pendukung Joko adalah Brian. Kalau begitu, semua ini jadi lebih seru.Saat ini, tatapan Brian mengikuti langkah pengawal itu. Kemudian, dia pun tersentak.'Bukankah itu Pak Surya? Kenapa dia ada di sini?''Lalu, tadi Joko bilang apa? Mau membereskan Pak Surya juga?'Saat Brian masih terkejut, pengawal itu sudah sampai di depan Paul dan Surya.Saat ini, Paul sudah ketakutan sampai tidak tahu harus berbuat apa.Nelson ketakutan setengah mati, sedangkan Henry menunduk dalam-dalam. Henry yang diminta menjilat sepatu, juga hanya bisa menahan diri saja.Nelson yang merupakan pengikut Henry, pasti hanya akan lebih menyedihkan dari Henry.Kali ini gawat sudah. Nelson membuat acara ini, tapi tidak berakhir dengan baik, malah membuat Henry dipermalukan sampai seperti ini. Takutnya sebelum kembali, dia sudah akan kehilangan pekerjaan.Hal yang lebih menakutkan adalah Nelson sama sekali tidak tahu bagaimana Joko akan memperlakukannya. Dua pengawal Joko itu dalam sekali
Perkataan Brian itu sangat tidak sungkan. Joko tersentak untuk sesaat, kemudian berkata dengan dingin, "Pak Brian, kamu jangan lupa. Kita ini mitra kerja sama. Aku bukanlah bawahanmu.""Berani sekali kamu. Benar-benar nggak tahu diri."Brian langsung berubah muram, lalu mengangkat Joko begitu saja dan melempar pria itu ke hadapan Surya.Dua pengawal itu tersentak, kemudian mendekati Joko.Brian tidak sungkan sama sekali. Dia langsung menaikkan energi sejati di tubuhnya. Hanya terkena paparan energi sejati saja, dua pengawal itu langsung tumbang dan muntah darah.Saat ini, Joko sudah pasrah. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Brian langsung memutuskan hubungan kerja sama seperti ini, bahkan dengan sikap yang begitu tegas. Brian sama sekali tidak menghormatinya, juga langsung melukai dua pengawalnya.Saat ini, Joko baru benar-benar mengerti bahwa Brian bisa disebut sebagai ketua mafia Kota Juwana bukan karena memiliki pengawal yang hebat, melainkan karena kemampuan bertarungnya sendir