"Mungkin di masa depan, kekuatanmu bisa mencapai tingkatan yang melampaui kekuatanku. Pada saat itu, dunia dalam cermin perunggu yang kamu ciptakan mungkin akan memiliki aliran waktu seribu kali lebih cepat daripada di dunia luar.""Ini ...."Setelah mendengar hal itu, wajah Surya berubah menjadi merah. Dia berkata, "Rasanya kurang pantas kalau aku melakukan ini. Senior Eiren dan Nona Yoseva saling mencintai satu sama lain dengan tulus. Meskipun kamu nggak memberikan cermin perunggu ini padaku, aku pikir aku bisa menunggu seratus tahun untukmu. Sebenarnya, aku juga sangat mengagumimu. Aku nggak mau mengambil keuntungan dari situasimu.""Ini namanya bukan mengambil keuntungan dari situasiku. Aku hanya merasa kita memiliki takdir yang saling terkait. Jadi, setelah aku pergi, cermin perunggu ini mungkin juga akan merasa kesepian. Mungkin memberikannya padamu untuk membantumu berlatih adalah hal yang baik.""Begitu, ya? Kalau begitu, aku nggak akan menolaknya lagi."Surya menerima cermin p
Surya mencoba memasukkan kekuatan cahaya dari dalam tubuhnya ke dalam cermin perunggu, lalu menggunakan Sarung Tangan Cahaya untuk menyerap energi di sekitarnya. Dalam hitungan detik, seluruh bangunan kuno tiba-tiba bergetar hebat.Pada saat ini, sesosok bayangan tiba-tiba terbang masuk. Eiren tampak melotot ke arah Surya sambil berkata, "Apa yang mau kamu lakukan?"Dalam kebingungan, Surya buru-buru menghentikan latihannya. Seketika itu juga, bangunan yang berguncang itu kembali tenang. Surya menatap Eiren dengan sedikit gugup, lalu menjawab, "Aku sedang mencoba melihat apakah aku bisa mengendalikan cermin perunggu ini."Eiren membalas, "Surya, kamu seharusnya tahu kalau tempat ini adalah dunia yang terbuat dari energi. Jadi kamu nggak bisa menyerap energi di sini. Kalau nggak, seluruh dunia cermin perunggu ini akan hancur. Meski dunia cermin perunggu ini nggak hancur, aliran waktu akan berubah."Sambil mengatakan ini, Eiren menggelengkan kepalanya, dengan serius menatap Surya, lalu m
Surya berkata dengan wajah pucat, "Kamu nggak perlu merasa terlalu senang. Kalau aku bisa mematahkan segel kedua, tentu saja aku juga punya kemampuan untuk mengendalikan 20% energi gelap ini.""Aku harap begitu," kata Penguasa Kegelapan dengan penuh amarah."Yoseva.""Yoseva!"...Pada saat itu, gelombang energi suara yang kuat datang menyerang, menghancurkan seluruh bangunan kuno hingga menjadi serpihan. Surya membelalakkan mata penuh keterkejutan, lalu dengan cepat berubah menjadi bayangan yang terbang menuju bangunan kuno di tengah danau besar.Beberapa saat kemudian, Surya mendarat dengan stabil. Dia melihat Eiren duduk di antara puing-puing sambil memeluk tubuh Yoseva yang sudah tak bernyawa. Rambut hitam Eiren entah sejak kapan sudah berubah menjadi putih. Pada saat itu, Eiren tampak sangat sedih. Dia duduk di sana dengan air mata mengalir, lalu pelan-pelan memanggil, "Yoseva."Saat melihat ini, hati Surya juga merasakan kepiluan. Namun, ini adalah takdir yang sudah ditentukan un
"Dengarkan kata-kata Bibi. Tetaplah di sini beberapa hari untuk istirahat. Jangan buru-buru meninggalkan Desa Bornia."Surya tersenyum pada Isabel, lalu menjawab, "Terima kasih, Bibi Isabel."Di hati Surya muncul perasaan hangat. Dia tak menyangka orang-orang Desa Bornia sudah menyelamatkannya dua kali. Namun, pada saat itu suara Penguasa Kegelapan muncul di benaknya, "Kamu sangat berterima kasih pada mereka, 'kan? Baiklah, kalau begitu aku akan membunuh mereka semua. Satu pun nggak akan aku ampuni!""Penguasa Kegelapan, bisakah kamu nggak bersikap begitu impulsif?""Huh, Surya, jangan lupa, kita adalah dua orang yang berbeda. Kamu dan Govi sudah menghancurkan rencanaku untuk menjadi Dewa Iblis. Apakah kamu pikir seorang Dewa Iblis akan rela tunduk padamu?""Aku ingin sekali membunuhmu, membunuh Govi. Kalian berdua akan membayar harganya suatu hari nanti.""Ahh!"Penguasa Kegelapan tiba-tiba menjerit kesakitan. Pada saat yang sama, Surya juga mengeluarkan jeritan kesakitan. Dia melihat
Surya terhuyung-huyung saat mencapai kota kecil di kaki gunung. Setiap langkah yang diambilnya membuat dada kirinya terasa sakit. Dia menggertakkan giginya, melihat bahwa segel di dada kirinya kembali terbuka hingga membuat darah mengalir keluar.Tadi di tepi sungai, segel itu sudah mengering, tapi kenapa sekarang lukanya kembali terbuka? Surya bertanya-tanya dalam hatinya. Tiba-tiba, dia teringat akan sesuatu, "Apakah ini ulahnya?"Sekarang, Penguasa Kegelapan berada di dalam tubuh Surya, mereka berbagi satu tubuh. Ketika Surya merasakan sakit, Penguasa Kegelapan juga akan merasakannya. Jadi, ketika Surya jatuh pingsan, Penguasa Kegelapan juga akan ikut kehilangan kesadaran.Kini, saat Surya kembali tersadar, Penguasa Kegelapan pun juga akan tersadar kembali. Setelah memikirkan ini, Surya tersenyum pahit, lalu bergumam pelan, "Sepertinya luka di dada kiri ini nggak akan sembuh dengan sendirinya."Surya awalnya berpikir Penguasa Kegelapan akan mendengarkan perintahnya. Namun, Penguasa
...Surya mendengar dari percakapan orang-orang bahwa penduduk Kota Girnan sudah meramal bahwa dalam beberapa hari ini, akan terjadi bencana besar yang langka sekali terjadi dalam lima puluh tahun di kota mereka. Jika mereka bisa mengatasi bencana ini, popularitas Kota Girnan akan meningkat pesat. Namun, jika mereka gagal, penduduk kota akan menghadapi bencana besar yang mengancam kehidupan mereka.Untuk mengatasi bencana ini, penduduk Kota Girnan dengan sukarela menyumbang, serta mengumpulkan dana untuk membeli patung Dewa Agung Pengendali Gunung, Amos Gunter, agar melindungi mereka selama masa-masa sulit ini.Dalam hatinya, Surya merasa kebingungan. Dia tidak tahu bencana apa yang akan menimpa Kota Girnan. Mungkinkah itu adalah Iblis Malam? Jika itu adalah Iblis Malam kelima, Surya bersedia tinggal di sana untuk membantu penduduk kota menyingkirkan Iblis Malam.Meskipun sekarang segel di dadanya sudah terbuka, dia yakin setidaknya Penguasa Kegelapan tidak akan mencelakakan dirinya da
Pada saat itu, dari langit terdengar suara gemuruh petir yang keras. Suara ini membuat Surya mendongak ke atas dengan penuh keterkejutan. Di langit, awan hitam tebal menggumpal seperti akhir dunia telah tiba."Awan hitam!"Surya berkata dengan penuh semangat, "Itu pasti Iblis Malam. Pasti Iblis Malam yang sudah membunuh mereka!"Pada saat itu, cahaya putih yang menyilaukan melintas. Tetua Tanpa Malam muncul di belakang Surya sambil berkata, "Surya, apa kamu masih belum mengerti? Kamu yang sudah membunuh semua penduduk Kota Girnan.""Apa?"Mendengar ini, Surya tiba-tiba berbalik menatap ke arah Tetua Tanpa Malam, lalu berujar, "Tetua Tanpa Malam, bagaimana bisa kamu ada di sini? Bagaimana mungkin aku? Nggak, bukan aku. Itu adalah perbuatan Iblis Malam. Iblis Malam yang sudah membunuh para penduduk."Tetua Tanpa Malam berkata dengan wajah dingin, "Aku adalah Tetua Tanpa Malam, sementara ini adalah ruang tanpa malam. Aku bisa pergi ke mana saja sesuka hatiku. Apa yang kamu katakan memang
"Aku nggak membicarakan tentang hal itu. Penduduk Desa Morin, desa nelayan kecil, Desa Bornia, lalu sekarang penduduk Kota Girnan. Mereka nggak hanya menjadi korban karena kamu, tapi juga mati karena kamu. Apakah nyawamu lebih berharga sehingga nyawa mereka nggak dianggap?""Aku ...."Surya tertegun di tempatnya, terdiam sejenak, lalu membalas dengan suara pelan, "Tetua Tanpa Malam, kata-katamu memang benar. Nggak peduli itu di Desa Morin, desa nelayan kecil, Desa Bornia ataupun penduduk Kota Girnan, mereka semua mati karena aku. Aku, Surya, meminta maaf pada mereka."Meskipun penduduk dari keempat tempat tersebut tidak mati oleh tangan Surya, melainkan oleh manusia ular dan Penguasa Kegelapan, tapi kematian mereka masih terkait erat dengan Surya.Sekarang, Tetua Tanpa Malam datang untuk meminta pertanggungjawabannya. Surya menatap punggung Tetua Tanpa Malam sambil menghela napas. Keputusasaan dan penyesalannya lenyap dalam sekejap.Surya berkata, "Tetua Tanpa Malam, kamu benar. Nggak