Seorang kultivator dengan kekuatan di tingkat Alam Raja, betapa menakutkannya itu?Saat Puvent masih merasa terkejut, Surya sudah berjalan perlahan ke arahnya. Surya membungkuk untuk memeriksa Puvent yang terbaring di tanah, lalu bertanya, "Bagaimana keadaanmu? Apa kamu masih bisa bertahan? Tunggu sebentar, aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang juga.""Nggak!"Surya baru saja hendak bangkit ketika Puvent memegang tangannya sambil berkata, "Sekarang aku nggak bisa pergi ke rumah sakit. Kalau aku pergi ke rumah sakit, Burke pasti akan mengetahuinya. Saat itu, dia pasti akan mengirim pembunuh lainnya lagi. Kalau itu sampai terjadi, aku mungkin nggak akan bisa selamat malam ini.""Tolong, jangan bawa aku ke rumah sakit."Puvent menatap Surya dengan tatapan penuh permohonan. Surya berhenti sejenak, lalu berkata setelah beberapa saat, "Baiklah, kita nggak akan pergi ke rumah sakit. Tapi kamu terluka parah, apakah kamu punya cara yang lebih baik sekarang?""Ada."Puvent menghela napas le
Puvent meraih tangan Dokter Aileen, lalu memberinya sebuah kartu ATM."Nggak mau."Dokter Aileen berkata dengan mata memerah, "Kalau aku mengambil milikmu, orang lain akan mengira aku hanya memikirkan uangmu. Sebenarnya, aku nggak peduli dengan semua ini.""Aku tahu. Tapi kamu memang sudah membantuku, jadi aku nggak bisa memperlakukanmu dengan buruk."Aileen melihat kartu ATM di tangannya, lalu berkata, "Baiklah, anggap saja kamu menitipkan ini sementara padaku. Kapan pun kamu ingin mengambilnya kembali, kamu bisa datang mencariku.""Ya.""Kalau begitu, aku pergi dulu.""Nggak mau mengobrol sebentar?"Puvent menarik tangan Dokter Aileen. Wajah Dokter Aileen tampak memerah. Dia menarik tangannya kembali sembari berujar, "Nggak. Lukamu sangat parah, sekarang kamu harus fokus pada pemulihanmu. Saat kamu sudah sembuh nanti, aku akan datang lagi.""Ya."Setelah Dokter Aileen pergi, Puvent menghela napas, lalu berkata, "Aku benar-benar nggak menyangka kalau aku, Puvent, yang sudah bertahun-t
Saat pintu mobil ditutup, seluruh ruang di dalam mobil seolah terpisah dengan ruang di luar. Karena kaca mobil kedap suara, meski di luar sangat bising, tidak ada suara yang terdengar di dalam mobil.Burke tampaknya tidak terburu-buru untuk melajukan mobil. Sebaliknya, dia mengambil sekaleng keripik kentang, memberikannya pada Surya sambil berkata, "Mau makan sedikit?"Surya juga tidak sungkan-sungkan. Dia mengambil keripik kentang itu, lalu mulai makan. Burke sendiri juga mengambil sekaleng keripik kentang lagi, membukanya, lalu mulai makan. Sambil makan keripik, Burke bertanya, "Apakah anak buahku, Brian, dibunuh olehmu?"Mendengar itu, Surya terdiam sejenak sebelum menjawab, "Apa kamu membicara tentang pria yang mengenakan jas hitam?""Benar, itu dia. Namanya Brian. Dia adalah jenderal pertamaku.""Apakah kamu yang membunuhnya?"Burke menoleh ke arah Surya, sementara Surya tetap memakan keripik kentangnya dengan tenang. Dia menjawab, "Ya, tapi mungkin dia nggak perlu mati kalau dia
Segera, Surya terkejar oleh Burke.Pada saat ini, di mata Burke, Surya adalah mangsanya. Setelah mobil Burke dimodifikasi, tidak hanya mobilnya memiliki kecepatan tinggi, tapi juga dilengkapi dengan sistem anti-tabrakan yang sangat kuat.Setelah beberapa kali berturut-turut menabrak bagian belakang mobil Surya, Burke sengaja memperlambat kecepatannya, membiarkan jarak kedua mobil makin besar. Surya melihat mobil Burke melalui kaca spion. Dia tahu bahwa Burke tidak akan dengan mudah menyerah dalam mengejarnya.Oleh karena itu, Surya tidak berani mengendurkan kewaspadaannya.Benar saja, pada detik berikutnya Burke kembali mempercepat lajunya, lalu mendekati Surya. Pada saat ini, Surya akhirnya menyadari niat Burke. Karena tidak jauh di depan jalan ada sebuah tebing. Ada belokan di sana yang bisa dilewati seseorang dengan mengitari tebing. Namun, Surya tahu Burke tidak akan memberinya kesempatan itu."Bum!"Mobil Burke mempercepat lajunya, menuju ke arah Surya. Dengan jarak kurang dari li
Di dalam tempat parkir Bandara Internasional Rayleigh, ketika penjaga yang berjaga di sana melihat Surya sekali lagi, dia menunjukkan ekspresi terkejut. Bahkan dia tidak percaya Surya dapat dengan mudah mengalahkan Burke.Surya hanya melihatnya dengan ekspresi datar, lalu masuk ke bandara. Di ruang tunggu bandara, Surya membeli tiket pesawat menuju Siol. Alasannya untuk pergi ke Siol adalah karena semalam Surya menemukan pecahan kedua kaldron naga melalui kesadaran spiritualnya. Pecahan itu berada di sebuah danau besar di bagian selatan Waiser di Siol.Karena tidak memesan tiket pesawat sebelumnya, Surya harus menunggu selama tiga jam sebelum keberangkatannya. Penerbangan paling awal ke Bandara Internasional Balven, ibu kota Siol, akan berangkat tiga jam kemudian.Surya membeli tiket pesawat, membeli beberapa makanan, lalu masuk ke ruang tunggu. Setelah makan sedikit, Surya mengeluarkan ponselnya, lalu mulai memeriksa beberapa informasi penting yang dikirimkan oleh Elsa tentang Siol da
Surya mendongak, menatap sekilas ke arah hutan belantara yang tak berujung di depannya. Awalnya, Surya berniat berjalan kaki sendirian melintasi hutan belantara ini untuk mencapai dunia ajaib. Namun, sekarang karena ada seseorang yang memperhatikannya, Surya juga ingin mengetahui lebih banyak tentang Waiser, jadi dia setuju."Baiklah, aku merasa terhormat bisa bergabung dengan tim penjelajah kalian."Sambil berkata demikian, Surya berinisiatif mengulurkan tangannya, bermaksud untuk berjabat tangan dengan Mitch. Mitch menoleh, memandang anggota tim penjelajah sambil tersenyum simpul. Dia menggenggam tangan Surya, lalu berkata, "Anak muda, selamat bergabung dengan tim penjelajah kami. Oh ya, namaku Mitch, kamu bisa memanggilku Kapten Mitch. Siapa namamu?""Namaku Surya.""Oh, ternyata namamu Surya. Halo, Surya. Senang bertemu denganmu. Mohon bantuannya, ya.""Kapten Mitch, kali ini aku akan mengandalkan kalian.""Oh, tentu saja." Mitch melanjutkan sambil tersenyum, "Tapi aku punya syarat
Surya mengerutkan kening sembari berujar, "Kenapa? Apa kalian akan mundur?""Haha, mundur? Bagaimana mungkin?"Mitch merangkul pundak Surya, lalu berkata, "Maksudku, hutan ini sangat berbahaya. Di dalam Hutan Belantara Waiser ada serangga pengisap darah. Begitu kita bertemu mereka, akan sangat sulit untuk melanjutkan perjalanan, jadi kita hanya bisa mundur. Apa kamu mengerti?""Ya."Surya mengangguk sambil berkata, "Aku mengerti.""Baiklah, bersiap-siaplah. Kita akan segera berangkat!"Setelah melakukan persiapan sederhana, Surya mengikuti tim penjelajah yang dipimpin oleh Mitch masuk ke dalam hutan belantara. Lima ratus meter pertama masih cukup baik karena di Hutan Belantara Waiser ini sering ada penjelajah yang datang, sehingga ancaman di area ini sudah banyak yang dihilangkan.Namun, bagaimanapun juga ini adalah hutan belantara. Pohon-pohon yang tumbuh di sini jauh lebih besar dibandingkan pohon-pohon di luar. Selain itu, hutan ini sangat rimbun dan rapat. Di bawah naungan lapisan
"Tapi di sini, semuanya baru. Apa yang akan kita temui juga nggak diketahui. Itulah sebabnya tempat ini sangat menarik bagi kami."Pada saat itu, seorang pria tua berambut putih di tim penjelajah berkata dengan kagum, "Datang ke sini seperti benar-benar kembali ke pelukan alam. Lingkungan yang dirancang oleh manusia di luar sana tampak nggak berarti di sini."Mitch melirik pria tua itu, lalu menjelaskan, "Namanya Winston, anggota tertua di tim penjelajah kami. Dia bertanggung jawab membantu kami dalam hal navigasi. Kamu pasti tahu kalau kita akan sangat mudah tersesat di dalam hutan, jadi kami membutuhkan navigasi yang akurat.""Karena navigasi adalah tentang perbandingan antara dua lokasi, kami memerlukan seseorang yang khusus melakukan pekerjaan ini. Winston sangat cocok untuk tugas ini."Winston mengangguk pada Surya, lalu berkata, "Halo, anak muda. Aku melihat keberanian dan cinta dalam dirimu. Bersemangatlah, selama kamu terus meningkatkan kemampuan dirimu, aku yakin suatu hari na