Raut wajah Jessica langsung berubah masam, dia berkata dengan nada dingin, "Dia nggak bersedia? Jadi, apa gunanya kalian?""Baik, baik, saya sudah tahu harus bagaimana."Bawahan itu langsung berkeringat dingin dan mengiakan, lalu pergi dengan terburu-buru.Saat ini Jessica tersenyum dingin, dia mengisap rokoknya dalam-dalam sambil menunjukkan ekspresi yang misterius.Belakangan ini, Konsorsium Pelita dan Perusahaan Kenanga bersaing ketat demi memecahkan rekor baru dalam dunia bisnis.Awalnya Jessica mengira dengan modal dan relasi Perusahaan Kenanga, menaklukkan Lintang Harapan adalah hal yang sangat mudah.Namun, tidak disangka Konsorsium Pelita juga melibatkan diri. Konsorsium Pelita tidak hanya menghalangi gerakan mereka, bahkan melakukan serangan balik.Tidak disangka bagian internal Perusahaan Kenanga ada pertanda digoyahkan.Sebagai presdir Perusahaan Kenanga di Negara Aerovia, bagaimana mungkin Jessica mengizinkan hal seperti ini terjadi.Jessica langsung mengambil beberapa tind
Rio menghela napas dan pergi dengan langkah pelan.Setibanya di depan rumah sakit, Surya sengaja membeli sekeranjang buah kemudian melangkah masuk ke rumah sakit.Sedangkan di saat ini, Sarah yang berbaring di kasur sama sekali tidak bisa menyembunyikan senyumannya.Sarah tidak menyangka akan ada orang yang memberinya banyak uang demi hal ini. Sekarang dia sudah mendapatkan ketenaran dan keuntungan.Selain itu, orang yang datang berstatus tinggi dan menyatakan akan mendukungnya serta akan menjamin keselamatannya.Orang itu bisa mengeluarkan uang berjumlah miliaran untuk mendukungnya, orang itu pasti memiliki status tinggi. Kata-kata yang diucapkannya tentu sangat bisa dipercayai.Sekarang apa lagi yang perlu Sarah takutkan? Sekarang Sarah hanya memikirkan cara untuk memperbesar masalah ini, makin besar makin baik.Saat ini Surya berjalan masuk sambil membawa keranjang buah. Surya melihat ke sekitar dan akhirnya menemukan Sarah, lalu langsung menghampiri Sarah."Sarah Poland?" tanya Sur
Ketika melihat semua orang begitu marah, Sarah diam-diam merasa senang. Jika ketenaran ini terus berlanjut, mungkin Sarah akan menjadi selebriti internet yang berpenghasilan puluhan miliar. Bukankah kekayaan akan datang begitu saja?Surya meninggalkan rumah sakit dan mengendarai mobilnya pulang ke rumah. Sesampai di rumah, Surya melihat Yenny dan Raka sedang berbincang-bincang dengan Linda di ruang tamu."Kenapa kalian datang?" tanya Surya.Raka tersenyum dan berkata, "Kami mengkhawatirkanmu, Kak. Dengar-dengar masalahnya cukup heboh.""Bukan masalah besar, nggak perlu khawatir."Surya duduk, Linda memberikan segelas teh pada Surya sambil bertanya, "Bagaimana?""Gadis kecil ini masih berani asal bicara di hadapanku. Dia sudah cukup keterlaluan," ujar Surya.Linda menghelakan napas. "Sudah kutebak akan seperti ini. Anak-anak zaman sekarang bertindak tanpa mempertimbangkan akibatnya."Saat ini Yenny berkata, "Tenang saja, aku sudah meminta departemen teknik untuk memperbaiki kartu memori
Surya dan Linda sampai terbengong, Raka berani berbicara seperti itu pada Yenny?Raka langsung bangkit berdiri, lalu dengan marah berkata, "Jangan kira aku nggak bisa mengalahkanmu. Sekarang aku nggak selemah dulu lagi. Jangan coba-coba membentakku.""Oh?" Yenny bangkit berdiri, lalu mengepalkan tangannya sambil mendengus, "Kamu masih mau dihajar, ya? Mari, mari, mari, biar kulihat seberapa hebat dirimu."Tidak disangka Yenny dan Raka yang awalnya masih berbicara sudah akan berkelahi.Surya yang terlihat bingung langsung berkata, "Hei, hei, sedang apa kalian? Kalian salah minum obat, ya?""Sejak kecil kamu sudah menindasku, sekarang aku sudah nggak tahan lagi," bentak Raka.Surya terkejut dan berkata, "Sejak kecil dia sudah menindasmu? Ada apa ini?""Wanita ini adalah kakak sepupuku. Dia sering menghajarku karena dia menguasai seni bela diri," ujar Raka dengan nada kesal.Begitu mendengarnya, Surya langsung tertawa. Pantas saja, ternyata dua orang ini memiliki hubungan seperti ini.Saa
"Perbanyak laporan positif?" Lastri dengan heran berkata, "Pak, bukankah sebagai reporter harus mementingkan fakta, harus objektif dan adil?"Raut wajah Sunan langsung berubah masam dan berkata, "Lakukan saja seperti yang kuminta. Kamu nggak mau jadi karyawan tetap lagi?"Lastri terdiam. Dia menggigit bibirnya cukup lama, lalu berkata, "Baik, Pak.""Lastri, kamu harus ingat. Pekerjaan bukan hanya pekerjaan. Hal yang lebih penting adalah teori hidup. Orang yang nggak patuh sangat sulit untuk bertahan di tempat kerja. Kamu sudah mengerti?" ujar Sunan.Lastri menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku sudah mengerti, Pak.""Baguslah kalau sudah mengerti. Aku akan memberimu lebih banyak kesempatan, pergilah.""Terima kasih, Pak."Lastri berjalan keluar dari kantor dan berjalan ke meja kerjanya dengan ekspresi serbasalah.Lastri bisa memahami maksud kepala redaksi, tetapi berita yang memihak tidak sesuai dengan etos kerjanya.Setelah beberapa waktu, dia menghelakan napas dan memutuskan unt
Lastri hanya bisa memindahkan berkas ke Google Drive dan bersiap untuk melanjutkannya di rumah.Lastri mengendarai mobil meninggalkan stasiun TV dan berencana untuk pulang.Sedangkan saat ini, mobil Sunan lewat di hadapannya dan mengarah ke arah yang lain.Lastri merasa sedikit aneh, itu bukan jalan pulang Sunan.Lastri tanpa sadar mengikuti Sunan dari belakang.Dua mobil yang satu berjalan di depan dan yang satu lagi mengikuti dari belakang, sampai tiba di depan pintu sebuah klub pribadi.Sunan turun dari mobil, lalu seorang pria paruh baya keluar dari klub pribadi itu. Pria itu menyambut Sunan dengan ramah, mereka berdua berjabatan sambil berjalan masuk.Lastri yang duduk di dalam mobil merasa orang itu terlihat sedikit familier.Lastri berusaha keras berpikir, tetapi tetap tidak bisa mengingatnya.Lastri bersandar di kursi dan berpikir keras, tiba-tiba muncul sebuah ide.Lastri langsung mengeluarkan ponsel dan mulai mencari tahu, akhirnya dia menemukan foto pria itu.Wakil CEO Perus
Lastri terkejut dan berkata, "Aku nggak melakukan apa pun, aku hanya lewat."Lastri buru-buru ingin berjalan keluar.Namun, pria ini langsung maju dan menahan Lastri, bahkan merampas ponsel Lastri."Apa yang kamu lakukan, kembalikan padaku!" teriak Lastri.Pria itu menahan Lastri hanya dengan satu tangannya. Tangannya yang satu lagi sudah memainkan video yang direkam Lastri tadi.Saat ini, Sunan dan Jaka berjalan keluar dari ruang VIP."Untuk apa kamu datang?" Begitu melihat Lastri, Sunan langsung marah.Raut wajah Jaka yang berdiri di samping juga terlihat masam.Lastri sama sekali tidak bisa menyangkal dan hanya bisa berkata, "Aku hanya lewat.""Hanya lewat? Kamu bisa begitu kebetulan melewati tempat ini?" Sunan sudah jelas tidak percaya.Saat ini, pria itu menyerahkan ponselnya pada Jaka.Jaka membuka dan melihatnya, lalu menyerahkannya pada Sunan sambil berkata, "Pak Sunan, dia bahkan merekam video."Begitu melihatnya, Sunan langsung murka. Sunan menghapus video itu dan memaki, "Si
"Pak, ini sudah keterlaluan, 'kan? Saya nggak akan mengatakan apa pun. Saya juga nggak akan mencampuri masalah ini lagi," ujar Lastri.Sunan mendengus, "Ini adalah hukuman untukmu. Kalau nggak bersedia, kamu mengundurkan diri saja."Lastri langsung merasa kesal. Dirinya tidak melakukan kesalahan apa pun, atas dasar apa harus diperlakukan seperti ini?"Ingat. Setelah meninggalkan tempat ini, kamu jangan berharap bisa masuk ke bidang pers di seluruh Kota Juwana, Provinsi Andaru. Kamu mengerti?""Pak, saya sudah mengintrospeksi diri. Apa lagi yang Anda inginkan?""Apakah introspeksi diri saja sudah cukup?" Sunan berkata dengan marah, "Apakah kamu tahu? Kalau bukan aku, kamu mau bertahan hidup pun akan menjadi masalah."Begitu mendengar perkataan ini, Lastri langsung meluapkan seluruh kekesalan di hatinya.Lastri melempar kartu persnya dengan kuat di meja dan membentak, "Aku berhenti bekerja. Apa hebatnya? Kalau nggak bisa jadi reporter, aku masih bisa menjadi pengantar makanan. Aku nggak