Kata-kata Surya terdengar jelas sedang menyalahkan Raka.Raka berkata dengan ekspresi canggung, "Kak, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa. Aturannya memang seperti ini. Kalau orang-orang ini bekerja sama, para petinggi akan sulit untuk mengurusnya.""Maksudmu lebih baik nggak menambah masalah, 'kan? Masih berani bilang sulit untuk mengurusnya," kata Surya dengan acuh tak acuh.Raka tahu bahwa Surya memiliki kebencian di dalam hatinya, jadi Raka segera berkata, "Jangan khawatir, aku akan menyelesaikannya."Setelah berkata, Raka mengambil ponselnya dan segera menelepon seseorang.Beberapa saat kemudian, telepon tersambung dan terdengar suara seseorang berkata, "Raka, kenapa kamu meneleponku?""Paman Adit, aku berada di Restoran Zili jalan barat Perumahan Lily. Seseorang dari perusahaan keamanan datang menangkapku. Apakah kamu bisa datang kemari?"Mendengar ucapan itu, Adit Zarkasih tertegun sejenak.Apa dunia ini sudah terbalik? Di Provinsi Andaru, siapa yang berani menangkap Raka? Orang
Seketika Satrio tercengang.Apa yang terjadi? Kok rasanya sekelompok polisi khusus ini datang menyerangnya?Namun, Satrio tidak berani bertindak gegabah di depan sekelompok orang ini.Meski dia berasal dari pedesaan, dia tahu orang berkemeja putih di industri ini adalah keberadaan yang hebat.Satrio pun menghampiri mereka, lalu ingin menyapa, tapi malah didorong oleh senapan seorang polisi khusus hingga jatuh."Kalau kamu berani bergerak lagi, aku akan menembakmu!"Suara dingin polisi khusus ini membuat Satrio berkeringat dingin, bahkan segera berdiri untuk mundur ke belakang.Harus diketahui kalau Adit setingkat wakil departemen. Meski tidak sehebat Leonard, aparat keamanan di sekitarnya sangatlah hebat, jadi tidak sembarangan orang bisa mendekati Adit.Saat ini, Adit berjalan ke samping Raka sambil bertanya dengan senyum, "Ada apa, Raka?"Raka berkata dengan suara pelan, "Eki adalah temanku, dia datang ke sini karena ada masalah. Tapi, sekelompok orang ini mau membawanya pergi, jadi
Namun, di mata Adit, penanggung jawab keamanan kota bukanlah apa-apa. Hanya dengan satu perintah, dia bisa menangkapnya.Terutama masalah ini berkaitan dengan Raka. Jika tidak menyelidiki dan memenjarakan sekelompok orang itu, sia-sia dia datang secara pribadi setelah ditelepon oleh Adit.Petugas mengawal rombongan Satrio ke dalam mobil. Adit menoleh pada Raka, lalu tersenyum seraya berkata, "Jangan khawatir, Paman pasti akan melakukan investigasi menyeluruh untuk memberi pertanggungjawaban pada temanmu.""Terima kasih, Paman Adit," ujar Raka.Adit berkata, "Nggak perlu sungkan. Kalau butuh bantuan Paman Adit, telepon saja. Terutama kalau ada pengacau di internal, akan Paman beri hukuman berat.""Baik, Paman Adit. Kalau ada apa-apa, pasti akan kukabari," ujar Raka seraya tersenyum.Adit mengangguk. Setelah menatap Eki dan Surya lagi untuk mengingat wajah mereka, dia langsung pergi.Saat ini, Surya berkata dengan suara rendah, "Maaf merepotkanmu.""Kak, jangan sungkan. Urusanmu adalah u
Surya menggeleng dan berkata, "Nggak perlu, justru akan memperburuk situasi nanti. Kita pergi sendiri saja.""Kak," ujar Raka seraya menggosok tangannya. "Ada penjahat, pasti ada penegak hukum. Aku percaya Kakak pasti bisa melawan para penjahat itu, tetapi nggak baik kalau Kakak lawan orang yang mendukung mereka. Bagaimanapun, mereka adalah orang pemerintahan. Mudah sekali bagi mereka untuk menyulitkan Kakak."Surya merenung sejenak, lalu berkata, "Benar juga. Bagaimana menurutmu?""Satu temanku adalah anak dari teman seperjuangan ayahku, sekarang kerja di Komisi Inspeksi Kota Juwana. Kita bisa bawa dia. Kalau masalah ini ada sangkut pautnya dengan pemerintah setempat, biar dia turun tangan. Dijamin semuanya akan ditangkap," ungkap Raka.Surya mengangguk dengan pelan. Dalam hal ini, Raka jauh lebih berpengalaman darinya."Kalau begitu, ikuti katamu saja."Setelah Surya setuju, Raka langsung mengeluarkan ponselnya untuk menelepon seseorang.Sesaat kemudian, telepon tersambung. Orang itu
Raka menambahkan, "Mentang-mentang jauh, para bajingan itu bertindak semena-mena dan tidak takut pada apa pun. Berengsek!"Surya mengernyit dan diam.Sebenarnya, tidak cocok bagi Raka untuk berbicara seperti itu. Namun, terpikir pada apa yang dialami oleh Eki, dia tidak bisa menahan diri.Myko tidak mengetahui identitas Surya, tetapi Raka tahu betul. Surya berhak untuk menuturkan ucapan yang lebih ketus karena didukung oleh Pak Hendra.Pak Hendra sangat menjunjung tinggi keadilan dan membenci kejahatan. Jika mengetahui hal ini, dia pasti sudah mengamuk. Ucapan Surya sama sekali tidak keterlaluan.Sambil berbincang, dua jam lebih sudah berlalu. Mereka keluar dari jalan tol di Kabupaten Balka."Kak, pergi ke mana dulu?" tanya Raka.Surya menjawab dengan suara rendah, "Pergi ke rumah Eki dulu."Begitu Eki menunjuk ke depan, Myko langsung mengemudikan mobilnya ke arah sana.Lebih dari setengah jam kemudian, mobil berhenti di sebuah kawasan proyek. Surya dan yang lain pun turun.Eki menatap
Mendengar suara itu, Raka mencibir dan berkata, "Hebat sekali mereka! Begitu Eki pulang, mereka langsung datang. Kelihatannya mereka memang merajalela di Kabupaten Balka."Melihatnya, Myko bertanya, "Apa perlu panggil orang ke sini? Begitu tahu ini adalah tugas dari Kak Raka, atasan kami menyiapkan sebuah satgam untukku. Mereka siap beraksi kapan saja.""Terserah Kak Surya," sahut Raka sambil menatap Surya.Surya berkata dengan santai, "Nggak perlu buru-buru. Tunggu sampai mereka keluar semua, kita baru beraksi. Harus tangkap mereka semua tanpa kecuali."Raka dan Myko mengangguk serempak. Namun, Lena terbengong. Apa maksud mereka? Mereka sepertinya memiliki otoritas tinggi?Seberapa hebatnya mereka yang masih begitu muda? Bagaimana bisa Eki mengenal mereka?Seketika, pertanyaan-pertanyaan ini membuat Lena bingung.Eki menatap Lena sembari menghiburnya, "Lena, jangan khawatir. Nggak ada yang sulit bagi Kak Surya.""Eki, jangan lupa dengan William," peringatkan Lena dengan suara rendah.
"Mana mungkin aku menyesal?" Raka langsung memarahinya.Zuki marah besar dan berteriak, "Beri mereka pelajaran! Biarkan mereka tahu siapa yang berkuasa di sini."Beberapa bawahannya segera mengerumuni Surya serta yang lainnya.Lena berteriak ketakutan dan menarik Eki berulang kali, tapi Eki kesulitan untuk bergerak dan hampir menariknya hingga jatuh.Surya mendengus, maju selangkah dan segera memukul.Setelah mengeluarkan beberapa pukulan, orang-orang ini tergeletak hingga menjerit kesakitan.Zuki tercengang melihat hal ini, tidak disangka Surya bisa begitu pandai bertarung, kejadian ini sungguh tidak terduga.Namun, dia tidak panik, kekuatan di belakangnya benar-benar tidak terduga, saat ini tidak ada gunanya juga menyerangnya lagi.Kamu bisa mengalahkan lima orang? Tapi apa kamu bisa mengalahkan lima puluh orang?Dia menatap Surya dengan tajam dan berkata, "Bocah tengil, jangan pikir kamu ini hebat. Kami punya banyak orang. Berapa banyak yang bisa kamu lawan?""Sebanyak mungkin," kat
Raka berkata setelah memahami keadaan ini, "Dik, jangan khawatir, lihat pria itu, 'kan? Kami bawa anggota dari komisi inspeksi kota. Tujuan kedatangan kali ini untuk membawa Lukman dan yang lainnya. Jangan khawatir."Lena tampak terkejut, mungkinkah saat pergi ke Kota Juwana, Eki benar-benar mendapat tanggapan dari departemen setempat hingga mereka mengutus seseorang untuk datang?"Lena, jangan khawatir. Aku memanggilmu ke sini karena aku takut kamu dalam bahaya. Ikuti saja kami dan tunggu sampai masalah ini selesai. Sekarang lebih baik kita makan siang saja. Saat ini sudah lewat jam satu, aku juga sudah lapar," kata Surya sambil tersenyum....Gedung Perusahaan Dirmaini.Lukman sedang bersandar di kursi mewah sambil merokok, ekspresinya begitu kejam saat melihat Zuki yang ketakutan di bawah.Saat ini Lukman sedang memakai jas, tubuhnya jangkung dan berkepala gundul, terlihat mengesankan saat duduk di sana."Hal sekecil ini saja kamu nggak becus! Dasar sampah!" umpat Lukman.Zuki membu