"Kau akan di kurung di sini!" Ujar Adelion sambil merapalkan sebuah mantra.
Adelion mendorongnya dengan kasar membuat gadis itu jatuh terduduk. Pergelangan tangan Yuna terlihat lebam kerena Adelion yang menariknya dengan kasar.
"Kau harus patuh padaku!" Ujar Adelion dengan tatapan dinginnya.
Yuna masih melihat pria itu dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Mata Adelion berubah berwarna merah ketika melihat Yuna yang menatapnya dengan wajah kesal. Pria itu masih menatap gadis di hadapannya dengan dingin, tak ada raut kasihan melihat gadis di hadapannya yang sedang menagis.
"Kenapa aku harus patuh padamu? Aku bukan budakmu!!" Bentak Yuna memandang Adelion dengan air mata yang berhasil lolos.
Adelion lalu mencekik leher Yuna sambil menabrakkan tubuh gadis itu ke dinding. Pria itu kesal dengan Yuna yang memberontak padanya. Gadis itu sudah hampir kehabisan nafas tapi Adelion masih enggan melepas tangannya dari leher mulus Yuna. Matanya menyoroti wajah Yuna seolah-olah akan membunuh gadis itu saat ini juga.
Yuna tersenyum melihat wajah Adelion yang berniat membunuhnya. Gadis itu senang kerena akan bertemu dengan kedua orang tuanya lewat kematiannya ini. Perlahan kesadaran Yuna hilang seiring dengan lepasnya tangan pria itu di lehernya.
"Jangan berharap kau bisa mati dengan mudah!" Ujar Adelion sambil menatap tubuh Yuna yang terbaring lemah di lantai.
***
Perlahan Yuna membuka matanya. Gadis itu lalu mengedarkan pandangnya berusaha mencari tau di mana dia sekarang. Yuna berusaha duduk, kepalanya berdenyut membuat gadis itu meringis. Bella yang baru saja masuk melihat Yuna yang berusaha turun dari kasur dan buru-buru menghampiri Yuna.
"Apa yang anda lakukan, nona? Nona masih sangat lemah. Jangan banyak bergerak dulu," Ujar Bella menuntun Yuna kembali tidur.
Kepalanya masih sakit jadi ia putuskan untuk mengikuti arahan Bella untuk kembali tidur di atas kasur. Tubuhnya terasa remuk, seolah-olah baru saja di tabrak mobil. Perut gadis itu berbunyi menandakan sang pemilik perut sedang kelaparan.
"Apa nona lapar? Mau aku potongkan buah?" Tanya Bella yang di balas anggukan oleh Yuna.
Bella membantu Yuna untuk duduk kemudian mulai mengupas beberapa jenis buah. Yuna lalu menyambar buah yang belum dipotong dan memakannya. Bella sudah memberikan peringatan jika cara makannya tidak sopan dan tidak mencerminkan seorang wanita bangsawan. Yuna tak peduli karena dia memang bukan dari dunia ini jadi untuk apa mengikuti alur yang aneh ini.
"Apa aku bisa keluar?" Tanya Yuna.
"Maaf nona, ada sihir yang dipasang di ruangan ini. Semua jendela dan pintu tidak akan membiarkan anda keluar," Ujar Bella sambil tertunduk.
"Ternyata benar-benar mengurungku seperti binatang," Ujar Yuna dengan raut wajah sedih sekaligus marah.
"Yang mulia tidak menganggap nona bina-" Ujar Bella namun ia hentikan ketika Yuna terlihat murung.
Yuna menghela nafas. Gadis itu kemudian kembali tidur di atas kasur yang sangat luas itu, Bella segera pamit pada Yuna yang sudah terlihat lelah. Gadis itu tidak tidur, dia lalu menatap kosong langit-langit dengan banyak hiasan yang Yuna sendiri tidak mengerti.
Yuna lalu berdecak kesal mengigat kejadian saat ia hampir di bunuh oleh Adelion. Ia mulai bertanya pada dirinya, kenapa pria kejam itu masih membiarkan dia hidup? Kenapa dia membawanya kesini? Itu hanya beberapa pertanyaan yang terus terulang di kepala gadis itu.
"Aish... Ini semua membuat kepalaku tambah pusing saja," Ujar Yuna sambil menggelengkan kepalanya kesal.
Yuna menutup matanya berharap ia segera tidur dan tidak lagi memikirkan hal itu. setelah beberapa menit menutup matanya perlahan gadis itu mulai tertidur lelap.
Disisi lain Fairuz masih sibuk dengan para bangsawan yang berusaha mencari muka dengannya. Pria itu lagi-lagi kabur dari para bangsawan itu dengan berbagai macam alasan. Angin berhembus pelan memainkan rambut pria yang sedang duduk di bawah pohon itu. Saat ini Fairuz sedang menonton Yuna yang sedang tertidur lelap, pria itu lalu tersenyum puas melihat gadis yang terlihat polos saat tertidur.
"Untung kemarin malam aku sempat menanam sihir padanya," Ujar Fairuz sambil masih menonton Yuna yang tertidur.
Fairuz lalu menghentikan aktivitas menonton Yuna yang sedang tertidur itu ketika merasakan sesuatu sedang mendekat padanya.
"Salam yang mulia, ratu memerintahkan untuk anda pulang besok," Ujarnya.
"Huh, aku belum puas di sini dan dia menyuruhku pulang secepat ini? Apa tidak bisa membiarkan aku sedikit menikmati kebebasan ini?" Ujar Fairuz.
"Baiklah, aku akan pulang besok," Lanjut Fairuz dan orang itu perlahan menghilang dari hadapannya.
"Ini membuatku kesal saja, sepertinya aku harus menemui gadis itu lagi," Ujar Fairuz.
Pria itu lalu merapalkan mantra untuk berpindah dengan cepat ke kamar Yuna. Sebuah tulisan bersinar tiba-tiba terukir di dahi gadis itu menandakan Fairuz sedang berusaha melakukan teleportasi. Akibat posisi Yuna yang tidak bagus teleportasi Fairuz mengalami sedikit kendala hingga ia malah berteleport di sebelah Yuna yang sedang tidur.
Pria itu menghela nafas melihat punggung Yuna yang masih terlihat tertidur. Tiba-tiba Yuna berbalik untuk menyamankan posisi tidurnya, kini wajah keduanya hanya terpaut beberapa senti saja. Jantung pria itu berdegup kencang melihat wajah Yuna dari dekat.
Pria itu berniat turun dari kasur namun tiba-tiba tangan Yuna menarik baju pria itu. Akhirnya Fairuz memilih untuk tetap dalam posisi Yuna yang memegang tangannya sangat erat. Pria itu menatap wajah Yuna yang pucat dengan keringat.
"Jangan pergi! Yuna akan jadi anak baik," Ujar Yuna.
"Apa dia mimpi buruk?" Ujar Fairuz melihat Yuna yang baru saja mengigau.
Cairan bening berhasil lolos dari mata yang masih tertutup rapat itu. Fairuz lalu mengelus lembut kepala Yuna membuat gadis itu nyaman. Yuna sudah tidak menangis lagi, ia sekarang sedang tidur dalam pelukan Fairuz. Keduanya kini tertidur pulas bersama.
***
Yuna bagun dari tidurnya. Gadis itu berbalik dan mendapatkan sebuah kalung dengan permata berwarna biru. Yuna mengambilnya dan sebuah surat keluar dari permata biru itu. Gadis itu lalu membacanya dan akhirnya tau jika kalung ini adalah pemberian dari Fairuz.
"Ternyata dari dia," Ujar Yuna.
Yuna meletakkan kalung itu di dalam laci kemudian berjalan mendekat dengan jendela. Yuna memegang jendela berusaha membukanya, Yuna menarik tangannya kembali ketika tangannya terasa di perih.
"Benar-benar di kurung," Ujar Yuna sambil menghela nafas panjang.
Gadis itu lalu duduk di dekat jendela menatap keluar dengan jendela yang masih tertutup rapat. Yuna sekarang tau bagaimana rasanya di kurung seperti binatang. Rasa tidak bebas ini menyakiti hati juga batinnya, kini ia bertekat untuk mempelajari sihir seperti instruksi dari Fairuz untuk bisa kembali ke dunianya, yaitu bumi.
Yuna lalu mengambil kalung tadi dan memakainya, mengucapkan beberapa matra yang ada dalam surat hingga sebuah cahaya keluar dari kalung itu. Yuna menutup matanya kerena tak mampu untuk melihat cahaya yang menyilaukan itu. Perlahan Fairuz muncul di hadapannya.
"Kenapa memanggilku?" Ujar Fairuz.
"Aku ingin belajar sihir," Ujar Yuna dengan wajah seriusnya.
"Ajari aku sihir" Ujar Yuna dengan wajah serius. "Jika aku mengajarimu apa yang akan aku dapatkan?" Ujar Fairuz. "Apa yang kau inginkan dariku?" Ujar Yuna. "Hmm tunggu, kamu tidak cantik, tidak pintar, tidak seksi dan jelek, aku membutuhkan waktu untuk memikirkan yang aku inginkan dari kamu" Ujar Fairuz memasang wajah bingungnya. 'Dia mengejekku, dasar aneh!' "Ah aku sekarang tau, temani aku saat tidur" Ujar Fairuz dengan senyuman. Tiba-tiba Yuna memukul kepala Fairuz. Wajah gadis itu sekarang sudah memerah seperti tomat. Yuna lalu menendang dan memukul Fairuz, kini pria itu sudah di tidur di lantai dengan banyak pukulan dari Yuna. "Dasar mesum!!" Ujar Yuna mulai melempar banyak benda ke arah Fairuz. Pria itu sudah tidak tahan hingga ia memilih berteleport keluar dari kamar Yuna. Pria itu meringis pada sekujur tubuhnya yang di pukuli oleh Yuna. Fairuz lalu mulai memperbaiki pakaian dan rambutnya yang sudah berantakan it
"Cepat nona, kita harus memilih hewan pelindung kita," Ujar Bella menarik Yuna ke sebuah tempat."Iya, bukannya hewan itu yang memilihkan kita?" Ujar Yuna."Walau begitu kita harus cepat datang agar hewan itu memilih kita lebih dulu," Ujar Bella.Yuna manatap kagum pada semua hewan yang ada di area paralel ini. Mereka masing-masing memiliki ukiran di tubuhnya yang memandang kekuatan yang di miliki hewan-hewan itu. Yuna masih belum menemukan hewan penjaga miliknya, setiap Yuna mendekati hewan-hewan itu maka mereka langsung bergetar dan berlari dari Yuna. Seolah-olah Yuna adalah predator mereka."Tidak ada yang memilih aku, sebagai tuan mereka," Ujar Yuna melihat Bella yang asik dengan hewan penjaga miliknya yaitu kelinci penjaga.Hewan milik Bella terlihat imut dan bahkan lebih lucu dari kelinci di bumi. Yuna bahkan berfikir alasan para hewan menghindarinya adalah kerena dia tidak setengah hewan atau berasal dari bangsa manusi. Yuna membuang nafas p
Acara berburu kemarin di tunda, seorang gadis masih sibuk mendekati para hewan penjaga. Kini Yuna hanya diam saat lagi-lagi tak ada hewan yang ingin mendekat padanya. Besok adalah hari pelaksanaan berburu tapi gadis itu malah memilih untuk duduk sambil bermain dengan kelinci yang menyimpan jiwa Bella. "Kenapa tidak ada yang memilihku? Apa aku terlihat jelek?" Ujar Yuna. "Bella cepatlah sembuh, aku bosan tanpa kau," Ujar Yuna. Kelinci itu lalu mengelus tangan Yuna seolah mengerti maksud gadis itu.Yuna tiba-tiba mendengar sesuatu yang seperti memanggilnya. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk mencari suara itu saat rasa penasarannya mulai meresahkan hatinya. Suara itu semakin keras saat Yuna berada di sebuah taman yang sangat tua dan terlihat tidak pernah di datangi oleh siapapun.Yuna masuk dalam taman itu dan sampai di sebuah Vila yang di penuhi lumut seperti tak ada yang pernah mengurus villa itu.
Hari ini adalah hari berburu. Satu persatu para bangsawan masuk ke dalam sebuah portal dan sampai di hutan Azka yang merupakan hutan paling subur dan kaya di dataran ini. Semua orang mengendarai hewan penjaganya masing-masing dengan bangga.Yuna datang terlambat karena kesiangan, gadis itu datang bersama dengandengan Azura. Yuna masuk sambil duduk di atas sebuah rubah putih keren paksaan dari Azura sendiri. Perlahan semua orang melihat gadis itu dengan tercengang."Apa aku tidak salah lihat? Gadis itu menunggangi hewan suci legenda?" Ujar seorang bangsawan."Dari yang aku dengar semua hewan suci sangat sombong dan tidak akan mau menurut pada tuan yang lemah.""Tapi aura gadis itu saja tidak ada, mana mungkin hewan suci itu mau melakukan kontrak?"Yuna turun dan merasa tidak enak dengan semua bangsawan yang melihatnya. Tiba-tiba Adelion tiba membuat semua perhatian tertuju padanya, pria itu sedang duduk di atas seekor Harimau putih yang cukup besar
Yuna duduk bersama dengan bangsa Atarel, mereka menyambut Yuna dengan sangat gembira dan berterimakasih atas pertolongannya itu. Api kini menjadi pencahayaan mereka malam ini, Yuna lalu melirik tubuh Adelion dengan luka di punggungnya yang sudah di balut kain bersih."Tenang saja, dia akan baik-baik saja. Obat yang di buat tetua kami sangat membantu menyembuhkan luka" Ujar Star."Aku tidak mengkhawatirkan dia, huh" Ujar Yuna memalingkan kepalanya.Luka di lengan Yuna sudah di balut kain sama seperti Adelion. Kini gadis itu sedang sibuk memandang api dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Perlahan Adelion bangun lalu duduk di sebelah Yuna dengan santai dan tampa beban. Yuna akhirnya sadar dari lamunannya saat merasakan ada seseorang yang duduk di sebelahnya.Yuna refleks menjauh dari Adelion, pria itu menatap bingung pada Yuna yang menjauh darinya. Adelion lalu melemparkan senyuman pada Yuna yang membuat
Yuna kini sudah kembali ke istana. Gadis itu kini sedang minun teh bersama Fairuz, pria itu tiba-tiba muncul dan mulai merengek pada Yuna untuk minum teh bersamanya di taman. Setelah kembali dari hutan Azka kini Adelion memiliki kesibukan yang Yuna tidak tau itu apa. Tebakan gadis itu hanya satu yaitu masalah kerajaan Emerlan. "Ada apa? Tumben kau datang secepat ini," Ujar Yuna. "Di istana peri akan di adakan pertarungan sihir, pertarungan sihir hanya di adakan sekali selama 100 tahun. Pemenangnya bisa meminta apa saja pada sang ratu" Ujar Azura dengan semangat. "Lalu?" Tanya Yuna. "Semua kerjaan akan hadir ke acara sihir itu. Akan ada yang mewakili setiap kerajaan dalam lomba itu, kau bisa ke sana dan menonton jika kau mau," Ujar Fairuz. "Aku tidak bisa, aku tidak terlalu suka berada di keramaian," Ujar Yuna. "Kau yakin? Semua orang tau kerjaan peri memiliki sejarah
"Bella, kapan kita akan sampai." Yuna telihat lesu."Kita baru naik kereta kuda dua puluh menit yang lalu, nona. Perjalanan kita mungkin menghabiskan waktu cukup lama, nona.""Bukan itu masalahnya, aku sangat mual naik kereta kuda ini," Ujar Yuna sambil menutup mulutnya karena hampir muntah."Ughkk... Beri aku air," Ujar Yuna sambil mengelap bibirnya."Ini airnya nona, apa nona baik-baik saja?" Ujar Bella dengan nada khawatir."Aku tidak apa-apa, hanya mabuk darat saja. Sepertinya aku tidak terbiasa duduk dalam kereta kuda," Ujar Yuna."Apa kita istirahat di sini dulu, nona?" Ujar Bella."Tidak perlu aku sudah punya rencana, bantu aku mengikat rambutku ini." Yuna langsung memerintahkan sang kusir untuk menghentikan kereta kuda.Yuna turun dari kereta di ikuti Bella di belakangnya. Gadis itu menyentuh sebuah batu dan memikirkan sesuatu di otak hingga sebuah pakaian pria telah melekat di tubuhnya. Yuna menaiki kuda cadangan yang
Lucas menatap penuh selidik pada buku yang di bawa Yuna, ia bisa merasakan ada hawa buruk dalam buku tersebut. Meskipun tau akan hal itu Lucas memilih untuk diam saja dan terus mengawasi buku tersebut. Bukan tanpa sebab Lucas membiarkan buku aneh itu berada di tangan Yuna, buku itu adalah hadiah yang di pilih Yuna untuk temannya maka ia tidak berani bertindak gegabah. Buku tersebut memang memiliki hawa yang buruk namun anehnya, hawa itu sama sekali tidak bisa menyakiti atau masuk ke seperti parasit di tubuh Yuna. Bella terus mengikuti Yuna kemanapun ia melangkahkan kaki di pasar ini. Terkadang ia menasehati Yuna, namun melihat Yuna yang tersenyum lebar membuat Bella menyadari satu hal tentang Yuna, ia menyukai kebebasan. "Lucas kenapa kau bengong saja? Ayo," Ujar Yuna dan menarik tangan Lucas menuju sebuah festival sambutan dari para rakyat kerjaan pergi untuk dewa mereka. Terlihat sebuah patung besar berwujud seorang gadis muda nan cantik yang sedang t
Sambil mengepakkan sayapnya yang besar ia melintasi ibu kota, beberapa penduduk yang menyadarinya ikut tercengang melihat seekor naga sedang terbang di atas langit di mana tanah peri berdiri. Naga terkenal dengan sifat sombong dan angkuhnya, mereka juga sulit di tundukkan karena sifat mereka. Warna naga menentukan kekuatan yang di milikinya, warna hijau adalah yang terlemah dan merahlah yang terkuat. "Itu naga hitam! Bagaimana dia bisa di sini?" "Tunggu! Ia raja naga! Dan pemiliknya adalah sang raja kerajaan Emerald!" "Apa terjadi sesuatu?" Itulah beberapa tanggapan penduduk ibu kota yang terkejut melihat keberadaan sang raja dari para naga. Azura muncul di secara tiba-tiba dengan wujud rubah puti kecilnya, ia mengomeli sang naga dengan kesal karena telah membawa Yuna sembarangan tanpa menunggunya. Sejak tadi Azura telah mengikuti sang naga dengan tergesa-gesa saat Adelion dengan entengnya mengikat tubuhnya di atas tiang menggunakan rantai mana. "Sebenarnya sejak kapan vampir s
"Bella kau bisa pergi sekarang. Aku akan mengompres sendiri mataku," Ujar Yuna melepas handuk hangat dari matanya yang bengkak. "Kau juga tampak lelah Bella. Istirahatlah, aku baik-baik saja. Lagi pula aku akan sangat senang karena aku akhirnya bisa lepas dari kurungan ini," Ujar Yuna hingga Bella hanya mampu terdiam. "Aku akan sangat merindukanmu nona," Ujar Bella. Yuna cukup terkejut saat mendengar penuturan Bella. Ia menoleh melihat kearah Bella yang telah menutup pintu, Yuna pernah mendengar dari Sarfaras jika makhluk di dunia ini tidak bisa hidup tanpa adanya aliran mana. Mereka bisa mati dalam beberapa jam hanya jika mereka meninggalkan dunia ini, maka dari itulah gerbang dunia fana di segel rapat-rapat. "Nona?" Panggil Azura yang sedang dalam wujud rubah putihnya. "Ah, Azura. Sepertinya aku harus memberikan ucapan perpisahan denganmu," Ujar Yuna sambil bulu halus milik Azura. "Eh? Kenapa tiba-tiba." Azura tampak terkejut. "Aku akan kembali ke dunia fana besok. Kau tentu
"Maafkan aku nona. Aku tidak bisa menceritakan hal itu. Alam akan menghukumku jika membocorkan masa lalu," Ujar Azura hingga Yuna terlihat kecewa. "Ah, begitu ya." Yuna terlihat cukup kecewa, ia merebahkan. Sambil menatap langit-langit, ia jadi teringat oleh buku kuno Rahasia dan rasa. Yuna kembali terduduk, "Deluciana. Apa kau tau tentang dia Azura?" Tanya Yuna penuh rasa penasaran. "Dari mana nona tau nama itu?" Azura cukup terkejut saat mendengar sebuah nama yang ia kenali keluar dari bibi Yuna. "Ah, aku sebenarnya mendapatkan sebuah buku." Yuna kemudian berdiri dan mengambil sebuah buku di atas meja. Melihat buku itu Azura langsung mengenalinya, ia berusaha menyentuh buku itu namun setruman listrik malah ia rasakan di jari-jarinya. Buku itu sudah lama hilang bersama sang Dewi Lucian, ia benar-benar curiga dengan munculnya buku yang telah lama hilang ini. Buku itu menyimpan sebuah rahasia tentang keberadaan sang Dewi yang hilang karena sebuah kejadian. "Bagaimana bisa buku it
'Deluciana' adalah nama seorang gadis yang berkali-kali di sebutkan dalam buku kuno Rahasia dan Rasa.Ada sebuah legenda yang menceritakan tentang seorang Dewi yang jatuh cinta dengan makhluk dunia fana. Kisah cinta mereka bahkan telah di buat berbagai versi mulai dengan ending yang manis, hingga ending yang menyedihkan. Namun tak ada yang tau bagaimana akhir dari kedua pasangan tersebut. Legenda hanya menceritakan setengah dari kisah keduanya tanpa ada akhir.Ada banyak nama yang sering orang-orang gunakan untuk menggambarkan sang Dewi. Mulai dari sebutan pemilik cahaya, kecantikan yang tidak pernah padam, hingga Dewi yang terkutuk. Setelah membaca satu halaman Yuna akhirnya sadar jika buku ini adalah diary seorang bernama Damian."Tunggu, apa aku boleh membaca buku diary orang lain? Bukannya ini tidak sopan?" Yuna menutup buku karena merasa bersalah telah membaca satu halaman dari diary orang lain.Yuna meletakkan buku di atas nakas kemudian memilih untuk segera tidur agar rasa pena
Sang Demon kemudian menghilang meninggalkan kesunyian di tempat itu, Lucas akhirnya ambruk dan tak sadarkan diri. Ia sudah melewati batas penggunaan mana dan hal itu menyebabkan kesadaran menghilang untuk beberapa hari kedepan. Kesatria lainnya kemudian membopong tubuh Lucas untuk mendapatkan perawatan. Sarfaras memberi hormat pada Fairuz dan berterimakasih atas bantuannya. "Pemilik darah peri yang agung, mahkluk rendahan ini mengucapkan rasa terimakasih atas bantuannya," Ujar Sarfaras. "Berdirilah," Ujar Fairuz. "Kali ini mungkin kita berhasil selamat, tapi Demon sudah terlalu kuat untuk bangsa peri tangani. Aku bahkan heran kenapa dia menyembunyikan kekuatannya itu," Ujar Fairuz menatap keatas langit. "Itu benar, aku rasa tidak lama lagi sang Demon akan memulai perang," Ujar Sarfaras. Fairuz menatap ke arah bulan, ia mengernyitkan dahi atas ucapan Sarfaras. Perkataan Sarfaras tidak salah, perang pasti terjadi. Demon pemimpin bangsa kegelapan sudah sangat lama berselisih dengan
"Ada apa denganku?" "Hei, berhenti mengikutiku!" Ujar Adelion. Setelah mengatakan hal tersebut, tubuh Adelion ambruk begitu saja. Yuna jadi kebingungan akan hal tersebut, tidak akan ada pelayan yang bisa masuk ke tempat ini. Jadi mungkin saja Adelion akan sepanjang malam tidur di atas lantai yang dingin. Yuna berbalik arah meninggalkan Adelion, rasa kebenciannya terhadap pria tersebut membuat dia di butakan amarah. "Untuk apa aku harus peduli? Aku membencinya. Sangat-sangat benci padanya," Ujar Yuna. Yuna pergi dari sana, tapi tiba-tiba saja mata Yuna berkaca-kaca. Tangannya meremas kuat gaunnya mencoba menahan perasaan aneh, setelah terbangun dari mimpi itu tubuhnya terus bereaksi terhadap pergerakan Adelion. Setiap reaksi tubuh nya terus saja tidak sejalan dengan keinginannya. Yuna berbalik dan menatap ke arah Adelion yang masih dengan wajah menahan sakit luar biasa. "Yang mulia, apa kau bisa mendengarku? Kemana aku harus membawamu?" Ujar Yu
"Siapa yang berani mengutuk tuan!!" Ujar Azura membuat rasa dingin di kulit Yuna semakin bertambah."Apa Vampir sialan itu?!!" Ujar Azura dengan wujudnya bertambah besar.Hawa dingin memenuhi tempat itu, belum sempat Yuna menghentikan Azura yang sepertinya akan mengamuk, Azura sudah lebih dulu pergi dengan kemarahannya. Yuna tau ke mana Azura pergi, maka dari itulah ia buru-buru berlari menuju pintu namun sayangnya pintu itu tidak bisa terbuka karena sihir Adelion yang masih mengurungnya. Yuna menggedor pintu berharap ada seseorang yang mendengarnya lalu membukakan pintu."Apa ada seseorang di luar! Kumohon biarkan aku keluar sebentar saja," Teriak Yuna.Sebuah suara terdengar di kepala Yuna, ada sesuatu yang mengalir dalam tubuhnya. Rasanya asing namun anehnya ia terbiasa dengan aliran mana dari dalam tubuh. Yuna meletakkan telapak tangannya di pintu kemudian mengucapkan sebuah kalimat yang ada di kepalanya.Pintu terbuka, tanpa membuang waktu Yun
Yuna terbangun dengan keringat yang membanjir tubuhnya, deru nafasnya kini tak lagi beraturan. Rasanya tubuhnya lemas dan tak bertenaga, "Kau sudah bangun?" Suara itu membuat Yuna menoleh ke arah jendela. Pria dengan pakaian bangsawan sedang duduk di pinggir jendela dengan sebuah buku di tangannya. Mata merah darah itu menyoroti Yuna dengan menusuk. Adelion tampak sedang dalam suasana yang tidak baik. "Kau keluar tanpa seizinku," Ujar Adelion dengan suara berat yang terasa mendominasi. "Ehmm.. Itu, aku. Aku hanya ingin melihat kota peri," Ujar Yuna yang menciut melihat Adelion menatapnya begitu tajam. Adelion kemudian berjalan menuju Yuna yang memainkan jari-jarinya seraya duduk menunduk. Yuna kemudian mendongak saat merasa Adelion telah berdiri di samping kasur. "Yuna, dengarkan aku baik-baik. Aku bisa langsung membunuhmu jika tidak menuruti perintahku!" Bisik Adelion di telinga Yuna. Jantung Yuna seakan tak berdetak, ia takut dengan
Lucas menatap penuh selidik pada buku yang di bawa Yuna, ia bisa merasakan ada hawa buruk dalam buku tersebut. Meskipun tau akan hal itu Lucas memilih untuk diam saja dan terus mengawasi buku tersebut. Bukan tanpa sebab Lucas membiarkan buku aneh itu berada di tangan Yuna, buku itu adalah hadiah yang di pilih Yuna untuk temannya maka ia tidak berani bertindak gegabah. Buku tersebut memang memiliki hawa yang buruk namun anehnya, hawa itu sama sekali tidak bisa menyakiti atau masuk ke seperti parasit di tubuh Yuna. Bella terus mengikuti Yuna kemanapun ia melangkahkan kaki di pasar ini. Terkadang ia menasehati Yuna, namun melihat Yuna yang tersenyum lebar membuat Bella menyadari satu hal tentang Yuna, ia menyukai kebebasan. "Lucas kenapa kau bengong saja? Ayo," Ujar Yuna dan menarik tangan Lucas menuju sebuah festival sambutan dari para rakyat kerjaan pergi untuk dewa mereka. Terlihat sebuah patung besar berwujud seorang gadis muda nan cantik yang sedang t