Yuna kini sudah kembali ke istana. Gadis itu kini sedang minun teh bersama Fairuz, pria itu tiba-tiba muncul dan mulai merengek pada Yuna untuk minum teh bersamanya di taman. Setelah kembali dari hutan Azka kini Adelion memiliki kesibukan yang Yuna tidak tau itu apa. Tebakan gadis itu hanya satu yaitu masalah kerajaan Emerlan.
"Ada apa? Tumben kau datang secepat ini," Ujar Yuna.
"Di istana peri akan di adakan pertarungan sihir, pertarungan sihir hanya di adakan sekali selama 100 tahun. Pemenangnya bisa meminta apa saja pada sang ratu" Ujar Azura dengan semangat.
"Lalu?" Tanya Yuna.
"Semua kerjaan akan hadir ke acara sihir itu. Akan ada yang mewakili setiap kerajaan dalam lomba itu, kau bisa ke sana dan menonton jika kau mau," Ujar Fairuz.
"Aku tidak bisa, aku tidak terlalu suka berada di keramaian," Ujar Yuna.
"Kau yakin? Semua orang tau kerjaan peri memiliki sejarah
"Bella, kapan kita akan sampai." Yuna telihat lesu."Kita baru naik kereta kuda dua puluh menit yang lalu, nona. Perjalanan kita mungkin menghabiskan waktu cukup lama, nona.""Bukan itu masalahnya, aku sangat mual naik kereta kuda ini," Ujar Yuna sambil menutup mulutnya karena hampir muntah."Ughkk... Beri aku air," Ujar Yuna sambil mengelap bibirnya."Ini airnya nona, apa nona baik-baik saja?" Ujar Bella dengan nada khawatir."Aku tidak apa-apa, hanya mabuk darat saja. Sepertinya aku tidak terbiasa duduk dalam kereta kuda," Ujar Yuna."Apa kita istirahat di sini dulu, nona?" Ujar Bella."Tidak perlu aku sudah punya rencana, bantu aku mengikat rambutku ini." Yuna langsung memerintahkan sang kusir untuk menghentikan kereta kuda.Yuna turun dari kereta di ikuti Bella di belakangnya. Gadis itu menyentuh sebuah batu dan memikirkan sesuatu di otak hingga sebuah pakaian pria telah melekat di tubuhnya. Yuna menaiki kuda cadangan yang
Lucas menatap penuh selidik pada buku yang di bawa Yuna, ia bisa merasakan ada hawa buruk dalam buku tersebut. Meskipun tau akan hal itu Lucas memilih untuk diam saja dan terus mengawasi buku tersebut. Bukan tanpa sebab Lucas membiarkan buku aneh itu berada di tangan Yuna, buku itu adalah hadiah yang di pilih Yuna untuk temannya maka ia tidak berani bertindak gegabah. Buku tersebut memang memiliki hawa yang buruk namun anehnya, hawa itu sama sekali tidak bisa menyakiti atau masuk ke seperti parasit di tubuh Yuna. Bella terus mengikuti Yuna kemanapun ia melangkahkan kaki di pasar ini. Terkadang ia menasehati Yuna, namun melihat Yuna yang tersenyum lebar membuat Bella menyadari satu hal tentang Yuna, ia menyukai kebebasan. "Lucas kenapa kau bengong saja? Ayo," Ujar Yuna dan menarik tangan Lucas menuju sebuah festival sambutan dari para rakyat kerjaan pergi untuk dewa mereka. Terlihat sebuah patung besar berwujud seorang gadis muda nan cantik yang sedang t
Yuna terbangun dengan keringat yang membanjir tubuhnya, deru nafasnya kini tak lagi beraturan. Rasanya tubuhnya lemas dan tak bertenaga, "Kau sudah bangun?" Suara itu membuat Yuna menoleh ke arah jendela. Pria dengan pakaian bangsawan sedang duduk di pinggir jendela dengan sebuah buku di tangannya. Mata merah darah itu menyoroti Yuna dengan menusuk. Adelion tampak sedang dalam suasana yang tidak baik. "Kau keluar tanpa seizinku," Ujar Adelion dengan suara berat yang terasa mendominasi. "Ehmm.. Itu, aku. Aku hanya ingin melihat kota peri," Ujar Yuna yang menciut melihat Adelion menatapnya begitu tajam. Adelion kemudian berjalan menuju Yuna yang memainkan jari-jarinya seraya duduk menunduk. Yuna kemudian mendongak saat merasa Adelion telah berdiri di samping kasur. "Yuna, dengarkan aku baik-baik. Aku bisa langsung membunuhmu jika tidak menuruti perintahku!" Bisik Adelion di telinga Yuna. Jantung Yuna seakan tak berdetak, ia takut dengan
"Siapa yang berani mengutuk tuan!!" Ujar Azura membuat rasa dingin di kulit Yuna semakin bertambah."Apa Vampir sialan itu?!!" Ujar Azura dengan wujudnya bertambah besar.Hawa dingin memenuhi tempat itu, belum sempat Yuna menghentikan Azura yang sepertinya akan mengamuk, Azura sudah lebih dulu pergi dengan kemarahannya. Yuna tau ke mana Azura pergi, maka dari itulah ia buru-buru berlari menuju pintu namun sayangnya pintu itu tidak bisa terbuka karena sihir Adelion yang masih mengurungnya. Yuna menggedor pintu berharap ada seseorang yang mendengarnya lalu membukakan pintu."Apa ada seseorang di luar! Kumohon biarkan aku keluar sebentar saja," Teriak Yuna.Sebuah suara terdengar di kepala Yuna, ada sesuatu yang mengalir dalam tubuhnya. Rasanya asing namun anehnya ia terbiasa dengan aliran mana dari dalam tubuh. Yuna meletakkan telapak tangannya di pintu kemudian mengucapkan sebuah kalimat yang ada di kepalanya.Pintu terbuka, tanpa membuang waktu Yun
"Ada apa denganku?" "Hei, berhenti mengikutiku!" Ujar Adelion. Setelah mengatakan hal tersebut, tubuh Adelion ambruk begitu saja. Yuna jadi kebingungan akan hal tersebut, tidak akan ada pelayan yang bisa masuk ke tempat ini. Jadi mungkin saja Adelion akan sepanjang malam tidur di atas lantai yang dingin. Yuna berbalik arah meninggalkan Adelion, rasa kebenciannya terhadap pria tersebut membuat dia di butakan amarah. "Untuk apa aku harus peduli? Aku membencinya. Sangat-sangat benci padanya," Ujar Yuna. Yuna pergi dari sana, tapi tiba-tiba saja mata Yuna berkaca-kaca. Tangannya meremas kuat gaunnya mencoba menahan perasaan aneh, setelah terbangun dari mimpi itu tubuhnya terus bereaksi terhadap pergerakan Adelion. Setiap reaksi tubuh nya terus saja tidak sejalan dengan keinginannya. Yuna berbalik dan menatap ke arah Adelion yang masih dengan wajah menahan sakit luar biasa. "Yang mulia, apa kau bisa mendengarku? Kemana aku harus membawamu?" Ujar Yu
Sang Demon kemudian menghilang meninggalkan kesunyian di tempat itu, Lucas akhirnya ambruk dan tak sadarkan diri. Ia sudah melewati batas penggunaan mana dan hal itu menyebabkan kesadaran menghilang untuk beberapa hari kedepan. Kesatria lainnya kemudian membopong tubuh Lucas untuk mendapatkan perawatan. Sarfaras memberi hormat pada Fairuz dan berterimakasih atas bantuannya. "Pemilik darah peri yang agung, mahkluk rendahan ini mengucapkan rasa terimakasih atas bantuannya," Ujar Sarfaras. "Berdirilah," Ujar Fairuz. "Kali ini mungkin kita berhasil selamat, tapi Demon sudah terlalu kuat untuk bangsa peri tangani. Aku bahkan heran kenapa dia menyembunyikan kekuatannya itu," Ujar Fairuz menatap keatas langit. "Itu benar, aku rasa tidak lama lagi sang Demon akan memulai perang," Ujar Sarfaras. Fairuz menatap ke arah bulan, ia mengernyitkan dahi atas ucapan Sarfaras. Perkataan Sarfaras tidak salah, perang pasti terjadi. Demon pemimpin bangsa kegelapan sudah sangat lama berselisih dengan
'Deluciana' adalah nama seorang gadis yang berkali-kali di sebutkan dalam buku kuno Rahasia dan Rasa.Ada sebuah legenda yang menceritakan tentang seorang Dewi yang jatuh cinta dengan makhluk dunia fana. Kisah cinta mereka bahkan telah di buat berbagai versi mulai dengan ending yang manis, hingga ending yang menyedihkan. Namun tak ada yang tau bagaimana akhir dari kedua pasangan tersebut. Legenda hanya menceritakan setengah dari kisah keduanya tanpa ada akhir.Ada banyak nama yang sering orang-orang gunakan untuk menggambarkan sang Dewi. Mulai dari sebutan pemilik cahaya, kecantikan yang tidak pernah padam, hingga Dewi yang terkutuk. Setelah membaca satu halaman Yuna akhirnya sadar jika buku ini adalah diary seorang bernama Damian."Tunggu, apa aku boleh membaca buku diary orang lain? Bukannya ini tidak sopan?" Yuna menutup buku karena merasa bersalah telah membaca satu halaman dari diary orang lain.Yuna meletakkan buku di atas nakas kemudian memilih untuk segera tidur agar rasa pena
"Maafkan aku nona. Aku tidak bisa menceritakan hal itu. Alam akan menghukumku jika membocorkan masa lalu," Ujar Azura hingga Yuna terlihat kecewa. "Ah, begitu ya." Yuna terlihat cukup kecewa, ia merebahkan. Sambil menatap langit-langit, ia jadi teringat oleh buku kuno Rahasia dan rasa. Yuna kembali terduduk, "Deluciana. Apa kau tau tentang dia Azura?" Tanya Yuna penuh rasa penasaran. "Dari mana nona tau nama itu?" Azura cukup terkejut saat mendengar sebuah nama yang ia kenali keluar dari bibi Yuna. "Ah, aku sebenarnya mendapatkan sebuah buku." Yuna kemudian berdiri dan mengambil sebuah buku di atas meja. Melihat buku itu Azura langsung mengenalinya, ia berusaha menyentuh buku itu namun setruman listrik malah ia rasakan di jari-jarinya. Buku itu sudah lama hilang bersama sang Dewi Lucian, ia benar-benar curiga dengan munculnya buku yang telah lama hilang ini. Buku itu menyimpan sebuah rahasia tentang keberadaan sang Dewi yang hilang karena sebuah kejadian. "Bagaimana bisa buku it
Sambil mengepakkan sayapnya yang besar ia melintasi ibu kota, beberapa penduduk yang menyadarinya ikut tercengang melihat seekor naga sedang terbang di atas langit di mana tanah peri berdiri. Naga terkenal dengan sifat sombong dan angkuhnya, mereka juga sulit di tundukkan karena sifat mereka. Warna naga menentukan kekuatan yang di milikinya, warna hijau adalah yang terlemah dan merahlah yang terkuat. "Itu naga hitam! Bagaimana dia bisa di sini?" "Tunggu! Ia raja naga! Dan pemiliknya adalah sang raja kerajaan Emerald!" "Apa terjadi sesuatu?" Itulah beberapa tanggapan penduduk ibu kota yang terkejut melihat keberadaan sang raja dari para naga. Azura muncul di secara tiba-tiba dengan wujud rubah puti kecilnya, ia mengomeli sang naga dengan kesal karena telah membawa Yuna sembarangan tanpa menunggunya. Sejak tadi Azura telah mengikuti sang naga dengan tergesa-gesa saat Adelion dengan entengnya mengikat tubuhnya di atas tiang menggunakan rantai mana. "Sebenarnya sejak kapan vampir s
"Bella kau bisa pergi sekarang. Aku akan mengompres sendiri mataku," Ujar Yuna melepas handuk hangat dari matanya yang bengkak. "Kau juga tampak lelah Bella. Istirahatlah, aku baik-baik saja. Lagi pula aku akan sangat senang karena aku akhirnya bisa lepas dari kurungan ini," Ujar Yuna hingga Bella hanya mampu terdiam. "Aku akan sangat merindukanmu nona," Ujar Bella. Yuna cukup terkejut saat mendengar penuturan Bella. Ia menoleh melihat kearah Bella yang telah menutup pintu, Yuna pernah mendengar dari Sarfaras jika makhluk di dunia ini tidak bisa hidup tanpa adanya aliran mana. Mereka bisa mati dalam beberapa jam hanya jika mereka meninggalkan dunia ini, maka dari itulah gerbang dunia fana di segel rapat-rapat. "Nona?" Panggil Azura yang sedang dalam wujud rubah putihnya. "Ah, Azura. Sepertinya aku harus memberikan ucapan perpisahan denganmu," Ujar Yuna sambil bulu halus milik Azura. "Eh? Kenapa tiba-tiba." Azura tampak terkejut. "Aku akan kembali ke dunia fana besok. Kau tentu
"Maafkan aku nona. Aku tidak bisa menceritakan hal itu. Alam akan menghukumku jika membocorkan masa lalu," Ujar Azura hingga Yuna terlihat kecewa. "Ah, begitu ya." Yuna terlihat cukup kecewa, ia merebahkan. Sambil menatap langit-langit, ia jadi teringat oleh buku kuno Rahasia dan rasa. Yuna kembali terduduk, "Deluciana. Apa kau tau tentang dia Azura?" Tanya Yuna penuh rasa penasaran. "Dari mana nona tau nama itu?" Azura cukup terkejut saat mendengar sebuah nama yang ia kenali keluar dari bibi Yuna. "Ah, aku sebenarnya mendapatkan sebuah buku." Yuna kemudian berdiri dan mengambil sebuah buku di atas meja. Melihat buku itu Azura langsung mengenalinya, ia berusaha menyentuh buku itu namun setruman listrik malah ia rasakan di jari-jarinya. Buku itu sudah lama hilang bersama sang Dewi Lucian, ia benar-benar curiga dengan munculnya buku yang telah lama hilang ini. Buku itu menyimpan sebuah rahasia tentang keberadaan sang Dewi yang hilang karena sebuah kejadian. "Bagaimana bisa buku it
'Deluciana' adalah nama seorang gadis yang berkali-kali di sebutkan dalam buku kuno Rahasia dan Rasa.Ada sebuah legenda yang menceritakan tentang seorang Dewi yang jatuh cinta dengan makhluk dunia fana. Kisah cinta mereka bahkan telah di buat berbagai versi mulai dengan ending yang manis, hingga ending yang menyedihkan. Namun tak ada yang tau bagaimana akhir dari kedua pasangan tersebut. Legenda hanya menceritakan setengah dari kisah keduanya tanpa ada akhir.Ada banyak nama yang sering orang-orang gunakan untuk menggambarkan sang Dewi. Mulai dari sebutan pemilik cahaya, kecantikan yang tidak pernah padam, hingga Dewi yang terkutuk. Setelah membaca satu halaman Yuna akhirnya sadar jika buku ini adalah diary seorang bernama Damian."Tunggu, apa aku boleh membaca buku diary orang lain? Bukannya ini tidak sopan?" Yuna menutup buku karena merasa bersalah telah membaca satu halaman dari diary orang lain.Yuna meletakkan buku di atas nakas kemudian memilih untuk segera tidur agar rasa pena
Sang Demon kemudian menghilang meninggalkan kesunyian di tempat itu, Lucas akhirnya ambruk dan tak sadarkan diri. Ia sudah melewati batas penggunaan mana dan hal itu menyebabkan kesadaran menghilang untuk beberapa hari kedepan. Kesatria lainnya kemudian membopong tubuh Lucas untuk mendapatkan perawatan. Sarfaras memberi hormat pada Fairuz dan berterimakasih atas bantuannya. "Pemilik darah peri yang agung, mahkluk rendahan ini mengucapkan rasa terimakasih atas bantuannya," Ujar Sarfaras. "Berdirilah," Ujar Fairuz. "Kali ini mungkin kita berhasil selamat, tapi Demon sudah terlalu kuat untuk bangsa peri tangani. Aku bahkan heran kenapa dia menyembunyikan kekuatannya itu," Ujar Fairuz menatap keatas langit. "Itu benar, aku rasa tidak lama lagi sang Demon akan memulai perang," Ujar Sarfaras. Fairuz menatap ke arah bulan, ia mengernyitkan dahi atas ucapan Sarfaras. Perkataan Sarfaras tidak salah, perang pasti terjadi. Demon pemimpin bangsa kegelapan sudah sangat lama berselisih dengan
"Ada apa denganku?" "Hei, berhenti mengikutiku!" Ujar Adelion. Setelah mengatakan hal tersebut, tubuh Adelion ambruk begitu saja. Yuna jadi kebingungan akan hal tersebut, tidak akan ada pelayan yang bisa masuk ke tempat ini. Jadi mungkin saja Adelion akan sepanjang malam tidur di atas lantai yang dingin. Yuna berbalik arah meninggalkan Adelion, rasa kebenciannya terhadap pria tersebut membuat dia di butakan amarah. "Untuk apa aku harus peduli? Aku membencinya. Sangat-sangat benci padanya," Ujar Yuna. Yuna pergi dari sana, tapi tiba-tiba saja mata Yuna berkaca-kaca. Tangannya meremas kuat gaunnya mencoba menahan perasaan aneh, setelah terbangun dari mimpi itu tubuhnya terus bereaksi terhadap pergerakan Adelion. Setiap reaksi tubuh nya terus saja tidak sejalan dengan keinginannya. Yuna berbalik dan menatap ke arah Adelion yang masih dengan wajah menahan sakit luar biasa. "Yang mulia, apa kau bisa mendengarku? Kemana aku harus membawamu?" Ujar Yu
"Siapa yang berani mengutuk tuan!!" Ujar Azura membuat rasa dingin di kulit Yuna semakin bertambah."Apa Vampir sialan itu?!!" Ujar Azura dengan wujudnya bertambah besar.Hawa dingin memenuhi tempat itu, belum sempat Yuna menghentikan Azura yang sepertinya akan mengamuk, Azura sudah lebih dulu pergi dengan kemarahannya. Yuna tau ke mana Azura pergi, maka dari itulah ia buru-buru berlari menuju pintu namun sayangnya pintu itu tidak bisa terbuka karena sihir Adelion yang masih mengurungnya. Yuna menggedor pintu berharap ada seseorang yang mendengarnya lalu membukakan pintu."Apa ada seseorang di luar! Kumohon biarkan aku keluar sebentar saja," Teriak Yuna.Sebuah suara terdengar di kepala Yuna, ada sesuatu yang mengalir dalam tubuhnya. Rasanya asing namun anehnya ia terbiasa dengan aliran mana dari dalam tubuh. Yuna meletakkan telapak tangannya di pintu kemudian mengucapkan sebuah kalimat yang ada di kepalanya.Pintu terbuka, tanpa membuang waktu Yun
Yuna terbangun dengan keringat yang membanjir tubuhnya, deru nafasnya kini tak lagi beraturan. Rasanya tubuhnya lemas dan tak bertenaga, "Kau sudah bangun?" Suara itu membuat Yuna menoleh ke arah jendela. Pria dengan pakaian bangsawan sedang duduk di pinggir jendela dengan sebuah buku di tangannya. Mata merah darah itu menyoroti Yuna dengan menusuk. Adelion tampak sedang dalam suasana yang tidak baik. "Kau keluar tanpa seizinku," Ujar Adelion dengan suara berat yang terasa mendominasi. "Ehmm.. Itu, aku. Aku hanya ingin melihat kota peri," Ujar Yuna yang menciut melihat Adelion menatapnya begitu tajam. Adelion kemudian berjalan menuju Yuna yang memainkan jari-jarinya seraya duduk menunduk. Yuna kemudian mendongak saat merasa Adelion telah berdiri di samping kasur. "Yuna, dengarkan aku baik-baik. Aku bisa langsung membunuhmu jika tidak menuruti perintahku!" Bisik Adelion di telinga Yuna. Jantung Yuna seakan tak berdetak, ia takut dengan
Lucas menatap penuh selidik pada buku yang di bawa Yuna, ia bisa merasakan ada hawa buruk dalam buku tersebut. Meskipun tau akan hal itu Lucas memilih untuk diam saja dan terus mengawasi buku tersebut. Bukan tanpa sebab Lucas membiarkan buku aneh itu berada di tangan Yuna, buku itu adalah hadiah yang di pilih Yuna untuk temannya maka ia tidak berani bertindak gegabah. Buku tersebut memang memiliki hawa yang buruk namun anehnya, hawa itu sama sekali tidak bisa menyakiti atau masuk ke seperti parasit di tubuh Yuna. Bella terus mengikuti Yuna kemanapun ia melangkahkan kaki di pasar ini. Terkadang ia menasehati Yuna, namun melihat Yuna yang tersenyum lebar membuat Bella menyadari satu hal tentang Yuna, ia menyukai kebebasan. "Lucas kenapa kau bengong saja? Ayo," Ujar Yuna dan menarik tangan Lucas menuju sebuah festival sambutan dari para rakyat kerjaan pergi untuk dewa mereka. Terlihat sebuah patung besar berwujud seorang gadis muda nan cantik yang sedang t