Share

Tiba-tiba, aku bersamamu
Tiba-tiba, aku bersamamu
Penulis: Sellova96

Pasangan Palsu

Penulis: Sellova96
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-31 12:52:15

Lalu lalang kendaraan tampak padat karena ini merupakan jam pulang kerja. Seorang gadis dengan pakaian mini itu tengah duduk di salah satu caffe yang berada di dekat jalan. Gadis itu terlihat sedang mengotak-atik ponselnya. Entah apa yang dia lihat, namun tampaknya sangat serius.

Sesekali gadis itu menyesap jus alpukat yang tinggal setengah itu, kemudian ia kembali menatap layar ponselnya. Udara dingin tak membuat gadis dengan pakaian mini itu merasa kedinginan. Ia malah terlihat biasa-biasa saja. Sampai ada seseorang yang datang menghampirinya.

“Maaf, aku terlambat,” ujar orang yang baru datang itu. Kemudian menarik kursinya ke belakang dan duduk.

Gadis itu mendecak sinis. “Kau tahu? Aku sudah menghabiskan waktu dua jam hanya untuk menunggumu disini. Menyebalkan sekali!” gerutunya kesal.

Orang itu meringis kecil kemudian menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Matanya menatap ada tiga gelas kosong berada di hadapannya. Membuktikan bahwa ucapan gadis itu yang sudah menunggunya selama dua jam adalah benar.

“Kau tahu sendirilah, jalanan selalu macet. Apalagi di jam seperti ini,” kilah orang itu dengan diiringi kekehan canggung.

Gadis itu menaikkan pandangannya. Hanya melemparkan tatapan kesal kemudian kembali menatap layar ponselnya. Orang berdehem sebentar lalu membenarkan posisi duduknya. Ia menggeser kursinya untuk mendekat pada gadis itu.

“Jadi, ada apa kau memintaku kemari?” tanya orang itu.

Gadis itu meletakkan ponselnya kemudian menatap orang itu. “Besok malam, Scarlett, salah satu temanku di kampus akan mengadakan pesta ulang tahun. Dan dia memintaku untuk datang ke sana,” beritahunya.

Orang itu menganggukkan kepalanya. “Lalu apa hubungannya denganku?” tanyanya lagi.

Gadis itu mendecak kesal. “Dia mengharuskan semua tamu datang dan membawa pasangannya,” keluhnya.

“Kau tinggal bawa saja pasangan, apa yang susah?”

Tangan gadis itu terangkat lalu memukul lengan lelaki di depannya. Sekolahnya saja yang tinggi, memiliki gelar Magister tapi urusan seperti ini otaknya tidak sampai. Apa tujuannya meminta lelaki itu untuk datang? Ya jelas untuk meminta bantuannya. Tapi.. Arrgghhh! Menyebalkan!

“Kau tahu sendiri aku tidak memiliki pasangan. Jadi lebih baik aku meminta bantuanmu untuk menjadi pasanganku. Kau mau, kan?” ujarnya sembari memasang puppy eyes. Berharap lelaki di depannya itu mau membantunya.

“Sudah ku bilang, lebih baik kau cari pacar saja. Kau cantik, Ray. Tidak ada lelaki yang tidak menyukaimu,” usul lelaki itu.

Raya, gadis itu mendengus kesal. Ia tidak suka berhubungan dengan lelaki. Bukan, bukan karena ia tidak normal. Hanya saja, ia tidak ingin menjalin hubungan karena menurutnya itu terlalu merepotkan. Raya hanya ingin memiliki hidup yang bebas tanpa ada aturan dari siapapun. Ia tidak suka di kekang, ia ingin melakukan apapun sesuka dia tanpa ada yang melarang.

“Aku tidak minat. Berhubungan dengan lelaki terlalu merepotkan. Lagi pula aku sudah bahagia dengan diriku yang sekarang. Aku menyukai kebebasan,” balas Raya diakhiri dengan senyum smirk.

Davin, lelaki itu mendesah pasrah. Berulang kali ia mensehati sahabatnya untuk mencari pacar namun gadis itu selalu menolak. Padahal Raya adalah salah satu gadis yang menjadi incaran di unversitas tempat gadis itu belajar. Hanya saja, Raya selalu menutup pintu hatinya rapat. Tidak membiarkan siapapun untuk masuk.

Beruntung Davin adalah satu-satunya lelaki  yang bisa dekat dengan gadis itu. Itupun karena mereka adalah teman masa kecil. Kalau bukan, mungkin gadis itu tidak akan memiliki teman lelaki.

“Kalau seperti ini, selalu aku yang kau repotkan. Kau tahu berapa banyak gadis yang ku taksir berujung menjauhiku karenamu?” kesal Davin.

Sementara Raya, gadis itu hanya menampilkan cengiran lebarnya. Memang benar, setiap Davin memiliki teman kencan, Raya pasti selalu menggagalkannya. Ia hanya takut kalau suatu saat nanti Davin memiliki kekasih, lelaki itu jadi tidak peduli lagi dengannya. Selama ini hanya Davin yang selalu membantunya. Bisa dibilang, Raya telah bergantung pada Davin.

“Kalau begitu, mending kita pacaran saja,” usul Raya dengan gamblang.

Davin mendelik kemudian menyentil dahi Raya dengan pelan. “Sembarangan. Kau itu sudah ku anggap seperti adikku sendiri. Jadi mana mungkin aku menyukaimu. Aku menyayangimu sebatas adik, Ray.”

Raya memutar bola matanya malas. “Maka dari itu kau harus membantu adikmu ini,” bujuk Raya lagi. gadis itu tidak akan menyerah sebelum Davin mau menuruti keinginannya.

“Iya-iya, baiklah. Aku akan menjadi pasangan palsumu nanti malam,” putus Davin membuat Raya bersorak senang.

“Kakakku yang terbaik!” pujinya kemudian memeluk Davin dari belakang.

Davin menghela nafasnya pelan ketika melihat pakaian Raya yang selalu kurang bahan itu. “Apa kau tidak cukup uang untuk membeli pakaian, Ray?” tanyanya sinis.

Raya melepaskan pelukannya dengan wajah kesal. Ia kembali duduk di kursinya. “Ini namanya fashion!” ujarnya sembari menatap Davin.

Davin menyipitkan matanya, merasa tak suka dengan pendapat Raya. “Memakai baju seperti itu akan membuat tubuhmu kedinginan. Udara hari ini lebih dingin dari kemarin-kemarin,” ujar Davin memperingati Raya.

“Tapi aku tidak merasa kedinginan. Aku nyaman dengan apa yang ku pakai sekarang. Ayolah, Vin. Kau tahu aku tidak suka diatur, jadi berhentilah mengaturku, oke?”

"Lalu bagaimana kalau kau menikah nanti? Suamimu pasti akan mengaturmu," ujar Davin.

"Aku tidak ingin menikah. Kau tahu itu," tandas Raya.

Davin tak lagi memprotes tentang pakaian Raya. Lelaki itu memilih diam dan memutuskan untuk memesan makanan. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Kedua orang itupun sudah menghabiskan makan malamnya.

Davin tengah membersihkan bibirnya dengan tissue. “Bagaimana kuliahmu?,” tanyanya pada Raya yang tengah memakan dessertnya.

Gadis itu menaikkan pandangannya. “Biasa saja. Tidak ada yang menarik,” jawabnya.

“Bukankah sebentar lagi kau akan lulus? Setelah lulus ingin kerja dimana? Bagaimana kalau di kantorku saja? Perusahaan tempatku bekerja adalah perusahaan hotel terbesar di kota ini. Kau bisa melamar bekerja di sana,” usul Davin.

Saat ini lelaki itu tengah bekerja di sebuah hotel ternama di kota ini. Bahkan banyak orang yang ingin bekerja di sana. Namun karena peraturannya yang super ketat, membuat beberapa orang tidak diterima di perusahaan itu.

Raya menggelengkan kepalanya. Merasa tidak ingin mengikuti usualan Davin. “Aku tidak ingin. Aku ingin menjadi traveller. Menjelajahi dunia, bukankah itu lebih menarik? Aku akan merasa jauh lebih bebas,” katanya sembari menampilkan senyuman lebar.

Gadis itu terlihat tengah membayangkan bagaimana bahagianya jika ia bisa mewujudkan cita-citanya. Menjadi traveller adalah impiannya sejak dulu. Mengarungi berbagai negara sekaligus menambah wawasannya.

Davin hanya mengangguk saja. Toh, percuma juga menasehati gadis keras kepala seperti Raya. Lelaki itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. “Aku pulang lebih dulu,” ujar Davin.

Raya menatapnya tak rela. “Kenapa cepat sekali?”

“Ada hal yang harus aku selesaikan,” kata lelaki itu kemudian melepaskan jaket demin yang dikenakannya. Kemudian menyampirkan jaket itu ke kedua bahu Raya.

“Udara sedang dingin dan jangan pulang terlalu malam,” peringatnya kemudian berlalu meninggalkan Raya sendiri.

Bab terkait

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Apa Kau Gila?

    Brakk!!Seorang gadis cantik dengan dress berwarna merah itu tampak terkejut dalam duduknya. Beberapa lembar foto dirinya dengan lelaki terpampang jelas di sana. Mulutnya terbuka, masih syok melihat itu. Kemudian ia menaikkan pandangannya, menatap wajah lelaki di depannya. Wajah itu tampak tegang. Rahangnya mengetat. Guratan emosi terpancar jelas. Mengeluarkan aura intimidasi yang mampu membuat nyali gadis itu menciut.“Apa maksudmu?” tanya lelaki itu dengan suara rendah, menahan emosinya agar tidak meledak di hadapan gadis itu.Sementara gadis itu merundukkan kepalanya. Tak berani menatap mata elang lelaki itu. “A-aku…”“Kenapa kau tega melakukan ini padaku?!” bentak lelaki itu. Tak mampu lagi menahan gejolak emosi dalam dirinya.Rasa marah, kecewa, serta sakit semuanya berpadu menjadi satu. Gadis itu, satu-satunya gadis yang sangat ia cintai, yang sangat ia kasihi, ternyata bermain belakang dengan lelaki

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Menjadi Pasangan

    Raya langsung menarik lengan lelaki itu yang terentang. Membuat lelaki itu terhuyung ke belakang. Karena posisi Raya berada di belakang lelaki itu, otomatis ketika lelaki itu terjatuh ke belakang, badannya menimpa Raya. Alhasil keduanya jatuh dengan posisi lelaki itu berada di atas tubuh Raya.Tatapan Raya memaku pada wajah lelaki yang berada di atasnya. Lelaki itu terlihat tampan meski dalam keadaan gelap seperti ini. Tatapan tajam lelaki itu membuat Raya tak mampu untuk sekedar mengalihkan pandangan barang sedetik saja. Bahkan aroma tubuhnya yang maskulin begitu memanjakan indra penciuman Raya. Raya mengerjap pelan seperti tersadar ke alam sadarnya. Ia segera mendorong lelaki itu dengan kasar. Membuat lelaki itu terguling ke samping.Raya segera bangkit dari posisinya. Gadis itu menepuk pelan pantatnya yang kotor. Ia menatap geram lelaki yang kini tengah duduk dengan posisi kaki di tekuk. Mata lelaki itu menatap kosong ke sungai yang ada di depannya. Raya yang niatny

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Trending Topic

    Raya menatap layar televisi dengan kesal. Bagaimana tidak? Sekarang semua saluran menayangkan berita tentang Edard Stollin yang jalan dengan gadis lain yang bukan tunangannya. Dan parahnya lagi, gadis itu adalah dirinya sendiri. Membuat Raya merasa seperti gadis selingkuhan Edard. Lagi pula bukannya lelaki itu tidak memiliki kekasih? Ah, lebih tepatnya baru saja putus karena ditinggalkan oleh pacarnya.Raya memijat kepalanya yang mendadak pusing. Merasa menyesal karena telah menjadikan Edard sebagai pasangan sewaannya yang malah berujung menyusahkan seperti ini. Seharusnya ia tidak menolong Edard saat itu. Biarkan saja lelaki itu bunuh diri, toh itu bukan hal yang penting untuk Raya.“Argghhh! Menyebalkan!” pekik Raya sembari memukuli bantal yang ada dipangkuannya.Hari ini gadis itu sedang tidak ada kelas. Biasanya ia akan pergi berjalan-jalan atau sekedar me time. Bukannya Raya tidak memiliki teman. Banyak gadis yang ingin berteman dengan Raya. Han

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-02
  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Calon Istri

    Kening Raya mengkerut dalam saat mobil yang di kendarai oleh Edard berhenti di sebuah toko berlian yang terkenal di kota ini. Pikirannya menerka-nerka bantuan apa yang dibutuhkan lelaki itu di tempat ini? Meminta Raya untuk memilihkan perhiasan untuk kekasihnya barunya? Atau mungkin kekasihnya yang kemarin sudah kembali? Ah, entahlah. Raya tidak peduli dengan itu. Toh, bukan urusan dia juga. Tujuannya hanya ingin balas budi lalu setelah itu selesai.Tangan Edard terulur menyentil kening Raya yang mengkerut dengan pelan. “Jangan terlalu dalam, nanti cepat tua,” ujarnya pelan.Raya melotot mendengar ucapan Edard. Ia menepis kasar tangan lelaki itu yang masih bertengger di keningnya. “Jauhkan tanganmu! Aku tidak mau ada gosip baru yang muncul di media,” ketusnya.“Kita jalan berdua seperti ini saja sudah menimbulkan gosip,” sinis Edard membuat Raya mencebik kesal.Malas berlama-lama dengan Edard, Raya memilih untuk keluar

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-03
  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Menikahlah Denganku

    “Apa otakmu sudah hilang? Bisa-bisanya kau mengatakan kalau aku adalah calon istrimu!” marah Raya ketika mereka sedang berada di perjalanan pulang.Nafas gadis itu terdengar memburu. Dadanya naik turun menandakan ia tengah emosi. Matanya menatap ke jendela. Ia kesal dengan sikap Edard yang seenaknya. Bagaimana bisa lelaki itu mengatakan kalau ia adalah calon istrinya?Menjadi istri? Itu bukanlah keinginan Raya. Dalam kamus hidupnya, ia tidak pernah menginginkan status istri. Ia hanya ingin hidup dengan dirinya sendiri. Hidup bebas tanpa ikatan adalah impian Raya sejak dulu. Ia tidak mau membuang waktu berharganya hanya karena urusan percintaan. Ia tidak peduli dengan tanggapan orang lain, yang ia butuhkan adalah kebahagiaan untuk dirinya.Edard membuang nafas pelan. Mata lelaki itu masih fokus menatap ke jalan. Ia tahu ini kalau Raya kesal padanya. Ia juga menyadari itu. Kalau ia yang berada di posisi Raya, ia pasti juga akan melakukan hal yang sama.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05
  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Sebatas Formalitas

    Raya berjalan menyusuri koridor gedung fakultas hukum. Kedua tangannya mendekap tumpukan buku tebal. Wajahnya terlihat kusut. Bibirnya tak henti menggerutu. Hari ini mood-nya benar-benar buruk. Bagaimana ia tidak kesal? Tadi ketika ia baru berangkat, tiba-tiba ia diserbu oleh banyak gadis terutama oleh Scarlett and the gank.Awalnya ia bingung apa yang membuat mereka menyerbunya, namun ketika Scarlett menyebut nama Edard, Raya jadi mengerti apa permasalahannya. Terlebih lagi dengan berita yang menyebutkan kalau Raya akan menikah dengan Edard yang beredar di berbagai acara gosip dan berita di media sosial.Tentu saja hal itu memicu berbagai argument. Apa lagi Scarlett. Gadis itu bahkan menyindir Raya kalau selama ini Raya tidak mau berhubungan dengan lelaki lain karena tidak memenuhi kriterianya. Jadi ketika Edard mendekatinya dan mengajak menikah, Raya langsung menerima karena menurut Scarlett, siapa sih yang bisa menolak pesona seorang Edard Stollin? Ada! Itu Raya men

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-12
  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Pernikahan

    Raya menatap dirinya di pantulan cermin besar di depannya. Kemudian menghembuskan nafasnya pelan. Apa mungkin ini keputusan terbaik yang ia pilih? Apa mungkin setelah ini hidupnya akan tetap berjalan seperti sebelumnya? Setelah berdebat panjang dengan Edard, akhirnya Raya bersedia membantu Edard dengan syarat pernikahan ini hanya sebagai formalitas saja. Tidak ada yang namanya pernikahan sungguhan. Raya juga bebas melakukan apapun dan pernikahan dilangsungkan secara privat. Raya tidak ingin menjadi bullyan di kampusnya hanya karena ia menikah. Tanpa banyak pertimbangan, Edard pun menyetujui syarat dari Raya. Karena yang ia butuhkan saat ini hanyalah pengantin pengganti.Tepat setelah menyetujui persayaratan itu, hari ini mereka melangsungkan pernikahan dan sesuai dengan permintaan Raya, pernikahan ini dilangsungkan dengan privat. Tidak ada yang tahu kecuali Davin, sahabat Raya. Untuk orang tua Edard, beruntungnya mereka tidak bisa hadir karena masih ada urusan bisnis. M

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Kartu Kredit

    Seharusnya, Edard menjelma menjadi lelaki paling bahagia karena bisa menikah dengan gadis cantik seperti Raya yang kini sudah sah menjadi istrinya. Baik secara agama maupun hukum.Seharusnya, sebagai pengantin baru, Edard bisa menikmati moment penting bersama istrinya seperti tidur seranjang.Seharusnya juga, Edard merasakan bagaimana rasanya dilayani dengan baik oleh istrinya seperti Papanya dulu.Tapi semua itu sepertinya hanya ada di dalam imajinasinya saja. Jangankan untuk dilayani, diizinkan masuk ke kamar sama tidak.Edard ingat betul bagaimana Raya memberinya satu bogem mentah ketika Edard masuk ke kamar ketika Raya sedang berganti pakaian. Bukankah seharusnya itu biasa saja karena mereka sudah suami istri?Tapi kembali lagi, rupanya Edard melupakan sesuatu. Ia lupa kalau pernikahan ini hanya di atas kertas. Raya mau menikah dengannya hanya sebatas memberi bantuan.Raya tidak meminta cerai di hari pertama mereka menikah saja itu sudah

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23

Bab terbaru

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Bertemu Jean

    Sumpah serapah jelas keluar dari bibir Raya apalagi saat mengingat bagaimana dengan gamblangnya, Edard melayangkan satu kecupan manis di bibirnya tanpa permisi.Hei! Bibir Raya yang awalnya masih suci jelas ternodai oleh tindakan Edard yang menurutnya kurang ajar. Ya, jelas saja kurang ajar meskipun mereka sudah menikah, tapi meraka menikah hanya di atas kertas. Tapi kenapa Edard selalu bersikap kalau mereka ini menikah sungguhan? Sangat menyebalkan.Raya tersentak saat merasakan sesuatu yang dingin menyentuh kedua pipinya. Ternyata itu Edard yang baru saja menempelkan sebotol minuman dingin ke pipinya."Ish!" Dengus Raya dengan sebal. Ia mengusap pipinya yang basah karena embun minuman itu.Edard duduk di sebelah Raya yang tampak cemberut. Lelaki itu tertawa pelan melihat ekspresi kesal milik gadis itu. Terlihat sangat menggemaskan. Bahkan Edard baru menyadari kalau istrinya itu menggemaskan.Saat ini mereka tengah duduk di sebuah taman kota. Sore hari yang cukup cerah. Apalagi Raya y

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Tak Terduga

    "Biar aku yang antar kamu ke kampus."Raya yang sedang menyisir rambutnya itu sontak memalingkan wajahnya menatap Edard yang sudah berdiri di ambang pintu. Kening gadis itu mengernyit, sedikit heran dengan keinginan Edard yang tiba-tiba itu? Tumben sekali, biasanya Edard lebih mengutamakan berangkat pagi ke kantor."Tumben. Kesambet apa kamu? Tapi nggak usah, aku bisa berangkat sendiri," kata Raya lagi.Ia hanya malas saja jika nanti Edard akan merecokinya sepanjang perjalanan. Lelaki itu sangat bawel jika menyangkut dirinya. Membuat Raya risih.Edard melangkah masuk ke kamar sembari bersedekap dada. Menatap Raya dengan pandangan menilik."Kamu mau bertemu dengan lelaki itu, ya? Makanya tidak mau aku antar," tuduh Edard.Yah, bukannya ia berniat menuduh Raya. Hanya saja ia tidak suka melihat Raya berdekatan dengan lelaki kemarin. Bahkan kelihatannya mereka cukup akrab. Siapa lelaki itu? Bukankah kata Davin, Raya tidak suka berdekatan dengan lelaki manapun selain Davin?Raya mendelik m

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Perkara Boneka

    Alis Raya mengerut dalam kala melihat seorang wanita memeluk Edard dengan mesra. Bahkan wanita itu dengan beraninya mencium Edard di depan Raya. Hei! Apa dia tidak lihat kalau Edard bersama orang lain? Siapa sih wanita itu? Bisa-bisanya bersikap agresif terhadap lelaki yang bukan mukhrimnya. Ditambah lagi Edard sepertinya tidak risih dengan kehadiran wanita itu. Buktinya lelaki itu malah mengulas senyum lebar.Raya menatap sekeliling. Banyak sekali orang yang memperhatikan dirinya dengan tatapan iba. Sial! Ia merasa seperti nyamuk disini. Lebih baik ia pergi saja. Toh, untuk apa melihat kemesraan dua orang yang tak tau malu itu. Buang-buang waktu saja.Raya berniat melangkahkan kakinya meninggalkan Edard. Namun lengannya dicekal oleh Edard. Raya meliriknya sinis."Je, kenalkan ini Raya," ujar Edard sembari merangkul pundak Raya.Raya menggerakkan bahunya risih akan keberadaan tangan Edard. Wanita yang dipanggil "Je" itu menatap Raya dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai. Waja

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Siapa Dia?

    Raya menepuk pipinya berulang kali. Pikirannya masih melayang pada insiden tadi pagi. Bisa-bisanya Edard bersikap tidak senonoh padanya. Sembarangan menciumnya. Tentu saja hal itu membuat Raya kesal. Tapi, selain rasa kesal, perasaan aneh lebih mendominasi dirinya.Bahkan jantungnya seperti bekerja dua kali lebih cepat saat Edard menciumnya. Memang hanya sekilas, tapi tetap saja. Ini adalah yang pertama bagi Raya. Wajar jika Raya merasa aneh.Ditambah lagi dengan panggilan "sayang" yang lelaki itu sematkan. Sial! Kesambet apa dia sampai berubah jadi semanis itu. Ingin membuat Raya jatuh cinta? Tidak semudah itu. Apalagi hanya dengan ucapan manis, Raya sudah sering mendapatkan itu dari Sam yang sangat menyukainya.Perkara kejadian itu, Raya memutuskan untuk mengurung diri di kamar daripada harus bertemu dengan Edard. Berhubung ini hari libur, sudah pasti lelaki itu ada di rumah. Untung saja Emily sedang pergi bersama teman-temannya. Jadi ia tidak perlu berakting menjadi istri Edard se

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Morning Kiss

    Kicauan burung kian terdengar bersahutan. Mengusik tidur tenang gadis yang masih setia di bawah gulungan selimut. Sinar mentari pun sudah naik. Menerobos masuk melalui kaca jendela.Gadis itu melenguh pelan. Tangannya terentang, meregangkan otot-otot. Selimut itupun tersibak, menampakkan gadis yang tengah mengusap kedua wajahnya.Gadis itu beranjak duduk dan menilik jam yang ada di nakasnya. Waktu menunjukkan pukul 7 pagi. Beruntung ini hari minggu, ia tidak perlu berangkat kuliah.Raya, gadis itupun bergegas turun dari ranjangnya dan berjalan menuju walk in closet. Berniat untuk mencuci mukanya.Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu. Pikirannya langsung tertuju pada Edard. Semalam ia mengunci kamarnya, sudah pasti lelaki itu tidak bisa masuk. Lantas dimana lelaki itu tidur?Raya menggelengkan kepalanya. Untuk apa ia memikirkan Edard? Masalah lelaki itu tidur dimana saja bukanlah urusannya. Toh, rumahnya ini memiliki banyak kamar. Jadi tidak perlu berlebihan.Meskipun jika Emily melihatn

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Ketahuan

    Kedua netra yang bertabrakan itu saling memutuskan kontak. Raya melengos begitu saja dan masuk ke dalam tanpa peduli dengan Edard yang terus memperhatikannya. Biar saja, demi apapun Raya membenci Edard yang egois seperti ini. Sudah memiliki kesepakatan namun dengan seenak jidatnya Edard mengubah kesepakatan itu. Ia pikir Raya akan setuju? Cih!Raya berjalan menuju kamarnya lalu mengunci pintu. Terserah bagaimana nanti Edard menjelaskan pada Emily perihal mereka yang tidak tidur satu kamar. Salah siapa mencari masalah dengan Raya.Sementara itu, Edard yang kini tengah berbaring di sofa ruang keluarga tampak termenung. Pandangannya menatap lurus ke plafon di atasnya. Memikirkan tindakannya barusan. Apa ia salah mengatakan itu pada Raya? Atau mungkin, apa ini terlalu cepat sehingga Raya belum siap menerimanya?"Sedang apa, Ed?" Edard tersentak kaget ketika mendapati Emily berjalan ke arahnya. Lelaki itu menilik jam yang tergantung di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Edar

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Bertengkar

    Raya lantas membeku kala mendapati Edard tengah berbaring di ranjangnya. Lelaki itu berbaring dengan lengan yang ditekuk untuk menumpu kepalanya. Matanya menyorot tajam ke arah Raya yang masih mematung di ambang pintu."Kenapa baru pulang?" tanya Edard dengan nada yang dingin. Wajahnya terlihat datar, tidak sumringah seperti biasanya.Raya menelan salivanya kelat. Sial! Kenapa Edard bisa berada di kamarnya? Bukankah lelaki itu belum pulang? Bahkan mobilnya saja tidak ada di parkiran.Raya menaikkan pandangannya serta menatap Edard dengan acuh. Setidaknya ia tidak boleh terlihat takut, toh bukannya di perjanjian kemarin tidak boleh ikut campur dalam urusan pribadi? Edard juga sudah menyetujui itu. Lantas kenapa sekarang lelaki itu menyalahi perjanjiannya?Raya menutup pintu lalu melangkah masuk. Tidak enak kalau nanti di dengar oleh Emily. "Apa urusannya sama kamu? Mau aku pulang jam berapa dan pergi kemana, itu bukan urusanmu," ketus Raya sembari meletakkan tas jinjingnya ke atas mej

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Gadisku

    "Maaf menunggu lama," ujar Raya.Gadis itu baru saja dari kamar mandi. Meninggalkan Egar cukup lama. Egar menoleh, lalu mengulas senyum tipisnya. "Nggak papa," ujarnya.Kemudian Egar menyerahkan ponsel di genggaman tangannya pada Raya. Gadis itu mengernyitkan kening mendapati ponsel miliknya berada di tangan Egar lalu mengambilnya."Kenapa ada di kamu?" tanya Raya bingung.Pasalnya, sebelum ke kamar mandi, ponsel itu berada di atas meja kerjanya. Lalu sekarang ada pada Egar, terlihat aneh bukan? Tidak salahnya juga kan kalau Raya menaruh curiga pada lelaki itu?Egar tersenyum canggung. "Ponselmu berdering sejak tadi. Jadi aku-""Kau mengangkatnya?" Sela Raya.Egar mengangguk. "Iya. Maaf, Ray."Raya memejamkan matanya kesal. Bagaimana bisa Egar selancang itu mengangkat telepon miliknya? Dengan segera Raya mengecek siapa yang baru saja menelponnya.Mata gadis itu membuka begitu mendapati banyak pesan dan juga panggilan tak terjawab. Damn! Jika itu dari Davin, maka Raya tidak akan pedul

  • Tiba-tiba, aku bersamamu   Khawatir

    "Apa kabar, Bu?" tanya salah satu pegawai yang berada di pintu masuk menyambut kedatangan Raya.Raya tersenyum kecil. "Baik. Kalian bagaimana?" tanyanya kembali."Kami baik-baik saja, Bu. Apalagi sekarang restaurant milik kita ramai pengunjung. Jelasnya, omset per-bulan juga ikut melonjak drastis," paparnya pada Raya.Raya hanya tersenyum tipis. Pengaruh tangan Edard memang cukup kuat. Meskipun Raya sudah berkali-kali menolak, namun Edard tetap keras kepala ingin membantu mengembangkan usahanya.Sekarang lihat saja, ada banyak perubahan interior di setiap sudut ruangannya. Dan pastinya semua itu menghabiskan uang yang tidak sedikit. Pernikahan pura-pura ini, kenapa rasanya seperti nyata? Bahkan Edard kerap kali ikut campur dalam urusan pribadinya. Sangat berbeda dengan kesepakatan di awal."Mari masuk, Bu."Pegawai itu mengantar Raya untuk masuk ke ruang kerjanya. Raya pun menurut. Ah, dia lupa. Gadis itu menoleh ke belakang, mendapati Egar yang tersenyum ke arahnya."Ayo, Gar." Ray

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status