“Tunggu sebentar, aku ingin memberitahu sesuatu kepada Rebecca.” Pintanya dengan lembut, terpaksa genggaman tangan dilepaskan oleh Christopher namun tetap berada di dekat istrinya. Dirinya tidak mau jika nanti Rebecca berbuat nekat.
“Apalagi? Ingin menghinaku karena kalah telak darimu? Cih!! Jangan sombong dulu, setelah keluar dari sini, akan aku pastikan, balasan yang aku lakukan lebih dari sebelumnya!” ancam Rebecca membuat Agatha sedih.
“Sampai begitu bencinya denganku sampai dendamu selalu dibawa di penjara, padahal aku tidak pernah memiliki salah terhadapmu. Hanya karena aku memiliki Christopher, membuatmu menjadi gelap mata. Hati tidak bisa di paksa, mau esok kamu balas dendam bagaimana pun tetap tidak bisa mengubah keadaan jika tidak bisa memiliki Christopher. Aku kecewa terhadapmu karena sudah tega terhadapku bahkan bisa di bilang membahayakan nyawaku, namun, aku sudah memaafkanmu. Aku berharap, setelah ini hapus semua dendamu kepa
Pagi hari, Agatha juga Christopher sudah berpenampilan rapi dan kini tengah sarapan bersama di meja makan. Tidak ada obrolan yang ingin di bahas oleh keduanya karena sibuk dengan pemikiran masing-masing.“Saya permisi dulu, Tuan.” Pamit Agatha setelah selesai makan.“Mau kemana?” tanya Christopher heran.“Berangkat bekerja, Tuan.” Jawab Agatha membuat Christopher yang hendak meminum susu, kembali meletakkan gelasnya.“Tidak boleh, kamu belum sembuh. Minggu besok baru kerja,” tolak Christopher.“Saya sudah merepotkan anda satu bulan ini, kini, giliran saya menebus kebaikan anda dengan bekerja giat. Saya sudah sembuh,” pinta Agatha.“Sekali tidak, maka tidak! Jangan membantah perintah suami.” Tolak Christopher dengan tegas.“Suami kontrak, Tuan….” Tegur Agatha membenarkan.“Ah! Apalah itu, terpenting saya suamimu! Sana k
Di perjalanan menuju rumahnya, Christopher menanyakan mengapa tadi tersenyum sembari memperlihatkannya?“Memang ada yang salah dengan bersikap tersenyum?” tanya Agatha heran.“Tidak ada yang salah, hanya saja, apa yang ada di pikiranmu saat itu?” tanya balik Christopher.“Suka saja melihatmu berkomunikasi dengan anak kecil bisa ramah seperti itu.” Jawab Agatha dengan polosnya, membuat Christopher tersinggung.“Menurutmu, selama ini aku bagaimana?” tanya suaminya meminta kepastian.“Ya…. begitulah, ayo segera pulang, cuaca mendung, Tuan.” Jawab Agatha mengalihkan obrolan.“Apa kamu suka anak kecil?” tanya Christopher.“Tentu saja suka, terlebih seperti Ken, yang tampan juga pintar.” Jawab Agatha.“Kalau begitu, setelah sampai rumah, kita buat yang lebih baik dari Ken.” Ucap Christopher dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.&
Setelah selesai melakukan kewajiban suami istri, Christopher terus memandangi istrinya yang tidak berhenti menangis. “Apa yang membuatmu sangat bersedih, Agatha?” tanyanya dengan heran.“Harusnya anda tau, kita tidak diperbolehkan untuk sampai sejauh ini! Mengapa anda melanggarnya!” protes Agatha dengan suara terisak.“Bukankah ini sebuah kewajiban? Kami sama-sama terlena dengan permainan.” Tanya Christopher.“Seharusnya anda lebih bisa menahannya!” protes Agatha.“Kamu tidak ikhlas sudah memberikannya kepadaku? Mau bagaimana pun juga aku ini suamimu, bukan orang lain yang hanya bermodalkan janji setelah itu ditinggal.” Tanya Christopher memastikan.“Saya menyesal karena tidak memberikan kepada suami sungguhan, sedangkan kita hanya sebatas kontrak.” Jawab Agatha membuat Christopher tidak suka.“Lalu kamu mau apa?” tantang Christopher menatap istrinya dengan d
Agatha sudah berpenampilan rapi dan juga wangi, itu menandakan, jika mulai hari ini sudah kembali bekerja. Sebenarnya, Christopher tidak suka melihat istrinya harus capek bekerja, namun, jika terus berada di rumah, yang ada membuatnya cepat bosan.Sampai sekarang, Christopher belum menemukan ide yang bagus untuk membukakan usaha.“Sudah siap?” tanya Christopher memastikan.“Sudah, Tuan. Sebentar lagi, taksi online pesanan saya juga akan tiba.” Jawab Agatha membuat Christopher kesal.“Siapa yang menyuruhmu memesan taksi online?” tanya Christopher penuh penekanan.“Bukankah setiap hari seperti itu, kita berangkat sendiri-sendiri?” tanya balik Agatha heran.“Itu dulu! Mulai sekarang dan seterusnya, baik berangkat maupun pulang, wajib bersama.” Jawab Christopher secara tiba-tiba.“Kenapa anda selalu membuat keputusan secara tiba-tiba?” protes Agatha kesa
“Berani sekali mengabaikan saya!” protes Christopher menatap istrinya tajam.“Apa mau anda?” tantang Agatha.“Mari kita membuat seluruh kantor terkejut,” jawab Christopher tak kalah menantang.“Dengan cara?” tanya Agatha penasaran.“Sebentar lagi, akan saya kumpulkan semua karyawan di aula untuk mengumumkan pernikahan kita.” Jawab Christopher sangat membuat Agatha terkejut.“Anda sudah tidak waras, Tuan! Saya menolaknya!” tolak Agatha.“Saya tidak peduli pendapatmu.” Jawab Christopher keluar dari ruangan istrinya lalu memerintahkan assistennya agar semua karyawan berkumpul di aula.Tidak berselang lama, semua karyawan sudah berkumpul dengan perasaan tidak menentu, tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja mereka di kumpulkan di aula tanpa informasi yang jelas. Bahkan, assisten Christopher saja tidak mengetahui alasann
“Jika bulan depan kita mengadakan resepsi, apa nantinya tidak menjadi gunjingan jika dua bulan kemudian bercerai?” tanya Agatha membuat suaminya mendadak kesal.“Siapa yang akan bercerai? Tidak ada perceraian!” bantah Christopher.“Perjanjian pernikahan kita?” tanya Agatha memastikan.“Biar itu menjadi urusan saya, satu yang perlu kamu tahu, tidak akan ada percerain yang terjadi, kecuali maut yang memisahkan, mengerti, Agatha Cecillia?” jawab Christopher semakin membuat istrinya terpojok, tidak bisa berkutik, akhirnya Agatha hanya pasrah saja dengan hal yang sebentar lagi terjadi.“Bagaimana bisa dia yang membuat perjanjian, malah kini menolak dengan keras untuk selesai?” batin Agatha merasa heran, namun perasaan itu tidak sebanding dengan berdebar jantungnya ketika sang suami semakin mendekatkan dirinya.“Aku menginginkanmu seutuhnya,” bisik Christopher di telinga Agatha yang
Setelah kepergian pengacara keluarga suaminya, kini Agatha menatap Christopher dengan sangat tajam juga dalam. “Apa maksud dari semua ini, Tuan? Saya butuh penjelasan!”“Semua sudah jelas, saya ingin pernikahan kita resmi, bukan lagi sebuah sandiwara.” Jawab Christopher dengan mudahnya.“Mengapa tiba-tiba?” tanya Agatha memastikan.“Bukan tiba-tiba, semua sudah ada di dalam pikiran saya sejak bulan lalu, namun baru terelesiasikan sekarang. Apa kamu tidak menyukainya?” tanya balik Christopher.“Apa yang membuat anda ingin pernikahan ini menjadi resmi?” tanya Agatha memastikan.“Karena…..” jawab Christopher terpotong.“Karena sudah mengambil mahkotaku? Lalu anda merasa kasihan, jadinya terpaksa pernikahan ini resmi, begitu, Tuan?” tebak Agatha dengan senyum tipis.“Kamu salah paham!” tegur Christopher kesal.“Bukankah tadi
“Halo, Kak, Ibu sudah meninggal.” Ucap Agatha melalui sambungan telepon.“APA!!! Bukankah sebelum aku pergi, keadaan Ibu baik-baik saja? Ini gak mungkin!” pekik Axel Gordon Cameron sangat terkejut.“I-ibu meninggal ketika selesai menyaksikan akad nikahku.” Ucap Agatha dengan suara isak tangis yang sangat jelas.“Kamu menikah? Dengan siapa? Mengapa tiba-tiba? Sebenarnya ini ada apa!” tanya Axel dengan beruntun. Belum selesai rasa keterkejutannya dengan kabar Julianna meninggal, kini harus menerima sebuah kabar baru, jika adiknya tiba-tiba menikah tanpa memberitahu padanya.“Dengan bos di kantor tempatku bekerja, Kak.” Jawab Agatha.“Jangan dulu makamkan Ibu, tunggu aku pulang! Dan masalah pernikahanmu, aku mau mendengarnya secara langsung denganmu serta suamimu!” perintah Axel lalu panggilan terputus begitu saja.Agatha memiiliki kakak laki-laki yang kini be