" Reza bagaimana caranya kita pulang hari ini " ujar Arkan dengan mengaduk-aduk kopinya mengunakan sendok. " Ya Allah pak. Kita baru saja sampai di kota Surabaya 2 jam yang lalu. Dan sekarang anda sudah memikirkan pulang ke Jakarta? maaf pak, anda harus menyelesaikan pekerjaan di sini terlebih dahulu baru bisa pulang ke Jakarta." Reza sampai tidak habis pikir dengan Arkan. Mereka baru saja sampai ke Surabaya, tapi Arkan sudah langsung memikirkan pulang ke Jakarta. Arkan menatap Reza. " Kamu tidak kasihan kepada saya?" Reza menggeleng. " Tidak pak. Anda harus fokus menyelesaikan pekerjaan di sini. " Kamu gak tahu kan saya sedang khawatir dan panik?" terlihat jelas wajah Arkan sedang khawatir dan panik secara bersamaan, walaupun sebisa mungkin untuk tenang. Reza menggeleng. " Tidak pak. " Istri saya dari tadi di telepon gak di angkat. Kayak mana saya tidak panik dan khawatir kepadanya." Arkan sampai pusing karena teleponnya tidak di angkat dengan istrinya. " Insyaallah istri an
" Reza pesankan tiket pesawat, saya akn pulang ke Jakarta hari ini juga." tutur Arkan yang sudah sangat ingin langsung pulang ke Jakarta " Tapi pak pekerjaan kita di sini masih belum selesai." Reza langsung menyahut ucapan Arkan barusan. " Itu bagian kamu yang menghandle pekerjaannya. Saya minta cari tiket pesawat ke Jakarta secepatnya." " Ya." Reza mengangguk dengan mudah mencari tiket pesawat secepatnya untuk Arkan. " Saya duluan balik ke penginapan sekalian kemasi barang bawaan saya." " Tapi pak ini kita masih bekerja dan anda belu--" " Tolong handle pekerjaan saya. Selesai pekerjaan kamu di sini akan saya kasih kamu cuti bagaimana?" " Betul nih?" tanya Reza yang ingin memastikan. Arkan mengangguk. " Ya, satu hari." " Loh kok cuman satu hari?" " Yang penting kamu cuti. Pilih mana saya kasih cuti satu hari atau tidak ada sama sekali?" " Pak Arkan sudah saya pesankan tiket pesawat anda, semoga sampai di rumah dengan selamat. Saya akan ambil cuti setelah selesai dari
" Sayang kamu kenapa?" Arkan menatap serius wajah Aisyah yang. dari tadi hanya diam.Aisyah menggeleng kepalanya dengan memainkan jari-jarinya. Arkan menggenggam tangan Aisyah dengan lembut dan" Kamu jangan pikirkan yang kemarin. Pulang kamu kuliah aku jemput sekalian kita jelaskan dengan teman kamu soal kita." Setelah keluar dari mobil Aisyah berjalan masuk ke dalam kampus. Di pertengahan jalan Aisyah melihat Nurul sedang berjalan menuju kelas dan Aisyah langsung menghampiri Nurul dengan memberikan senyuman kepada Nurul.Abian yang ingin berjalan masuk ke dalam kampus melihat anak didiknya yang sedang berjalan juga ke arah kelas. Membuat pria itu langsung mendekati dengan memberi proposal mahasiswa kepada salah satu anak didiknya." Tolong bawa ke kelas." Abian memberikan beberapa proposal mahasiswa kepada Aisyah." Tapi pak kena--" Aisyah yang ingin protes tapi tidak jadi melanjutkan protesnya." Kamu keberatan?" tanya Abian dengan menatap Aisyah." Silahkan pak Abian jalan duluan
Semilir angin sore menerpa wajah kedua perempuan yang sedang tertawa di depan sana. Membuat dua pria yang sedang mengamati itu ikut tersenyum melihatnya, seperti sudah di takdir kan bersama mereka terlihat sangat bahagia. Walaupun ke depannya tidak bisa di prediksi apa yang akan terjadi." Dua bidadari sedang tertawa di bumi." Reza dan Arkan ikut duduk di kursi taman." Bidadari dari mana!?" tanya Aisyah kepada Reza." Bidadari nyasar dari Aceh ke Jakarta." sahut Nurul yang menjawab pertanyaan Aisyah." Hahahaha.... aneh ya, orang ini." Aisyah dan Nurul tertawa bersama dengan jawaban dari Nurul sendiri.Nurul mengangguk setuju. " Hoh'o." " Sayang.." panggil Arkan.Aisyah menoleh. " Apaan?" " Aisyah aku kok gak di panggil juga." protes Nurul dengan berbicara bisik kepada Aisyah." Gila kau heh! sana noh cari lakik supaya bisa di panggil gitu juga." " Santai dong. Gak aku ambil gak, suami kau." " Kalau kau ambil pun aku bisa cari yang lain." Nurul menggeleng kepalanya tidak percaya
Malam harinya di dalam kamar pasutri double A itu tengah duduk di sofa dengan memakan oleh-oleh dari kota Surabaya yang di titip beli dari Reza. " Sayang aa~ buka mulutnya." Aisyah menggeleng. " Gak mau." Arkan pura-pura ngambek karena tidak di pedulikan dengan Aisyah yang sibuk dengan memakan oleh-oleh dari kota Surabaya itu. Seperti bocah tantrum yang tidak di pedulikan oleh orang tuanya membuat Arkan merengek dan menarik baju Aisyah dengan pelan." Sayang..." " Hm." " Kamu lihat sini dulu. Sayang.." " Ingat umur." ujar Aisyah dengan menepuk pelan kening Arkan.Arkan menghela napas dengan mengerutkan bibirnya." Aku punya sesuatu buat kamu." ujar Arkan yang ingin memberikan hadiah kepada Aisyah." Apaan?" tanya Aisyah kepo." Cium dulu." pinta Arkan yang membuat Aisyah mendengus.Aisyah menggeleng. " Gak lah, mending gak usah." " Kamu gak mau cium, aku tetap mau cium kamu." CupArkan mengecup bibir Aisyah sekilas dengan tersenyum manis sekali kepada Aisyah. Setelah itu berjal
" Sayang jangan pergi." pinta Arkan dengan memainkan tangan Aisyah yang berada di tangannya." Kan tadi kita udah sepakat kalau aku boleh pergi. Aku juga pergi gak lama, karena mau ngambil tugas sama Nurul di tempat kerjanya." " Sayang suruh teman kamu aja yang antar ke sini. Kamu jangan pergi." saran Arkan." Gak bisa dia kerja, mau es krim gak?" Aisyah menggeleng kepalanya dengan mencoba membujuk Arkan." Gak mau, mau kamu aja." " Harus mau dong, nanti setelah aku pulang ambil tugas aku beliin kamu es krim." " Gak mau sayang." kekeh Arkan dengan menggeleng kepalanya." Terus aku harus di sini aja gitu? gak usah kuliah, gak usah ngapain-ngapain di samping kamu aja. Mau jadi apa aku hah aku tanya?" ucap Aisyah yang udah habis kesabaran menghadapi Arkan yang mode on bocah." Sayang.." panggil Arkan dengan menatap wajah Aisyah dengan eskpresi sedih." Kamu nih ya... ya Allah kayaknya suami aku tertukar deh." " Enggak sayang, aku suami kamu." " Kamu itu masih sakit udah diam aja di
Selama dua hari Arkan tidak datang ke kantor di karena kan sakit demam yang lumayan cukup tinggi. Dan pagi hari ini Arkan sudah sampai di depan kantornya, ketika ia hendak berjalan ke tempat lift, dan sedang asyik membalas chatting dengan istrinya. Arkan terkejut dengan suara seseorang yang sudah ada di dekatnya." Selamat pagi pak Arkan, wajah anda kenapa pucat pak?" ucap Kesya yang sudah berada di sebelah Arkan dengan tersenyum semanis mungkin, dengan tangannya yang hendak terurur menyentuh wajah Arkan." Jauh kan tangan kamu! bukan urusan kamu, balik ke tempat kerja. Kalau tidak mau saya potong gaji kamu!!" Arkan langsung mundur dengan menatap tajam perempuan di dekatnya." Baik, pak. Tapi wajah anda benar pucat. Kalau perlu apa-apa langsung bilang kepada saya aja pak." ujar Kesya dengan nada khawatir melihat sang pujaan hatinya seperti sedang sakit." Memangnya kamu siapa!? udah sana kembali kerja!" sarkas Arkan tanpa menatap ke arah Kesya." Permisi pak." Kesya yang tidak sakit me
Aisyah dan Nurul setelah selesai kelas kuliah mereka mengobrol-ngobrol di tempat favorit mereka yaitu di taman kampus. Bahkan mereka duduk di taman bisa sampai berjam-jam saking lamanya, dan seperti sekarang sampai shalat Jum'at selesai pun mereka masih duduk di taman kampus." Jadi maksudnya kau besok malam ke rumah mertua?" tanya Nurul yang tadi menyimak Aisyah bercerita akan ke rumah mertuanya besok malam." Iya, makanya itu aku minta tutor dong Nurul. Cara bersikap dan bertemu dengan mertua." Aisyah mengangguk dengan meminta saran kepada Nurul." Jangan kan kasih kau tutor bersikap dan bertemu mertua, suami aja belum punya aku." " Aku bingung harus ngapain besok bertemu mertua." " Ngapain bingung-bingung tinggal salto aja kau, udah selesai." ujar Nurul tanpa beban." Tutor sesat!" " Kau pun aneh, tanya kok sama yang belum punya suami." ucap Nurul dengan meminum es kelapa yang beli di kantin." Mana tahu kau pengalaman, hal-hal yang beginian." balas Aisyah dengan memakan bakso go
Kantor Sampai di kantor Arkan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Secangkir kopi bersama tumpukan berkas di atas meja, setia menunggu kedatangannya. Lembar- lembaran kertas belum tersentuh, seolah memanggil- mangilnya untuk meminta segera di kerjakan. Sesekali Arkan menyesap kopinya, tak lupa memperbaiki letak kacamata yang sempat merosot ke bawah. Matanya menatap serius pada layar di depannya, begitu pula dengan tangannya. Bergerak lincah ke sana ke mari di atas papan ketik komputer itu. Hening dan tenang gambaran suasana di dalam ruangan kerja Arkan. Hanya terdengar suara ketikan keyboard komputer saja. Tok! Tok! " Masuk!" titah Arkan, matanya tetap fokus pada layar komputer. Tanpa tau jika seseorang sedang melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari dalam, seorang wanita dengan membawa berkas di tangan kanannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan, seketika tubuh wanita itu menegang di tempat. Tak berselang lama ekspresi wajahnya langsung berubah, senyum tipis ters
" Hm, boleh deh." " Serius sayang?" Aisyah mengangguk sambil tersenyum pada Arkan. " Iyaa. Tapi..." Arkan yang sudah senang mendengar itu, langsung menyahut cepat. " Tapi apa sayang?" tanyanya yang terdengar tidak sabaran. " Tidur di luar!!" Setelah mengatakan itu, Aisyah langsung keluar dari mobil dengan keadaan kesal. Wajah cantiknya berubah jadi jutek dengan sorot mata tajam. Mendengar ucapan Aisyah, Arkan berpikir sesaat. " Sayang. Loh ke mana?" seketika Arkan tersadar jika istrinya sudah keluar dari mobil. Bergegas Arkan keluar dari mobil, dengan langkah lebar dia berusaha mengejar Aisyah. Beberapa tatapan dan pekikan terdengar, satu pun tidak ada di tanggapi olehnya. Di pikirannya hanya satu, istrinya. Apapun menyangkut tentang istrinya akan Arkan lakukan tanpa ada terkecuali. " Sayang tunggu." " Berhenti sebentar, sayang." Mendengar ucapan Arkan, seketika langkah kakinya berhenti. Aisyah menghela napas sebelum berbalik tubuhnya, kini dia bisa melihat suaminya sedang
" Sayang pengen." " Gak ada!" " Sayang please." " No!" " Satu kali saja. Ya, ya boleh ya sayang." " Sayaaaang please." Aisyah menghela napas melihat Arkan, mendengar rengekan suaminya sudah seperti mendengar anak kecil merengek meminta permen pada mamahnya.Salahnya dia juga sih, memakai pakaian tersebut, entah kenapa malam ini Aisyah tiba-tiba kepengen memakai pakaian kurang bahan itu. Apa itu termasuk ngidam juga? Arkan sendiri tidak merasa gentar atau pun putus asa membujuk sang pujaan hati, agar rencananya bisa terlaksanakan dengan lancar dan baik. Dengan perlahan Arkan merapatkan tubuhnya pada Aisyah, tangannya menarik pinggang sang istri supaya lebih dekat lagi dengannya. Lalu kepalanya bersandar di kedua gundukan gunung istrinya, sambil mencari-cari kenyamanan di sana. " Istrikuu, sayangku boleh ya. Janji deh cuman sekali saja. Aku lagi pengen banget sayang." tatapan sayu Arkan mendongak menatap Aisyah, jujur melihat istrinya memakai pakaian seperti itu. Sangat berha
Waktu silih berganti, perasaan baru kemarin mereka merasakan berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Namun, kini harus berpisah kembali seperti sediakala. Minggu sore ini di bandara Soekarno-Hatta, terlihat Arkan dan Aisyah sedang mengantarkan keluarganya. Beberapa wejangan di berikan kepada pasangan suami-istri itu, tak lupa ada aksi nangis menangis terjadi. " Jaga diri kalian baik-baik, terutama untuk Aisyah. Di jaga kesehatannya, makanannya, dan jangan banyak pikiran. Walaupun sedang hamil jangan malas bergerak, bukannya hamil gak boleh gerak dan kerja. Kerja boleh, tapi jangan yang berat-berat. Misalnya angkat rumah gitu. Nah, kalau itu jangan ya dek ya." " Kalau bisa pun kalian pindah di kamar bawah aja, kasian nanti nih anak bontot satu. Udah lagi hamil, naik turun tangga setiap hari, yang ada anaknya brojol duluan sebelum waktunya." Arkan hanya mengangguk mengerti, berbanding terbalik dengan Aisyah. Bibirnya maju beberapa senti seperti bebek yang hendak nyosor saja. Mel
" Ok, fine! aku tau, aku salah. Tapi jangan seperti ini sayang, jangan diamin aku terus. Rasanya sakit. Sakit banget sayang." Arkan tidak berbohong jika diamnya Aisyah bisa se effect itu baginya, sebentar saja tidak mendengar suara istrinya. Mendadak dia kecarian dan merasa sepi seperti kehidupannya dulu. Ini salahnya, andai dia lebih bisa mengatur emosi dan cemburu. Pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.Tapi nasi sudah menjadi bubur, berandai-andai apapun itu jika sudah terjadi maka tak akan bisa di ubah kembali. Aisyah menoleh, menatap Arkan dengan pandangan sulit di artikan. Helaan napas sedari tadi terus terdengar. Punya suami pencemburu patut di syukuri, sebab suami pencemburu pasti paham akan ilmunya. Dan, Aisyah mensyukuri mempunyai suami pencemburu, tapi kadang-kadang dia merasa sedikit kesal. Seperti halnya hari ini! Kepala Arkan mendongak menatap manik mata Aisyah, bibirnya tersungging senyum. Dadanya berdebar kencang seolah dia baru saja lari marathon. " M
Di sini lah mereka berada, di sebuah taman yang indah dengan suasana sejuk dari pohonnya langsung. Terlihat Aisyah tampak begitu menikmati pemandangan taman tersebut, segala kepenatannya seketika hilang saat semilir angin menerpa wajahnya.Tanpa Aisyah sadari jika ada sepasang mata sedari tadi menatap ke arahnya, dengan langkah ringan seseorang tersebut berjalan mendekati Aisyah yang masih belum sadar akan kedatangannya.Semakin dekat seseorang tersebut semakin membuat jantungnya berdebar kencang, seketika dia refleks memegang dadanya.Huuftt.. helaan napas seseorang tersebut, terdengar sekali sedang gugup.Dia sudah sampai dan sekarang sedang berdiri tepat di depan perempuan itu. " Hai." sapa nya dengan menahan gugup.Sontak Aisyah terkejut mendengar suara seseorang yang begitu dekat dengannya, refleks dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pria itu.Ya, seorang pria. Bahkan Aisyah tidak tau kapan pria itu datang dan tiba-tiba sudah berada di depannya, perasaannya mulai merasa gelisah
Selesai memencet bell penthouse Nurul memainkan handphonenya sembari menunggu pemiliknya membuka pintu, terlalu asik memainkan handphone dia sampai tak sadar jika pintu sudah terbuka sama pemiliknya. " EKHEM!!" suara deheman itu sontak membuat Nurul kaget sampai handphone yang berada di tangannya melayang, dan berakhir jatuh di lantai. Nurul segera mengambil handphonenya yang mati dengan keadaan layar separuh retak, sungguh sangat menyakiti hatinya. Padahal baru saja dia menganti anti gores. Melihat seorang pria yang dia kenali membuat Nurul sedikit terkejut, tak lama dia menormalkan kembali ekspresinya. " Ada perlu apa?" tanya Mail tanpa merasa bersalah pada teman adiknya itu. Sejenak Nurul menghela napas, supaya berbicara tak pakai emosi pada pelaku yang mengejutkannya tadi. " Aisyah. Mana?" Mail tak menjawab tapi membukakan pintunya lebih lebar lagi agar teman adiknya itu bisa masuk, setelah teman adiknya itu masuk. Langsung saja Mail menutup kembali pintunya, lalu pergi meni
" Huekk.." Aisyah tertunduk lemas dengan tangannya menopang pada meja wastafel, akhir-akhir ini dia sering merasa mual dan hanya memuntahkan cairan bening saja. Setelah mencuci wajah dan tangannya, Aisyah mendongakkan kepalanya menatap ke arah kaca yang ada di depannya. Terlihat wajahnya pucat, bibir pecah-pecah, rambut acak-acakan, pakaian kusut, sungguh penampilannya sudah seperti orang yang tak terurus. Membuat Aisyah sedikit terkejut setelah sadar jika penampilannya, memang sekacau itu. Ceklek! Arkan masuk ke dalam kamar setelah itu menutup pintunya kembali, pandangannya mengedar ke seluruh ruangan kamar, keningnya mengernyit bingung dengan perasaan khawatir yang tak menemukan keberadaan Aisyah di dalam kamar. " Huekk.." Tiba-tiba dia mendengar suara yang berasal dari kamar mandi. Tanpa membuang waktu, segera Arkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. " Huekk.." lagi-lagi Aisyah memuntahkan isi perutnya yang hanya keluar cairan bening itu, tiba-tiba tubuhnya kurang kese
Pagi yang cerah sama seperti secerah wajah Arkan saat ini, suami Aisyah itu tengah berjalan menuju ke arah kamar. Sambil tangannya membawa nampan berisi buah-buahan dan susu hamil. Setengah jam lalu mereka tiba di kediaman penthouse, mereka di sambut dengan raut wajah bahagia dan juga pelukan. Baik dari pihak keluarga istrinya maupun juga dari pihak keluarganya. Kedua keluarga itu, begitu kompak menyambut kepulangan anak dan menantu mereka. Dan tak lupa memberikan kata selamat pada pasangan suami-istri yang sebentar lagi akan menjadi orang tua itu.Ceklek! " Taruh dulu handphone nya sayang." perintah Arkan. Setelah menutup pintu dan menguncinya, dengan langkah ringan Arkan berjalan menuju ke arah Aisyah, yang sedang duduk di atas tempat tidur itu.Tanpa bantahan Aisyah mengangguk dan menaruh handphone nya di samping dia duduk, matanya melirik kecil ke arah nampan yang berada di tangan Arkan. Dia mengira suaminya itu membawa makanan yang pedas dan gurih, oh ternyata oh ternyata buah