2 minggu kemudian.Setelah ulang tahun Aisyah pada malam itu. Mereka semakin dekat, bahkan Arkan tidak segan-segan memberikan setiap perhatian dan cintanya kepada Aisyah." Sayang kamu tahu gak hari ini hari apa?" tanya Arkan dengan menghampiri Aisyah yang duduk di sofa." Enggak. Jangan kan hari yang kamu tanya, tanggal aja kadang aku lupa." jawab Aisyah dengan menggeleng kepalanya. " Hari ini hari anniversary satu bulan pernikahan kita sayang. Kamu lupa?" " Hehehe... Maaf lah, lupa aku. Yang penting aku sekarang udah tahu hari ini hari apa." " Kamu mau minta apa sayang? atau kita dinner nanti malam?" tanya Arkan yang tidak mempersalahkan kalau Aisyah lupa dengan anniversary mereka." Minta uang aja." jawab Aisyah dengan ngasal. Wajah Arkan berubah menjadi serius dan terdiam dengan jawaban dari Aisyah." Bercanda~ ya Allah. Serius kali wajah kamu." Aisyah menyenggol lengan Arkan dengan terkekeh kecil." Gemas, sampai mau aku gigit kamu." ucap Arkan dengan mengigit pelan pipi Aisyah
Aisyah bolak-balik menukar posisi tidurnya, karena merasakan sakit di perut dan punggungnya. Arkan yang memeluk Aisyah menjadi terbangun karena merasakan ada pergerakan di sampingnya sedari tadi. " Sayang kamu kenapa?" tanya Arkan dengan mengucek matanya." Sakit." lirihnya dengan terus menekan perutnya yang terasa sakit." Sakit? kamu sakit apa sayang? ayo kita ke rumah sakit." Arkan langsung bangkit dari tidurnya. Wajahnya terlihat sangat panik ketika Aisyah mengatakan sakit. Aisyah menggeleng kepalanya. " Ngapain ke rumah sakit. Aku cuman sakit perut dan punggung aja." ucap Aisyah yang tidak mau di bawa ke rumah sakit." Perut dan punggung kamu sakit?" tanya Arkan yang melihat wajah Aisyah pucat karena merasakan sakit.Aisyah mengangguk. " Hm." " Aku harus apa sayang?" tanya Arkan berinsiatif ingin membantu Aisyah." Udah tidur aja sana. Ini kayaknya gejala mau datang haid." jawab Aisyah yang tidak mau merepotkan Arkan.Arkan menggeleng. " Aku gak mungkin bisa tidur sayang. Kala
Serentak menoleh dengan bersamaan Aisyah maupun pak satpam melihat seorang wanita menggunakan pakaian formal menghampiri mereka." Ini bu Sinta. Saya sudah meminta mbak ini untuk pergi dari sini. Seperti peraturan dari pak CEO untuk tidak mengizinkan sembarang orang bisa masuk ke dalam kantor kecuali para pekerja dan klien." jelas pak satpam kepada Sinta yang berada di depannya." Kamu ada perlu apa ingin masuk ke dalam kantor?" tanya Sinta dengan melihat seorang gadis di depannya." Kalau aku bilang mau bertemu Arkan. Kira-kira mbak ini percaya gak,ya?" batin Aisyah yang mencari alasan yang bisa meyakinkan wanita di depannya." Saya ingin mengambil barang yang di bawa teman saya bu. Katanya dia bekerja di kantor ini." jawab Aisyah dengan alibi mengunakan kata teman." Apa sangat penting banget barang kamu? gini aja kamu telepon teman kamu untuk mengantarkan barang kamu di sini." saran Sinta dengan mencoba memberikan solusi." Barang saya sangat penting sekali bu. Masalahnya handphone
" Jangan berbicara seperti itu sayang. Tidak baik untuk calon ibu berbicara seperti itu. Bisa kan sayang untuk tidak berbicara yang tidak baik dan tidak ada manfaatnya." tutur Arkan berbicara lembut menasehati Aisyah.Aisyah mengangguk. " Insyaallah." " Kamu akan menjadi calon ibu dari anak-anak kita nanti. Madrasah pertama anak adalah ibunya. Aku akan mengatakan kepada anak-anak kita, betapa bangga dan bersyukurnya daddy memiliki mommy mu nak. Mommy kamu adalah perempuan yang sangat luar biasa. Daddy jatuh hati dan cinta ketika mommy mu hadir di mimpi daddy." " Pipi kamu kenapa merah sayang? sakit hm?" tanya Arkan dengan menggoda Aisyah yang pipinya kemerahan." Merusak suasana kamu mah. Udah segitu aja kamu ngomongnya?" elak Aisyah dengan tangannya menutupi mata Arkan. Ia malu ketahuan salting." Daddy sangat bahagia dan senang banget ketika berhasil menghalalkan mommy mu nak. Aku akan mengajarkan anak kita untuk mencintai kamu dan melindungi kamu dari hal-hal yang buruk di luar sa
2 bulan kemudian.Hembusan angin kencang di sertakan gemuruh petir membuat siapa saja pasti akan merasa takut ketika berada di luar terlalu lama. Pesawat mereka tumpangi beberapa menit yang lalu baru saja landing. Membuat 3 orang berbeda jenis itu langsung mencari taksi untuk membawa mereka pergi dari bandara.Hujan tadinya rintik-rintik kini menjadi sangat deras yang sangat semangat untuk membasahi bumi. Berada di dalam taksi dengan keadaan hujan di luar membuat para penumpang pada mengantuk. Contohnya seperti Nurul yang sudah terlelap tertidur saat awal masuk ke dalam taksi." Nurul udah tidur kau?" Aisyah melihat ke Nurul yang berada di sampingnya sudah terlelap tertidur. Lalu beralih melihat Arkan yang berada di samping kirinya, dengan membalas senyuman Arkan yang tengah tersenyum hangat kepadanya." Kamu tidur juga sayang. Sini sayang mendekat lagi." Arkan langsung membawa Aisyah masuk ke dalam dekapan hangatnya. " Kamu gak ngantuk?" Aisyah melihat wajah Arkan yang semakin hari s
" Gak ma--" Belum lagi Aisyah menyelesaikan ucapannya tanpa aba-aba Arkan langsung membungkam bibir Aisyah. Dengan mengunci pergerakan Aisyah, hingga Arkan begitu leluasa untuk memperdalam ciumannya.Buliran keringat di keningnya tidak di hiraukan oleh Arkan. Pria itu semakin semangat untuk memperdalam ciumannya tanpa merasakan gerah di tubuhnya. Padahal matahari di siang itu sangat panas sekali.Tok! Tok!" Aisyah! Aisyah! mana oleh-olehnya!?" teriak Mail dari luar pintu kamar." Oooy Aisyah! ngapain kalian berdua!? tidur kah!?" sambung Mail dengan terus memanggil Aisyah." Mail? suara Mail tuh kan? aduh Arkan mana gak mau berhentikan ciumannya lagi. Gimana ini?" batin Aisyah.Karena kedua tangannya di pegang dengan tangan kekar Arkan. Yang terpikir oleh Aisyah untuk menghentikan ciumannya dengan mengigit kuat bibir Arkan hingga sampai berdarah. Arkan yang shock itu pun langsung menghentikan ciumannya dengan menatap bingung Aisyah. Karena pria itu masih belum puas untuk berciuman de
Aisyah terkekeh melihat wajah Mail yang tiba-tiba menciut karena tatapan dari Arkan. Aisyah menyenggol lengan Arkan untuk berhenti memberikan tatapan dingin kepada Mail." Bang Ijun belum ada pulang Mail?" tanya Aisyah yang sudah lama tidak bertemu dengan abang keduanya." Katanya mau pulang dia. Tapi belum tahu tanggal berapa." jawab Mail sambil makan kuaci.Aisyah mengangguk kepalanya sedangkan Arkan yang belum tahu abang iparnya satu lagi. Hanya menjadi penyimak yang baik pembicaraan Aisyah dan Mail." Kau panggil abang Sahyan dan bang Ijun pakai abang! kenapa kau panggil aku gak pakai abang?" protes Mail yang sebenarnya udah tahu jawabannya." Kita kan bestie. Gak perlu lah pakai gitu-gituan." Aisyah menepuk pundak Mail sedikit kuat." Bini kau nih ya. Bukan aku yang ngajarin." Mail menunjukkan tangan Aisyah yang berada di pundaknya." Sayang.." panggil Arkan dengan menarik tangan Aisyah." Apa?" tanya Aisyah dengan menoleh." Cemburu mungkin dia." bisik Mail yang sengaja mengerjai
Arkan menatap datar Mail yang sedang menatapnya bombastis side eyes. Aisyah menggeleng kepalanya melihat abangnya dan suaminya yang selalu adu tatapan." Betul tuh. Kamu pergi shalat gih." Arkan langsung mengarahkan pandangannya kembali ke arah Aisyah. Mengangguk kepalanya lalu mencium kening Aisyah di depan mertuanya dan juga abang iparnya.Mata Aisyah langsung membulat kaget di saat Arkan mencium keningnya. Gadis itu malu karena ada keluarganya yang melihat. " Aku pergi shalat dulu ya sayang. Assalamualaikum." ucap Arkan dengan memberikan tangganya kepada Aisyah untuk di salim." Wa'alaikumsalam." jawab Aisyah dengan melepaskan tangannya dari tangan Arkan." Cieee.." goda bu Yati dengan melihat wajah Aisyah yang sudah memerah sedari tadi." Mamak..." Aisyah langsung bangkit dari duduknya dengan pergi ke arah kamar mandi. Dia malu di goda mamaknya yang tertawa melihat wajahnya.Di luar rumah Arkan, Mail, dan pak Lanik masih berdiri di depan rumah. Mereka bertiga akan pergi menggunak
Kantor Sampai di kantor Arkan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Secangkir kopi bersama tumpukan berkas di atas meja, setia menunggu kedatangannya. Lembar- lembaran kertas belum tersentuh, seolah memanggil- mangilnya untuk meminta segera di kerjakan. Sesekali Arkan menyesap kopinya, tak lupa memperbaiki letak kacamata yang sempat merosot ke bawah. Matanya menatap serius pada layar di depannya, begitu pula dengan tangannya. Bergerak lincah ke sana ke mari di atas papan ketik komputer itu. Hening dan tenang gambaran suasana di dalam ruangan kerja Arkan. Hanya terdengar suara ketikan keyboard komputer saja. Tok! Tok! " Masuk!" titah Arkan, matanya tetap fokus pada layar komputer. Tanpa tau jika seseorang sedang melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari dalam, seorang wanita dengan membawa berkas di tangan kanannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan, seketika tubuh wanita itu menegang di tempat. Tak berselang lama ekspresi wajahnya langsung berubah, senyum tipis ters
" Hm, boleh deh." " Serius sayang?" Aisyah mengangguk sambil tersenyum pada Arkan. " Iyaa. Tapi..." Arkan yang sudah senang mendengar itu, langsung menyahut cepat. " Tapi apa sayang?" tanyanya yang terdengar tidak sabaran. " Tidur di luar!!" Setelah mengatakan itu, Aisyah langsung keluar dari mobil dengan keadaan kesal. Wajah cantiknya berubah jadi jutek dengan sorot mata tajam. Mendengar ucapan Aisyah, Arkan berpikir sesaat. " Sayang. Loh ke mana?" seketika Arkan tersadar jika istrinya sudah keluar dari mobil. Bergegas Arkan keluar dari mobil, dengan langkah lebar dia berusaha mengejar Aisyah. Beberapa tatapan dan pekikan terdengar, satu pun tidak ada di tanggapi olehnya. Di pikirannya hanya satu, istrinya. Apapun menyangkut tentang istrinya akan Arkan lakukan tanpa ada terkecuali. " Sayang tunggu." " Berhenti sebentar, sayang." Mendengar ucapan Arkan, seketika langkah kakinya berhenti. Aisyah menghela napas sebelum berbalik tubuhnya, kini dia bisa melihat suaminya sedang
" Sayang pengen." " Gak ada!" " Sayang please." " No!" " Satu kali saja. Ya, ya boleh ya sayang." " Sayaaaang please." Aisyah menghela napas melihat Arkan, mendengar rengekan suaminya sudah seperti mendengar anak kecil merengek meminta permen pada mamahnya.Salahnya dia juga sih, memakai pakaian tersebut, entah kenapa malam ini Aisyah tiba-tiba kepengen memakai pakaian kurang bahan itu. Apa itu termasuk ngidam juga? Arkan sendiri tidak merasa gentar atau pun putus asa membujuk sang pujaan hati, agar rencananya bisa terlaksanakan dengan lancar dan baik. Dengan perlahan Arkan merapatkan tubuhnya pada Aisyah, tangannya menarik pinggang sang istri supaya lebih dekat lagi dengannya. Lalu kepalanya bersandar di kedua gundukan gunung istrinya, sambil mencari-cari kenyamanan di sana. " Istrikuu, sayangku boleh ya. Janji deh cuman sekali saja. Aku lagi pengen banget sayang." tatapan sayu Arkan mendongak menatap Aisyah, jujur melihat istrinya memakai pakaian seperti itu. Sangat berha
Waktu silih berganti, perasaan baru kemarin mereka merasakan berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Namun, kini harus berpisah kembali seperti sediakala. Minggu sore ini di bandara Soekarno-Hatta, terlihat Arkan dan Aisyah sedang mengantarkan keluarganya. Beberapa wejangan di berikan kepada pasangan suami-istri itu, tak lupa ada aksi nangis menangis terjadi. " Jaga diri kalian baik-baik, terutama untuk Aisyah. Di jaga kesehatannya, makanannya, dan jangan banyak pikiran. Walaupun sedang hamil jangan malas bergerak, bukannya hamil gak boleh gerak dan kerja. Kerja boleh, tapi jangan yang berat-berat. Misalnya angkat rumah gitu. Nah, kalau itu jangan ya dek ya." " Kalau bisa pun kalian pindah di kamar bawah aja, kasian nanti nih anak bontot satu. Udah lagi hamil, naik turun tangga setiap hari, yang ada anaknya brojol duluan sebelum waktunya." Arkan hanya mengangguk mengerti, berbanding terbalik dengan Aisyah. Bibirnya maju beberapa senti seperti bebek yang hendak nyosor saja. Mel
" Ok, fine! aku tau, aku salah. Tapi jangan seperti ini sayang, jangan diamin aku terus. Rasanya sakit. Sakit banget sayang." Arkan tidak berbohong jika diamnya Aisyah bisa se effect itu baginya, sebentar saja tidak mendengar suara istrinya. Mendadak dia kecarian dan merasa sepi seperti kehidupannya dulu. Ini salahnya, andai dia lebih bisa mengatur emosi dan cemburu. Pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.Tapi nasi sudah menjadi bubur, berandai-andai apapun itu jika sudah terjadi maka tak akan bisa di ubah kembali. Aisyah menoleh, menatap Arkan dengan pandangan sulit di artikan. Helaan napas sedari tadi terus terdengar. Punya suami pencemburu patut di syukuri, sebab suami pencemburu pasti paham akan ilmunya. Dan, Aisyah mensyukuri mempunyai suami pencemburu, tapi kadang-kadang dia merasa sedikit kesal. Seperti halnya hari ini! Kepala Arkan mendongak menatap manik mata Aisyah, bibirnya tersungging senyum. Dadanya berdebar kencang seolah dia baru saja lari marathon. " M
Di sini lah mereka berada, di sebuah taman yang indah dengan suasana sejuk dari pohonnya langsung. Terlihat Aisyah tampak begitu menikmati pemandangan taman tersebut, segala kepenatannya seketika hilang saat semilir angin menerpa wajahnya.Tanpa Aisyah sadari jika ada sepasang mata sedari tadi menatap ke arahnya, dengan langkah ringan seseorang tersebut berjalan mendekati Aisyah yang masih belum sadar akan kedatangannya.Semakin dekat seseorang tersebut semakin membuat jantungnya berdebar kencang, seketika dia refleks memegang dadanya.Huuftt.. helaan napas seseorang tersebut, terdengar sekali sedang gugup.Dia sudah sampai dan sekarang sedang berdiri tepat di depan perempuan itu. " Hai." sapa nya dengan menahan gugup.Sontak Aisyah terkejut mendengar suara seseorang yang begitu dekat dengannya, refleks dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pria itu.Ya, seorang pria. Bahkan Aisyah tidak tau kapan pria itu datang dan tiba-tiba sudah berada di depannya, perasaannya mulai merasa gelisah
Selesai memencet bell penthouse Nurul memainkan handphonenya sembari menunggu pemiliknya membuka pintu, terlalu asik memainkan handphone dia sampai tak sadar jika pintu sudah terbuka sama pemiliknya. " EKHEM!!" suara deheman itu sontak membuat Nurul kaget sampai handphone yang berada di tangannya melayang, dan berakhir jatuh di lantai. Nurul segera mengambil handphonenya yang mati dengan keadaan layar separuh retak, sungguh sangat menyakiti hatinya. Padahal baru saja dia menganti anti gores. Melihat seorang pria yang dia kenali membuat Nurul sedikit terkejut, tak lama dia menormalkan kembali ekspresinya. " Ada perlu apa?" tanya Mail tanpa merasa bersalah pada teman adiknya itu. Sejenak Nurul menghela napas, supaya berbicara tak pakai emosi pada pelaku yang mengejutkannya tadi. " Aisyah. Mana?" Mail tak menjawab tapi membukakan pintunya lebih lebar lagi agar teman adiknya itu bisa masuk, setelah teman adiknya itu masuk. Langsung saja Mail menutup kembali pintunya, lalu pergi meni
" Huekk.." Aisyah tertunduk lemas dengan tangannya menopang pada meja wastafel, akhir-akhir ini dia sering merasa mual dan hanya memuntahkan cairan bening saja. Setelah mencuci wajah dan tangannya, Aisyah mendongakkan kepalanya menatap ke arah kaca yang ada di depannya. Terlihat wajahnya pucat, bibir pecah-pecah, rambut acak-acakan, pakaian kusut, sungguh penampilannya sudah seperti orang yang tak terurus. Membuat Aisyah sedikit terkejut setelah sadar jika penampilannya, memang sekacau itu. Ceklek! Arkan masuk ke dalam kamar setelah itu menutup pintunya kembali, pandangannya mengedar ke seluruh ruangan kamar, keningnya mengernyit bingung dengan perasaan khawatir yang tak menemukan keberadaan Aisyah di dalam kamar. " Huekk.." Tiba-tiba dia mendengar suara yang berasal dari kamar mandi. Tanpa membuang waktu, segera Arkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. " Huekk.." lagi-lagi Aisyah memuntahkan isi perutnya yang hanya keluar cairan bening itu, tiba-tiba tubuhnya kurang kese
Pagi yang cerah sama seperti secerah wajah Arkan saat ini, suami Aisyah itu tengah berjalan menuju ke arah kamar. Sambil tangannya membawa nampan berisi buah-buahan dan susu hamil. Setengah jam lalu mereka tiba di kediaman penthouse, mereka di sambut dengan raut wajah bahagia dan juga pelukan. Baik dari pihak keluarga istrinya maupun juga dari pihak keluarganya. Kedua keluarga itu, begitu kompak menyambut kepulangan anak dan menantu mereka. Dan tak lupa memberikan kata selamat pada pasangan suami-istri yang sebentar lagi akan menjadi orang tua itu.Ceklek! " Taruh dulu handphone nya sayang." perintah Arkan. Setelah menutup pintu dan menguncinya, dengan langkah ringan Arkan berjalan menuju ke arah Aisyah, yang sedang duduk di atas tempat tidur itu.Tanpa bantahan Aisyah mengangguk dan menaruh handphone nya di samping dia duduk, matanya melirik kecil ke arah nampan yang berada di tangan Arkan. Dia mengira suaminya itu membawa makanan yang pedas dan gurih, oh ternyata oh ternyata buah