" WOOY! SITI AISYAH!!" teriak Nurul yang berada di parkiran kampus.Sontak para mahasiswa dan para dosen menoleh ke arah teriakan dari seorang perempuan yang berada di parkiran kampus. Aisyah membalikkan tubuhnya ke arah belakang dan melihat Nurul yang sedang berlari kecil ke arahnya. Matanya melihat sekeliling yang sedang menatap ke arahnya, membuat ia meringis malu." Nurul hidayah, kurang besar kau panggil aku! besok panggil aku pakai toak mesjid aja, supaya satu kampus dengar!!" sindir Aisyah kepada Nurul yang sudah berada di sampingnya." Hehehehe...." Ketika hendak masuk ke dalam kampus mata Aisyah tidak sengaja eyes contacts dengan dosennya yaitu pak Abian. Dengan cepat Aisyah memutuskan eyes contacts dengan menarik lengan Nurul berjalan tergesa-gesa masuk ke dalam kampus." Udah wooy! capek aku!" Nurul menghentikan jalannya." Cepat Nurul nanti kita terlambat masuk!" Aisyah menarik kembali lengan Nurul untuk berlari." Kau kenapa sih? tiba-tiba narik aku terus jalannya cepat-
Nurul melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah tiga kurang. Ia langsung bangkit dengan berjalan tempat penjual makanan untuk membayar makanannya dan Aisyah." Bu, saya mau bayar." ujar Nurul dengan menatap ibu penjual bakso." Sama punya temannya mbak?" tanya ibu penjual bakso.Nurul mengangguk dengan tersenyum kepada ibu penjual bakso." Semuanya 45 ribu mbak." ujar ibu penjual bakso." Nih, bu uangnya." menyerahkan uang 50 ribu yang di berikan Aisyah tadi." Kembaliannya 5 ribu ya, mbak."" Terimakasih bu." " Sama-sama mbak." Nurul langsung bergegas berjalan keluar dari kampus untuk segera pergi ke tempat kerjanya menggunakan gojek online." Atas nama Nurul hidayah?" tanya ojek online dengan memastikan kliennya.Nurul mengangguk. " Iya, bang." Abang ojek online itu memberikan helm kepada Nurul sebelum menghidupkan motornya. Ketika baru sampai di tempat kerjanya tiba-tiba kak Karin menyuruh Nurul untuk segera menganti pakaian kerjanya." Nurul cepat sedikit
Di hari Sabtu pagi di kediaman pasutri yang sangat luar biasa sekali. Baik Arkan dan Aisyah yang tidak ada kegiatan di luar rumah dan membuat mereka berdua melakukan bersih-bersih rumah dan memasak bersama.Setelah capek bersih-bersih rumah dan masak bersama. Membuat pasutri itu melakukan kegiatan masing-masing, seperti Aisyah berada di tempat tidur sedang menonton film di televisi. Sedangkan yang Arkan sedang berada di sofa di temani dengan laptop dan berkas-berkas di meja.Kringg... Kringg...Suara telepon masuk di handphone mereka milik Arkan yang membuat si pemilik langsung mencari handphonenya dan mengangkat telepon masuk tersebut.( " Assalamualaikum, ada apa bg?" )( " Wa'alaikumsalam, Arkan ini mamak." )( " Ya, mak. Ada bisa Arkan bantu?" )( " Aisyah ada bersama kau?" )( " Ada mak." ) ( " Dia di telepon susah kali! macam presiden aja, gak di angkat! tolong arkan kadih handphonenya ke Aisyah, mamak mau bicara." )( " Ya, mak." ) " Sayang ke sini sebentar." pinta Arkan denga
" Aisyah ayok." ajak Nurul yang sudah turun dari motor." Ooy sabarlah! susah nih buka helmnya!" Aisyah yang masih sibuk membuka kaitan helm yang tidak mau terbuka-buka." Ya Allah, gitu aja gak bisa kau! sini lah aku bukain!" " Terimakasih bestie ku." " Ya, udah yok kita cari makanan dulu baru cari tempat duduk." ajak Nurul dengan mengandeng lengan Aisyah berjalan mencari makanan." Kau beli apa Aisyah?" " Enak-enak semua nampaknya. Sampai bingung aku mau beli yang mana." " Sama aku juga bingung. Gimana kalau kita beli bakso mercon." saran Nurul yang di anggukan oleh Aisyah." Gass lah apa lagi." Sesampainya mereka ke tempat penjual bakso mercon yang lumayan ramai pembeli. " Kak beli bakso mercon 2 di bungkus ya." ucap Nurul kepada penjualnya." Tunggu sebentar ya, mbak." jawab kakak penjualnya.Nurul mengangguk. " Ya, kak." " Mau beli apa lagi Aisyah, habis beli ini?" " Hmm... gak tahu." Aisyah menggeleng bingung." Kau ya, buat aku naik darah aja! orang udah serius nunggin
" Sayang makanannya di bawa semua atau gak?" tanya Arkan yang baru masuk ke dalam kamar.Aisyah menoleh. " Bawa aja semua." Arkan mengangguk dengan pergi kembali ke dapur untuk menyiapkan bekal makanan untuk di bawa ke taman nanti." Sayang belum siap?" tanya Arkan yang sudah berada di samping Aisyah." Udah nih. Tinggal pakai lip tin sama minyak wangi aja." jawab Aisyah dengan memakai lip tint dan minyak wangi." Kamu kok belum sisiran?" tanya Aisyah dengan melihat rambut Arkan yang masih acak-acakan." Tolong dong sayang sisirkan rambut aku." pinta Arkan dengan manis." Aku?" Arkan mengangguk dengan menyerahkan sebuah sisir rambut kepada Aisyah." Tunduk lah sedikit! tinggi kali kayak tiang listrik." ujar Aisyah dengan menatap Arkan yang lebih tinggi darinya." Seperti ini, hm?" Arkan menunduk tubuhnya sampai sejajar dengan Aisyah." Wajahnya jauhin sedikit!" Aisyah langsung mendorong dada bidang Arkan." Kalau gak mau?" tanya Arkan dengan menahan kedua tangan Aisyah." Sisiran aja
Nurul menatap layar handphonenya sudah mati yang menandakan bahwa sambungan vidcall sudah selesai. Perempuan itu gerutu tidak jelas karena di matikan vidcall sepihak oleh Aisyah." Nih bocil satu aku belum selesai ngomong udah di matiin aja sama dia!" gerutu Nurul dengan menaruhkan handphonenya di atas meja." Kenapa Nurul?" tanya Keyla sebagai saudara sepupu Nurul." Gak ada kak. Udah rapi aja mau ke mana nih?" Nurul menggeleng kepalanya dengan melihat Keyla sudah rapi." Jalan-jalan dong sama mas pacar." jawab Keyla dengan senyum manis." Enak kali ya." " Iya dong. Nih kau pegang aja kunci kereta. Mana tahu kau mau jalan-jalan sama teman kau lagi." Keyla memberikan kunci motornya kepada Nurul." Teman aku udah pergi kak." " Pergi ke mana? alam kubur?" tanya Keyla penasaran." Astagfirullah bukan. Dia masih hidup, maksud aku dia udah pergi jalan-jalan sama saudaranya." jelas Nurul kepada Keyla.Keyla mengangguk. " Bilang dong. Hampir aja aku sudzon." " Bukan hampir tapi udah." " J
" Reza bagaimana caranya kita pulang hari ini " ujar Arkan dengan mengaduk-aduk kopinya mengunakan sendok. " Ya Allah pak. Kita baru saja sampai di kota Surabaya 2 jam yang lalu. Dan sekarang anda sudah memikirkan pulang ke Jakarta? maaf pak, anda harus menyelesaikan pekerjaan di sini terlebih dahulu baru bisa pulang ke Jakarta." Reza sampai tidak habis pikir dengan Arkan. Mereka baru saja sampai ke Surabaya, tapi Arkan sudah langsung memikirkan pulang ke Jakarta. Arkan menatap Reza. " Kamu tidak kasihan kepada saya?" Reza menggeleng. " Tidak pak. Anda harus fokus menyelesaikan pekerjaan di sini. " Kamu gak tahu kan saya sedang khawatir dan panik?" terlihat jelas wajah Arkan sedang khawatir dan panik secara bersamaan, walaupun sebisa mungkin untuk tenang. Reza menggeleng. " Tidak pak. " Istri saya dari tadi di telepon gak di angkat. Kayak mana saya tidak panik dan khawatir kepadanya." Arkan sampai pusing karena teleponnya tidak di angkat dengan istrinya. " Insyaallah istri an
" Reza pesankan tiket pesawat, saya akn pulang ke Jakarta hari ini juga." tutur Arkan yang sudah sangat ingin langsung pulang ke Jakarta " Tapi pak pekerjaan kita di sini masih belum selesai." Reza langsung menyahut ucapan Arkan barusan. " Itu bagian kamu yang menghandle pekerjaannya. Saya minta cari tiket pesawat ke Jakarta secepatnya." " Ya." Reza mengangguk dengan mudah mencari tiket pesawat secepatnya untuk Arkan. " Saya duluan balik ke penginapan sekalian kemasi barang bawaan saya." " Tapi pak ini kita masih bekerja dan anda belu--" " Tolong handle pekerjaan saya. Selesai pekerjaan kamu di sini akan saya kasih kamu cuti bagaimana?" " Betul nih?" tanya Reza yang ingin memastikan. Arkan mengangguk. " Ya, satu hari." " Loh kok cuman satu hari?" " Yang penting kamu cuti. Pilih mana saya kasih cuti satu hari atau tidak ada sama sekali?" " Pak Arkan sudah saya pesankan tiket pesawat anda, semoga sampai di rumah dengan selamat. Saya akan ambil cuti setelah selesai dari
Kantor Sampai di kantor Arkan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Secangkir kopi bersama tumpukan berkas di atas meja, setia menunggu kedatangannya. Lembar- lembaran kertas belum tersentuh, seolah memanggil- mangilnya untuk meminta segera di kerjakan. Sesekali Arkan menyesap kopinya, tak lupa memperbaiki letak kacamata yang sempat merosot ke bawah. Matanya menatap serius pada layar di depannya, begitu pula dengan tangannya. Bergerak lincah ke sana ke mari di atas papan ketik komputer itu. Hening dan tenang gambaran suasana di dalam ruangan kerja Arkan. Hanya terdengar suara ketikan keyboard komputer saja. Tok! Tok! " Masuk!" titah Arkan, matanya tetap fokus pada layar komputer. Tanpa tau jika seseorang sedang melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari dalam, seorang wanita dengan membawa berkas di tangan kanannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan, seketika tubuh wanita itu menegang di tempat. Tak berselang lama ekspresi wajahnya langsung berubah, senyum tipis ters
" Hm, boleh deh." " Serius sayang?" Aisyah mengangguk sambil tersenyum pada Arkan. " Iyaa. Tapi..." Arkan yang sudah senang mendengar itu, langsung menyahut cepat. " Tapi apa sayang?" tanyanya yang terdengar tidak sabaran. " Tidur di luar!!" Setelah mengatakan itu, Aisyah langsung keluar dari mobil dengan keadaan kesal. Wajah cantiknya berubah jadi jutek dengan sorot mata tajam. Mendengar ucapan Aisyah, Arkan berpikir sesaat. " Sayang. Loh ke mana?" seketika Arkan tersadar jika istrinya sudah keluar dari mobil. Bergegas Arkan keluar dari mobil, dengan langkah lebar dia berusaha mengejar Aisyah. Beberapa tatapan dan pekikan terdengar, satu pun tidak ada di tanggapi olehnya. Di pikirannya hanya satu, istrinya. Apapun menyangkut tentang istrinya akan Arkan lakukan tanpa ada terkecuali. " Sayang tunggu." " Berhenti sebentar, sayang." Mendengar ucapan Arkan, seketika langkah kakinya berhenti. Aisyah menghela napas sebelum berbalik tubuhnya, kini dia bisa melihat suaminya sedang
" Sayang pengen." " Gak ada!" " Sayang please." " No!" " Satu kali saja. Ya, ya boleh ya sayang." " Sayaaaang please." Aisyah menghela napas melihat Arkan, mendengar rengekan suaminya sudah seperti mendengar anak kecil merengek meminta permen pada mamahnya.Salahnya dia juga sih, memakai pakaian tersebut, entah kenapa malam ini Aisyah tiba-tiba kepengen memakai pakaian kurang bahan itu. Apa itu termasuk ngidam juga? Arkan sendiri tidak merasa gentar atau pun putus asa membujuk sang pujaan hati, agar rencananya bisa terlaksanakan dengan lancar dan baik. Dengan perlahan Arkan merapatkan tubuhnya pada Aisyah, tangannya menarik pinggang sang istri supaya lebih dekat lagi dengannya. Lalu kepalanya bersandar di kedua gundukan gunung istrinya, sambil mencari-cari kenyamanan di sana. " Istrikuu, sayangku boleh ya. Janji deh cuman sekali saja. Aku lagi pengen banget sayang." tatapan sayu Arkan mendongak menatap Aisyah, jujur melihat istrinya memakai pakaian seperti itu. Sangat berha
Waktu silih berganti, perasaan baru kemarin mereka merasakan berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Namun, kini harus berpisah kembali seperti sediakala. Minggu sore ini di bandara Soekarno-Hatta, terlihat Arkan dan Aisyah sedang mengantarkan keluarganya. Beberapa wejangan di berikan kepada pasangan suami-istri itu, tak lupa ada aksi nangis menangis terjadi. " Jaga diri kalian baik-baik, terutama untuk Aisyah. Di jaga kesehatannya, makanannya, dan jangan banyak pikiran. Walaupun sedang hamil jangan malas bergerak, bukannya hamil gak boleh gerak dan kerja. Kerja boleh, tapi jangan yang berat-berat. Misalnya angkat rumah gitu. Nah, kalau itu jangan ya dek ya." " Kalau bisa pun kalian pindah di kamar bawah aja, kasian nanti nih anak bontot satu. Udah lagi hamil, naik turun tangga setiap hari, yang ada anaknya brojol duluan sebelum waktunya." Arkan hanya mengangguk mengerti, berbanding terbalik dengan Aisyah. Bibirnya maju beberapa senti seperti bebek yang hendak nyosor saja. Mel
" Ok, fine! aku tau, aku salah. Tapi jangan seperti ini sayang, jangan diamin aku terus. Rasanya sakit. Sakit banget sayang." Arkan tidak berbohong jika diamnya Aisyah bisa se effect itu baginya, sebentar saja tidak mendengar suara istrinya. Mendadak dia kecarian dan merasa sepi seperti kehidupannya dulu. Ini salahnya, andai dia lebih bisa mengatur emosi dan cemburu. Pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.Tapi nasi sudah menjadi bubur, berandai-andai apapun itu jika sudah terjadi maka tak akan bisa di ubah kembali. Aisyah menoleh, menatap Arkan dengan pandangan sulit di artikan. Helaan napas sedari tadi terus terdengar. Punya suami pencemburu patut di syukuri, sebab suami pencemburu pasti paham akan ilmunya. Dan, Aisyah mensyukuri mempunyai suami pencemburu, tapi kadang-kadang dia merasa sedikit kesal. Seperti halnya hari ini! Kepala Arkan mendongak menatap manik mata Aisyah, bibirnya tersungging senyum. Dadanya berdebar kencang seolah dia baru saja lari marathon. " M
Di sini lah mereka berada, di sebuah taman yang indah dengan suasana sejuk dari pohonnya langsung. Terlihat Aisyah tampak begitu menikmati pemandangan taman tersebut, segala kepenatannya seketika hilang saat semilir angin menerpa wajahnya.Tanpa Aisyah sadari jika ada sepasang mata sedari tadi menatap ke arahnya, dengan langkah ringan seseorang tersebut berjalan mendekati Aisyah yang masih belum sadar akan kedatangannya.Semakin dekat seseorang tersebut semakin membuat jantungnya berdebar kencang, seketika dia refleks memegang dadanya.Huuftt.. helaan napas seseorang tersebut, terdengar sekali sedang gugup.Dia sudah sampai dan sekarang sedang berdiri tepat di depan perempuan itu. " Hai." sapa nya dengan menahan gugup.Sontak Aisyah terkejut mendengar suara seseorang yang begitu dekat dengannya, refleks dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pria itu.Ya, seorang pria. Bahkan Aisyah tidak tau kapan pria itu datang dan tiba-tiba sudah berada di depannya, perasaannya mulai merasa gelisah
Selesai memencet bell penthouse Nurul memainkan handphonenya sembari menunggu pemiliknya membuka pintu, terlalu asik memainkan handphone dia sampai tak sadar jika pintu sudah terbuka sama pemiliknya. " EKHEM!!" suara deheman itu sontak membuat Nurul kaget sampai handphone yang berada di tangannya melayang, dan berakhir jatuh di lantai. Nurul segera mengambil handphonenya yang mati dengan keadaan layar separuh retak, sungguh sangat menyakiti hatinya. Padahal baru saja dia menganti anti gores. Melihat seorang pria yang dia kenali membuat Nurul sedikit terkejut, tak lama dia menormalkan kembali ekspresinya. " Ada perlu apa?" tanya Mail tanpa merasa bersalah pada teman adiknya itu. Sejenak Nurul menghela napas, supaya berbicara tak pakai emosi pada pelaku yang mengejutkannya tadi. " Aisyah. Mana?" Mail tak menjawab tapi membukakan pintunya lebih lebar lagi agar teman adiknya itu bisa masuk, setelah teman adiknya itu masuk. Langsung saja Mail menutup kembali pintunya, lalu pergi meni
" Huekk.." Aisyah tertunduk lemas dengan tangannya menopang pada meja wastafel, akhir-akhir ini dia sering merasa mual dan hanya memuntahkan cairan bening saja. Setelah mencuci wajah dan tangannya, Aisyah mendongakkan kepalanya menatap ke arah kaca yang ada di depannya. Terlihat wajahnya pucat, bibir pecah-pecah, rambut acak-acakan, pakaian kusut, sungguh penampilannya sudah seperti orang yang tak terurus. Membuat Aisyah sedikit terkejut setelah sadar jika penampilannya, memang sekacau itu. Ceklek! Arkan masuk ke dalam kamar setelah itu menutup pintunya kembali, pandangannya mengedar ke seluruh ruangan kamar, keningnya mengernyit bingung dengan perasaan khawatir yang tak menemukan keberadaan Aisyah di dalam kamar. " Huekk.." Tiba-tiba dia mendengar suara yang berasal dari kamar mandi. Tanpa membuang waktu, segera Arkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. " Huekk.." lagi-lagi Aisyah memuntahkan isi perutnya yang hanya keluar cairan bening itu, tiba-tiba tubuhnya kurang kese
Pagi yang cerah sama seperti secerah wajah Arkan saat ini, suami Aisyah itu tengah berjalan menuju ke arah kamar. Sambil tangannya membawa nampan berisi buah-buahan dan susu hamil. Setengah jam lalu mereka tiba di kediaman penthouse, mereka di sambut dengan raut wajah bahagia dan juga pelukan. Baik dari pihak keluarga istrinya maupun juga dari pihak keluarganya. Kedua keluarga itu, begitu kompak menyambut kepulangan anak dan menantu mereka. Dan tak lupa memberikan kata selamat pada pasangan suami-istri yang sebentar lagi akan menjadi orang tua itu.Ceklek! " Taruh dulu handphone nya sayang." perintah Arkan. Setelah menutup pintu dan menguncinya, dengan langkah ringan Arkan berjalan menuju ke arah Aisyah, yang sedang duduk di atas tempat tidur itu.Tanpa bantahan Aisyah mengangguk dan menaruh handphone nya di samping dia duduk, matanya melirik kecil ke arah nampan yang berada di tangan Arkan. Dia mengira suaminya itu membawa makanan yang pedas dan gurih, oh ternyata oh ternyata buah