Share

operasi

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-02 03:42:00

Operasi soraya selesai dalam dua jam aku menemui soraya yang masih belum tersadar dari bius bekas operasi, dan ia terlihat sangat kuyu dan lemah.

Kuambil kursi dan mengambil tempat di sampingnya kutunggui wanta itu sampai Mas Ikbal datang dari menjemput mertuanya di stasiun kereta.

Tak lama menunggu pintu ruangan Soraya diketuk, lalu pintu terbuka, Mas Ikbal masuk diikuti mertua perempuannya dan ayahnya Soraya yang menggunakan kursi roda sebagai alat bantu, aku sesaat bertemu pandang dengan orang tua soraya,mereka terlihat tertegun dan heran karena ada aku di sana.a

“Bagaimana keadaan soraya, Nak?” Tanya ayahnya.

“Baik-baik saja, insyalllah, Pak, tapi dia kehilangan bayinya,” jawabku.

“Ya Allah, anakku,” gumam ibundanya lirih.

“Dia terjatuh, Bu,” kataku sambil menatap mereka bergantian, orang tua yang telah lanjut usia yang terlihat sangat punya kharisma dan aura seorang guru itu.

“Apakah kamu adalah jannah?” ayahnya bertanya padaku.

“Iya, Pak.”

“Aku minta maaf Jannah, telah meng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tiba-Tiba Dimadu   dia menangis

    Aku tahu bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berdebat dan banyak bicara, oleh karena itu kutinggalkan tempat yang penuh dengan tangis itu untuk kembali kepada anakku. Aku tahu saat ini satu keluarga itu sedang sangat terpukul dan belum siap dengan kenyataan yang mendadak merenggut harapan indah mereka tentang menimang bayi, cucu kebanggaan orang gua soraya. Mungkin ini adalah bagian dari hukuman mereka yang sudah berbuat curang kepadaku.Kumasukkan mobil ke pekarangan rumah bapak dan sesaat kemudian putriku menyambutku dengan setengah berlari kecil lalu merangkul pinggangku."Bunda dari mana aja, pulangnya kok, lama?" tanyanya."Bunda ada urusan penting," jawabku."Tapi ... kok bisa sampai malam?" katanya dengan ekspresi wajah polosnya. "Iya ada urusan penting, Sayang," kataku lembut sambil mencium pipinya."Sudah pulang, tho Nduk?" tanya Ibu."Ia Bu," jawabku sambil melangkah masuk lalu menghempas diri di sofa ruang tamu rumah Ibu."Apakah urusanmu di pengadilan sudah beres, Ndu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-04
  • Tiba-Tiba Dimadu   murka luar biasa

    Suatu pagi Mas Iqbal datang menemuiku berita apa maksudnya ia meminta seseorang untuk memanggilku di ruang dapur rumah sakit di kantin dimana ia menunggu diriku"Ada apa Mas, ada mencariku?" tanyaku."Aku sengaja nyari kamu ke sini untuk bertanya, apakah benar kamu sudah punya hubungan lain bahkan sebelum kita benar-benar bercerai?" Tanyanya langsung tanpa banyak basa-basi lagi seolah-olah ia tidak pernah mengetahui yang sebenarnya."Siapa yang ngomong seperti itu, kenapa kamu malah menyalahkan aku bukannya kamu kemarin yang menyuruh orang-orang suruhanmu untuk mengancam ibuku?" tanyaku balik menyerangnya."Kok kamu malah nuduh aku Jannah? semenjak kehilangan Soraya ya Aku tidak pernah keluar rumah tapi kamu malah menuduh aku seperti itu." Dia mengelak ucapanku dan terlihat amat terkejut."Mereka datang dan memperingatkan aku untuk menjaga kehormatan dan nama baik Kamu, memangnya siapa yang menyuruhnya kalau bukan kamu?" Aku mendelik marah padanya."Sungguh, Aku tidak tahu apa-apa,

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-04
  • Tiba-Tiba Dimadu   resah

    Aku tak sanggup membendung sakit hati atas perlakuan mereka sekeluarga, bayangkan saja mereka nyaris membuatku tak memiliki apa-apa di dunia ini, bahkan juga harapan atau impian, mereka mematikan langkah juga rasa percaya diri, mereka mengintimidasi hingga ke titik akhir.Sungguh, tiba-tiba benci menyeruak dalam dada atas sikap mereka semua. Ayahnya Soraya yang merupakan sosok yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi orang lain dan masyarakat pada umumnya ternyata tak setulus penampilannya. Setidaknya aku menarik asumsi semacam itu karena melihat sikap over protektif terhadap putri kesayangannya membuatnya kehilangan kebijaksanaannya.Aku tidak ingin menyudutkan sudut mana pun salam hal itu, tapi ayah Soraya membuat stigma baik tentang seorang guru menjadi tercoreng, dan itu memalukan. Setidaknya itu menurut penilaianku, tapi yang tidak sepemikiran denganku pasti punya pandangan berbeda, apalagi orang yang mengidolakan dan mengikutinya sejak lama.Semua ambisi dan ketidak-puasa

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-04
  • Tiba-Tiba Dimadu   kasihan

    Di dalam kebingungan dan kegalauanku, aku tak mampu lagi memejamkan dan sibuk mondar-mandir saja di kamar, menerawang ke luar jendela dan memikirkan keadaan Mas Ikbal. Jujur meski aku marah, namun ia adalah orang yang pernah aku cintai, juga ayah dari Raisa.Tiba-tiba putriku terbangun dan menangis tersedu-sedu, kuhamliri dia dan kurangkul dengan erat."Ada apa, Sayang?""Raisa takut, Raisa lihat ayah meninggal," ucapnya sambil menangis sedih."Ayah baik-baik aja, Sayang." Aku mencoba berbohong untuk menghiburnya."Tapi ayah akan mati, Bun," tuturnya sedih."Raisa tahu darimana?""Raisa lihat ayah sesak, ayah minta tolong, ayah panas," ucapnya semakin terisak keras.Ibu yang mendengar Raisa langsung mendatangi dan bertanya padaku."Ada apa anakmu, Nduk?""Ga tahu, Bu. Mungkin mimpi," jawabku pada ibu."Enggak Nek, Raisa gak mimpi, ayah mau meninggal, Nek, ayah mau ninggalin Raisa," bantahnya dengan air mata kian deras.Ibu menatap cucunya menangis sedih, ikut prihatin."Mungkin rindu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-06
  • Tiba-Tiba Dimadu   gemas

    Tiba-tiba dimadu, tiba-tiba saling membenci, tiba-tiba berpisah rumah, tiba-tiba bercerai dan kejadian tiba-tiba berikutnya membuatku tak bisa menebak dan habis pikir terhadap rencana Allah.Apakah di hari esok, Allah akan memberiku kejutan yabg lebih dasyat dari ini? Aku takut dan galau memikirkannya. Di hari kedua sejak Mas Ikbal dieawat aku terus mendapat kabar perkembangan dari santri yang menjaganya, entah kenapa pemuda itu terus mengajariku keadaan mantan suamiku itu, apakah dia memang peduli pada Mas Ikbal atau apa yang dia rencanakan, aku sungguh tak tahu.[ Mbak hari ini, Mas Ikbal terus menjerit kesakitan,. Luka yang kemarin kini bernanah dan menguarkan bau busuk yag anyir, Mbak. ]Kujawab [Apakah dokter sudah memberikan obatnya?][Sudah Mbak, tapi Mas Ikbal masih kesakitan dan terus merintih, sepanjang hari ][Soraya mana?][Tadi ada di sini, tapi karena gak bisa melakukan apa-apa, dia memutuskan pulang ][Mas Ikbal sudah makan? ][Belum, Mbak sedari kemarin ia tak ingin

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07
  • Tiba-Tiba Dimadu   berdebar

    Kami sampai di tempat kerja dan Mas Rafiq langsung memarkirkan mobilnya di bawah pohon flamboyan tempat biasa ia parkirkan mobilnya."Mas, aku turun dulu," ucapku sambil membuka pintu mobil, mengambil tas buru-buru ke luar untuk mengejar absen."Eh, ada yang kelupaan,"ucapnya.Aku membalikkan badan dan bertanya cepat padanya, "Apa Mas?""Lupa memberiku senyum?""Ya, ampun Mas." Aku hanya menggeleng pelan dan membalikkan badan lagi."Ini serius ada yang kelupaan," katanya dengan mimik meyakinkan."Apa?" Aku sedikit gusar karena harus buru-buru mengisi absen yang otomatis itu."Lupa menerima cintaku," katanya dengan senyum manis."Ish ...." Kembali aku memutar bola mata, malas dengan rayuannya di jam genting seperti ini."Hayolah, setidaknya beritahu kalo aku boleh berharap," teriaknya dari dalam mobil.Aku hanya melambai ringan sambil membalas senyumannya dan langsung menuju ke ruang staf dapur untuk mengisi absen dan mulai bekerja.Bukannya hati ini tidak berdebar-debar atas sikapnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-07
  • Tiba-Tiba Dimadu   baper

    Kuhempaskan tubuh ke jok belakang GrabCar dan meminta Pak supir untuk langsung menuju rumah orang tuaku, aku sungguh lelah hari ini.Sore ini aku tak pulang bersama Mas Rafiq karena dia masih ada pekerjaan penting. Jadi aku memilih untuk pulang sendiri.Sepuluh menit berkendara Tiba-Tiba ba taksi dihentiikan oleh supirnya."Ada apa, Pak?" tanyaku heran."Itu ada yang meminta untuk berhenti, Mbak.""Lho ...." Aku langsung menoleh ke belakang dan melihat mobil Mas Rafiq sedang memberi isyarat agar taksiku berhenti.Ia terlihat turun lalu menghampiri jendela Pak supir."Ini saya bayar ongkosnya, Pak. Penumpang Bapak saya ambil alih," katanya yang kemudian membuka pintu tempat aku duduk dan meraih tanganku lalu mengajak keluar dari taksi itu."Ada apa,Mas? Bukannya Mas tadi bekerja?" tanyaku."Calon istriku harus pulang denganku, tentang pekerjaan selama tdak darurat aku masih boleh minta izin.""Tapi kenapa, Mas? Rumahku jauh dan akan menyita waktunya, Mas.""Biarin," katanya sambil memb

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-08
  • Tiba-Tiba Dimadu   POV ikbal

    Senja 10 tahun yang lalu,Gadis manis Putri Ayah angkatku itu duduk sambil bersenandung kecil menungguku yang tengah memancing ikan di telaga yang tak jauh dari lokasi pesantren Dan rumah ayahnya.Sesekali ia mencubit kecil lenganku,berdiri membacakan puisi yang tiba-tiba timbul di dalam pikirannya atau menyanyikan penggalan lagu yang sering didengarkan di radio atau juga bersenandung tentang nasyid dan shalawat Nabi sedang aku selalu tersenyum menanggapi semua tingkah pola adik angkatku itu."Mas alangkah senangnya jika setiap hari kita hidup tidak perlu memikirkan pelajaran dan beban," cetusnya sambil merebahkan diri di papan kayu yang menjadi dermaga kecil tempat kami memancing atau menceburkan diri ke dalam cekungan luas berisi air yang sangat jernih itu."Oh ya, lantas mau jadi apa nanti kalau mau hidup dengan cara bersantai-santai saja?" aku menanggapinya sambil menggeleng geleng pelan."Mas Ikbal siswa yang pintar jadi tidak perlu pusing dengan semua PR dan pelajaran sedang

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-08

Bab terbaru

  • Tiba-Tiba Dimadu   kabar buruk apa?

    "Kabar buruk apa?"tanyaku heran."Aku sudah berusaha untuk mengalihkan pikiran dan semua kerinduanku tapi tetap saja, perasaan bersalah dan rasa ingin memperbaiki keadaan timbul di dalam hatiku," ucapnya sambil memandang mataku dengan penuh makna."Aku tak paham ....""Aku masih berharap kita bersama lagi. Demi anak anak, demi aku, demi harapan yang pernah kita bangun.""apa kau lupa tentang perlakuanmu dan apa saja yang sudah terjadi dalam hidup kita masing masing.""Ya, aku bersalah menikahi angel secara diam diam, aku mengulangi kesalahan suamimu yang fatal. tapi ...""Sudah, jangan dilanjutkan," cegahku. "aku tak mau mengenang apapun tentang masa lalu.""Aku hampir kehilangan dirimu dan semangat hidupku saat kau bersama dengan wira. Tapi, setelah bertemu dengannya dan mengetahui hal sebenarnya harapanku tumbuh kembali. Aku harap kita bisa ....""apa?""rujuk lagi," jawabnya sambil menatap mataku."Jadi itu kabar buruknya?""ya, bahwa aku sulit move on dan hidup tanpamu. Maukah

  • Tiba-Tiba Dimadu   menerima

    "Sebaiknya segera tentukan pilihanmu Nak, Ibu juga tidak ingin kamu terus-menerus sendiri seperti itu, karena penilaian orang lain tentang status janda sangat merugikan posisimu," ujar Ibu ketika aku menelponnya."Iya Bu, aku tahu tapi aku belum menentukan pilihanku, aku belum siap untuk naik ke jenjang berikutnya.""Ada dua pria yang begitu tulus dan menyayangimu, Nduk, kamu tinggal memilihnya," ujar Ibu."Bagaimanapun itu adalah pilihan yang sulit, Bu," gumamku pelan."Raisa menyukai salah satu dari pria itu?" tanya Ibu lagi."Raisa ingin aku kembali kepada Mas Raffiq.""Bagaimana dengan perasaanmu sendiri?""Entahlah... masih bingung," jawab ku sambil menghela nafas pelan."Lalu apa yang terjadi tentang Soraya?""Dia masih ditahan di rumahnya, Bu, polisi belum memiliki cukup bukti untuk bisa menjebloskan dia ke penjaara.""Jelas-jelas dia yang menyerang wira dengan air keras," ujar Ibu sedikit ingin marah."Tapi keluarga dan pengacaranya memiliki pengaruh besar, Bu. Mereka mati-m

  • Tiba-Tiba Dimadu   pergilah

    "Jangan dipikirkan apa yang dikatakan Mama dia memang seperti itu," bisik Wira kepadaku ketika Mamanya ke kamar mandi."Aku tak mempermasalahkannya," jawabku pelan sambil menyuapinya."Mbak ... aku berterimakasih atas semua perhatianmu, tapi sebaiknya Mbak tidak usah menjengukku lagi." Aku mencoba menelisik maksud dari ucapannya, mengapa dia harus mengatakan hal semacam itu."Apa yang kau katakan, aku tidak mengerti," ujarku."Aku sudah ikhlas melepaskan Mbak Jannah dengan Mas Rafiq." Sorot matanya yang sendu membuatku terenyuh."Jangan melantur seperti ini sebaiknya kamu istirahat saja." Aku membenahi selimut yang menutupi tubuhnya."Aku sungguh-sungguh, Mbak. Aku sadar bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Aku tahu, meski kita berteman tidak serta merta membuat hal itu menjadi cinta untukmu aku menyadari semua itu dan aku menyesali sikap bodohku untuk memaksakan dirimu menikahiku, Mbak," ujarnya sambil tersenyum getir."Tidak masalah aku memahami perasaanmu, aku bisa memaklumi sem

  • Tiba-Tiba Dimadu   Wira dan dia

    Sejujurnya aku lelah dengan semua ini, dengan takdir berliku liku yang mewarnai hidupku. Andai bisa, aku ingin lari dan mengamankan diri ini dari dunia yang begitu kejam.Baru saja aku dan kedua anakku mengecap ketenangan, dan menikmati hidup kami, kini ujian menghantam silih berganti, membuatku sangat ingin menyerah dari semua ini, andai aku bisa, sejenak lepas dari semua kesulitan yang membelit ini. Sungguh, aku letih.Masih segar dalam ingatan, bagaimana ketika Wira merintih di ranjangnya, sementara keluarganya terus mendesakku agar mau menerima lamaran bankir kaya itu, tiba-tiba Mas Rafiq datang dan berteriak dengan tatapan melotot penuh amarah bahwa dia menolak semua cara mereka menekanku untuk menikahi anggota keluarga mereka."Apakah musibah ini akan kalian gunakan untuk menekan Jannah?""Hei, apa maksudmu! Anakku terluka gara-gara dia, tidak tahu apa yang akan terjadi kepada putraku kedepannya, apakah dia masih seperti semula atau malah cacat," ujar Jeng Zahrina sambil terdu

  • Tiba-Tiba Dimadu   kantor polisi

    Aku kembali ke rumah dengan tubuh dan pikiran yang sudah lelah kubuka pintu utama lalu menuju kursi tamu meletakkan tasku lalu membaringkan diri dengan lunglai di sana.Pikiranku melayang pada rentetan kejadian yang begitu mengejutkan hari ini, setelah didesak untuk "mau menerima" mengambil hati Wira, akhirnya Jeng Zahrina mau tenang dan menguatkan hatinya untuk tidak menangis lagi.Besok mereka akan melakukan operasi untuk memperbaiki kulit punggung dan wajah Wira yang rusak akibat siraman air keras. Ah, kembali pikiranku melayang kepada mantan maduku itu, entah di mana dia berada dan apa yang sedang dia lakukan, kemungkinan saat ini dia sedang bersembunyi di suatu tempat atau mungkin juga duduk santai di rumah orang tuanya.Tring ... Ponsel berbunyi.Kuraih benda itu dengan setengah lesu lalu membaca nama siapa yang sedang menelpon, dan ternyata itu adalah Rina."Halo Rin ada kabar terbaru?""Laporan sudah kami selesaikan, besok polisi akan menuju tempat kejadian untuk mengamankan

  • Tiba-Tiba Dimadu   menanggung kemarahan

    Sesegera mungkin aku meluncur membawa wira ke rumah sakit bersama kedua asistenku, tak lupa aku hubungi nomor Mama Wira yang memang sudah tersimpan di ponselku karena dia adalah pelanggan tetap toko kami."Halo assalamualaikum Jeng Zahrina," sapaku."Waalaikumsalam ada apa kamu menelpon saya," tanya Nyonya Zahrina dengan nada sedikit tidak suka."Maaf karena aku harus memberitahukan hal penting, tapi mohon tenangkan diri Jeng ya," ujarku."Katakan saja apa yang sedang terjadi?""Tadinya Wira datang ke tokoku dan duduk sebentar lalu pergi, namun tak lama kemudian Soraya datang dan berniat menyiramkan air keras kepadaku, namun tanpa diduga-duga Wira datang lagi dan terkena siraman air keras," tuturku hati-hati."Apa?!""Iya, saat ini aku dalam perjalanan membawanya ke rumah sakit.""Kalo terjadi apa-apa dengan anak saya kamu harus bertanggung jawab." Ucapan Mama Wira membuat pikiranku kacau."Kemana kamu akan membawa anakku!" pekiknya lagi."Ke Rumah Sakit Budi Kusuma Jeng," jawabku.

  • Tiba-Tiba Dimadu   musibah apa ini

    *Pemuda itu, datang lagi ke toko sore menjelang aku menutup gerai pakaian dan barang milikku itu.Ia melangkah santai lalu menarik kursi yang ada di depan meja kerja dan mendudukkan dirinya sambil tersenyum."Mbak Jannah, belum mau pulang?" tanyanya."Belum, masih sibuk," jawabku."Uhm, aku akan menunggu,", jawabnya."Kau sadar apa yang kau lakukan sekarang?"tanyaku dengan tatapan tajam. "Aku sudah cukup memberimu ruang, Wira.""Apa maksudnya Mbak, Mbak terlihat marah," ucapnya pelan."Aku sudah cukup baik kepadamu dengan tidak bersikap kasar dan frontal, aku harap kau mengerti kalau aku tidak nyaman dengan semua sikap ini.""Aku tidak tahu cara terbaik untuk bisa merebut hatimu Mbak," jawabnya pelan."Kamu tidak perlu bersusah payah karena aku belum membuka hati untuk siapapun Wira," ucapku dengan tetap menatap lekat padanya."Aku tahu kalau tidak denganku, Mbak Jannah pasti akan kembali lagi dengan dokter Rafiq, iya kan?" cecarnya sok tahu.Aku hanya tertawa getir mendengar ucapan

  • Tiba-Tiba Dimadu   aduh

    Ting tong ...Pagi pagi bel rumah sudah berdenting dan entah siapa berkunjung di pagi buta seperti ini. Sesaat aku sempat bertanya-tanya sekaligus kesal, denting yang terus menerus mengganggu telingaku."Siapa di luar?" tanyaku."Aku," jawab suara yang familiar kudengar itu."Kamu ngapain pagi-pagi gini, bahkan embun pun belum kering di pucuk daun," ujarku."Biarkan embun, yang penting aku menatapmu di awal hari sudah cukup membuatku seolah memiliki semua kebahagiaan.""Hentikan gombalan recehmu!" teriakku di pengeras suara yang tersambung ke gerbang."Jangan marah pagi-pagi aku datang ke sini membawa sesuatu untuk Raisa dan Rayan,". ujarnya santai."Tidak usah bawakan apapun anak-anakku baik-baik saja," jawabku ketus."Tapi Raisa menyukaiku kok. Buktinya ia senang menerima sepaket boneka LoL yang aku belikan," lanjutnya sambil tertawa kecil, " Raisa Sapa Bunda," suruhnya."Bunda ...." Tiba tiba suara anakku timbul dari depan gerbang sana."Raisa kamu ngapaian di gerbang pagi-pagi, k

  • Tiba-Tiba Dimadu   saingan

    "Ini makanan banyak banget siapa yang beli makanan sebanyak ini?""itu dari pemuda tampan yang pagi-pagi sudah datang ke sini dan membawa semobil makanan," jawab asistenku Rina."Apa? Siapa?""Teman Mbak, yang berondong itu lho," jawab Rina setengah berbisik."Ya ampun," desahku."Kenapa Mbak, kan bagus mbak dapat banyak perhatian," jawabnya sambil berkedip aneh."Ish ...mendapat perhatian dari orang yang kita suka itu bagus, tapi kalo gak suka, bikin ilfil kan?""Emangnya mbak sekarang lagi ilfil?" timpal Rudi supirku."Iya, karena aku gak mau didekati pria itu." Aku menghempas diri di sofa sambil melempar pandangan ke tumpukan kotak makanan di meja tamu.Kuhela napas berkali-kali untuk melegakan dadaku, namun kedua pegawaiku itu masih heran dengan sikapku itu. Mereka seperti menunggu adegan berikutnya."Apa lagi? Kenapa pada berdiri?""Makanan sebanyak itu Mbak Jannah bisa habiskan?""Siapa bilang aku akan memakannya?" jawabku sewot."Kasihan yang beli, Mbak," jawab Rina memelas."

DMCA.com Protection Status