Pikir Kayla, saran yang Ando berikan padanya lumayan juga untuk ia terapkan. Walaupun sedikit memalukan nantinya karena pasti akan ditertawakan oleh Aska, namun setidaknya itu dapat menyelesaikan kesalahpahaman.
Ia hanya perlu menemui Aska dan menjelaskan kalau sesungguhnya pernyataan cinta itu di tujukan padanya. Selesai!
Ahh ... Tidak, masih tidak karena setelah melakukan penjelasan, Kayla 'kan juga harus menunggu jawaban dari Aska tentang pernyataan cinta darinya itu.
Mengingatnya lagi membuat salah satu organ terpenting dalam tubuh Kayla kembali berdegup cepat. Padahal ini bukan kalipertamanya, dia juga 'kan sudah melakukannya beberapa jam yang lalu. Namun kenapa masih belum bisa terbiasa, kenapa rasanya seperti kembali berada dalam kejadian itu lagi?
Mengajak Arin, Kayla pergi menuju kelas kakak osisinya itu tepat di jam pulang sekolah.
"Rin, tangan gua kok rasanya gemetaran yak?"
"Apa gua bilang, mending gak usah deh dengerin kata si kodok bengkok itu. Ntar bukannya nyelesain masalah tapi malah ngembangin masalah Lo yang udah ada," ujar Arin ingin menghasut Kayla.
Kayla tersenyum, tahu kalau Arin tidak bersungguh-sungguh dengan ucapannya. "Gak papa, belum dicoba belum tahu hasilnya. Lo tunggu gua di sini aja, ingat nanti kalau seandainya pernyataan cinta gua di tolak sama kak Aska Lo hampiri kita dan bilang sama dia kalau kita cuma lagi main truth or dare aja. Oke," ucap Fany sembari jari telunjuk dan jempolnya bertemu membuat tanda OK.
Setelah Kayla berpikir matang-matang sampai kebablasan, membuat kepalanya seperti hangus terbakar. Kayla pun berhasil mendapatkan sebuah ide untuk mengurangi rasa malunya apabila pernyataan cintanya ditolak mentah-mentah oleh Aska. Permainan truth or dare pastinya terdengar cocok sebagai kilahan.
"Iya, udah sana. Udah berapa kali juga Lo bahasin ini sama gua." Arin mendorong Kayla dari belakang agar gadis itu segera bergerak sementara nanti ia menunggu di jarak kurang dari sepuluh meter.
Kayla berjalan lurus. Dari ruangan yang hendak dituju, banyak murid yang berhamburan keluar karena sudah waktunya untuk pulang. Langkah Kayla terhenti, menunggu giliran Aska yang keluar.
Saat melihat siluet Aska, Kayla berjalan mendekat. Namun mendadak gadis itu memutar haluannya, berjalan cepat kembali ke tempat Arin.
"Kenapa?" Tanya Arin yang dibalas gelengan oleh Kayla
"Balik, balik!" Serunya sambil menarik tangan Arin untuk dibawanya menjauh.
Pelarian mereka terhenti ketika sampai di gerbang sekolah. Kayla tampak ngos-ngosan karena tadi berlari sambil menarik Arin, sedangkan Arin hanya bereaksi biasa-biasa saja.
"Lo kenapa sih?" Tanya Arin dengan raut yang kentara bingung.
Dengan nafas terengah-engah, Kayla berusaha membalas pertanyaan Arin.
"Gua ... Gua ... Gua ngeliat cowok itu juga jalan ke arah gua. Ma ... Makanya gua bawa Lo kabur." Kayla sedikit susah payah menjelaskan.
"Siapa sih? Cowok yang nerima pernyataan cinta Lo tadi pagi, maksud Lo?" Tebak Arin yang tepat sasaran.
Karena terlalu lelah untuk berbicara, Kayla hanya menaik-turunkan kepalanya saja.
*****
"Lo kenapa dahh. Senyam-senyum kayak gitu, pasti lagi bales-bales chat sama Ando," ucap Kayla.
Arin langsung menabok pelan Kayla karena tidak suka dengan ucapan gadis itu.
"Sembarangan Lo."
Setelah tangan Arin mendarat di kepalanya, Kayla hanya bereaksi cengengesan saja. Mengelus kepalanya sebentar, kemudian mendekati Arin. Ia merasa penasaran dengan penyebab kenapa Arin senyam-senyum seperti itu, siapa tahu benar-benar karena Ando.
"Ganteng ya," ujar Arin ketika menyadari kalau Kayla sudah berada di sampingnya.
"Ando maksud Lo?"
Arin memalingkan muka dari handphone-nya, hanya untuk memberikan tatapan horor pada Kayla. Diberi tatapan seperti itu bukannya membuat Kayla menjadi takut, gadis itu malah terkekeh geli.
"Lama-lama, keluar tuh biji mata Lo. Umm ... Bagus sih kalau beneran keluar, biar bisa gua pake buat main bola pingpong." Kayla tanpa sadar mengatakan kalimat creepy, setelah dirinya sadar ia pun bergidik ngeri.
"Gua ngomong apaan tadi coba." Berkali-kali menepuk bibirnya sendiri.
Arin mendengus kesal. Terus-terusan meladeni Kayla memang bisa membuat kepalanya botak. Untuk itu ia pun memilih mengabaikan Kayla, melanjutkan kegiatan mengschrool beranda medsosnya.
Melihat Arin yang lagi-lagi tersenyam-senyum sendiri dan bahkan berdecak kagum tanpa tahu apa yang sedang ia kagumi. Sumbu penasaran Kayla pun menjadi terbakar.
"Lo lagi ngeliatin apa sih, Rin?"
"Ngeliat cogan," ucap Arin tanpa menoleh pada Kayla.
"Cogan? Mana? Gua mau liat juga dong."
Arin tidak menyerahkan handphonenya pada Kayla, karena wajah Kayla sendiri sudah menempel padanya.
"Lo tahu—"
"Gak tahu," celetuk Kayla, menyela ucapan Arin. Sengaja ingin membuat Arin kesal.
"Gua belum ngomong." Mood Arin langsung hilang seketika.
"Ohh ya udah. Lanjutin lagi," kata Kayla tanpa merasa bersalah sedikitpun. Arin pun langsung menyerahkan handphonenya kepada Kayla, menyuruh gadis itu untuk melihatnya sendiri.
"Ini siapa?" Tanya Kayla yang sudah memegang dan melihat layar handphone Arin, di mana di dalam layar handphone tersebut termuat potret seorang cowok. Kayla menduga kalau cowok itulah yang sedari tadi membuat sahabatnya itu senyam-senyum sendiri.
"Kenzo Alodario," jawab Arin namun jawaban yang ia berikan malah membuat kening Kayla mengernyit.
"Kenzo Alodario? Siapa?" Tanya Kayla. Kayla merasa nama itu tampak sangat asing baginya. Baru pertamakali ini ia mendengar nama itu dan baru pertamakali ini juga ia tidak mengenal seseorang yang Arin kenal.
"Ya ... ampun, Lo gak kenal sama Kenzo? Dia itu salah satu murid populer angkatan kita tahun ini yang masuk ke SMA Garuda tahu. Coba deh Lo liat followersnya, main ratusan ribu," jelas Arin sedikit heboh. Ia merasa Kayla itu ketinggalan banget padahal hampir semua siswi-siswi di SMA Garuda tahu siapa itu Kenzo, cowok yang memiliki paras goodlooking diatas rata-rata.
Kayla menatap serius foto cowok itu, entah kenapa ia merasa familier dengan bola mata yang dimiliki oleh Kenzo. Seperti merasa pernah melihat tapi tidak tahu kapan dan di mana.
"Ini fotonya cuma satu doang, Rin? Lo gak punya gitu gambar yang full face?" Tanya Kayla dengan mata yang masih fokus pada layar handphone sambil jari-jemarinya menaik-turunkan beranda medsos Arin namun sampai sekarang masih tidak menemukan apapun, adanya hanya foto Kenzo yang wajahnya ditutupi oleh masker mulut berwarna hitam. Memang benar kata Arin kalau followers yang di miliki oleh akun bernama Kenzo Alodario itu memiliki banyak nol di belakang angka enamnya. Itu yang membuat Kayla merasa bingung, bagaimana cara cowok itu menarik followers kalau fotonya saja hanya foto profil tanpa ada kejelasan yang lain.
"Gak ada, cuma itu aja. Tapi itu yang jadi ketertarikan tersendiri buat Kenzo. Biasanya kalau cowok lain dipuji ganteng ama banyak orang pasti bakalan langsung melayang. Kita misalkan saja Ando, ya meski gua tahu gak bakal ada yang mau bilang dia ganteng tapi Ando masih sama dengan cowok lain. Gua yakin kalau Ando dipuji kayak gitu pasti makin gaya-gayaan, cari perhatian sama orang-orang, dan sering-sering pajang foto selfinya di sosmed, tujuannya apa?" Kata Arin, "Biar seluruh dunia tahu kalau dia itu ganteng. Tapi Kenzo beda, dia gak suka pamer dan cari perhatian," jelas Arin tanpa berkedip sekalipun.
Baru kali ini Kayla melihat Arin begitu semangat menceritakan lawan jenisnya. Biasanya Arin selalu menggunakan raut kesal kalau sudah membahas seseorang yang di sebut cowok karena cowok yang sering dibicarakan oleh Arin itu adalah Ando, cowok yang setiap hari selalu berputar-putar di antara mereka berdua. Kayla menarik garis bibirnya ke atas, menyimpulkan kalau Arin pasti menyukai cowok yang bernama Kenzo ini.
"Ya udah. Nihh ... Gak penting juga buat gua tau." Kayla menyerahkan kembali handphone Arin. Meski Arin kecewa dengan respon Kayla yang terkesan bodoh amat, Arin tidak melakukan protes ia tetap menerimanya. Saat handphone itu sudah hampir sampai di tangan Arin, tapi benda pipih itu malah jatuh ke lantai karena dua gadis itu terkejut lantaran adanya ...
"HALLO GUYS!!"
"Ando! Bisa gak kalau masuk itu ketuk pintu dulu," protes Arin.
Pagi yang cerah ini Kayla awali dengan senyuman ceria. Bukan tanpa alasan, karena hari ini merupakan hari yang baru bagi Kayla. Hari ini ia telah resmi menjadi siswa didik di SMA Garuda. Tidak ada lagi kegiatan-kegiatan MOS yang melelahkan dan itu membuat Kayla bahagia.Senyum Kayla berubah semakin cerah kala ia melihat seorang individu yang amat dikenalnya. "Arin. Tungguin," panggilannya kepada Arin yang berjalan di depan.Mendengar adanya suara panggilan dari Kayla, Arin menoleh. Langkahnya pun terhenti sesuai dengan permintaan Kayla tadi. Namun, ketika ia melihat seseorang yang lain yang berjalan berdampingan dengan Kayla, gadis itu malah langsung melanjutkan perjalanannya yang sempat terjeda. Panggilan yang Kayla lakukan lagi sengaja dihiraukan oleh Arin. Melihat Arin yang benar-benar sengaja mengabaikannya, Kayla tidak marah karena ia sangat tahu alasan kenapa Arin berperilaku seperti itu dan Kayla memaklumi alasannya."Marahannya awet ya," kata Kayla
Kayla sekarang sudah berada di kelasnya, yaitu X IPS A. Ia duduk di bangku yang berada di ujung, di tepian jendela. Kayla sengaja memilih tempat itu karena itu merupakan tempat yang dirasa oleh strategis untuk segala hal, untuk tidur saat pelajaran sejarah yang membosankan misalnya. Di kala semua murid-murid yang lain memiliki partner duduk masing-masing hanya Kayla sendiri yang belum memiliki siapapun di bangku sebelahnya. Kayla rasa itu lebih baik lagi, ia bisa lebih leluasa menikmati tempat yang strategis itu sendirian.Bukannya Kayla tidak ingin bersosialisasi dengan murid-murid lain, ia hanya merasa kalau hal itu bisa ia lakukan di lain hari. Biarkan lah alur yang membawanya, bukan kemauannya sendiri.Kayla masih mengingat eskpresi wajah Arin ketika ia mengatakan Ando sekelas dengan gadis itu. Ekspresi Arin masih bisa membuat Kayla terkekeh sendiri sampai sekarang. Bagaimana tidak, raut kejengkelan yang gadis itu tunjukkan juga recokan yang gadis itu paparka
Hiruk pikuk murid-murid di kelas yang sedang memperkenalkan diri masing-masing sesuai perintah Pak Darma, tidak Kayla pedulikan. Ia tengah meratapi nasib yang dianggapnya sangat menyebalkan. Jadi ketua kelas? OMG seumur-umur pendidikannya baik dari jenjang TK sampai awal pendaftaran SMA, Kayla tidak pernah membayangkan jabatan itu akan dijambangi olehnya. Bukan kenapa, menurut Kayla menjadi ketua kelas itu sangatlah merepotkan, membuang waktu, dan juga ia harus bertanggungjawab untuk banyak orang yang tidak ada hubungan apa pun dengannya. Terlebih lagi pekerjaan itu tidak akan memberikannya gaji. Maklumi saja, Kayla memang sangat perhitungan jika disuruh melakukan sesuatu yang tidak ia sukai. Posisi Kayla sekarang ini adalah menyangga keningnya di dataran meja belajarnya. Ia tidak tidur, ia hanya ingin menenangkan pikirannya saja. Lalu Kayla sedikit memiringkan kepalanya mengarah ke Kenzo. Kayla benar-benar tidak habis pikir, kenapa bisa
Kayla berjalan begitu riangnya sembari bersenandung kecil. Dalam hati menyuarakan sebuah lirik lagu cinta yang menjadi gambaran suasana hatinya saat ini, yaitu falling love. Di tangan kanan-kirinya terdapat gulungan kertas pink berpita biru dan sebatang coklat juga tidak ketinggalan menyertai langkahnya. Dia adalah seorang murid baru di sebuah SMA swasta yang bernama SMA Garuda. Tepat hari ini dirinya telah menyelesaikan mos terakhir yang diselenggarakan oleh sekolah SMA GARUDA-nya itu. Dan di hari ini pula Kayla ingin menyatakan sebuah perasaan yang disebut cinta kepada salah satu anggota osis yang membimbingnya selama mod itu berlangsung. "Itu dia." Mata Kayla menangkap sosok cowok yang keluar dari salah satu ruangan kelas yang hendak ia tuju sekaligus adalah kelas milik cowok itu sendiri. Kayla memegang dada bagian kirinya, merasakan degu
Seorang gadis berambut hitam sebahu dengan pita biru laut yang selalu dikenakannya, bermata bundar coklat pekat dan kelihatan besar, serta berlesung pipi di kedua belah pipi chubby-nya. Beberapa ciri-ciri fisik itu sudah cukup jelas sedang menjelaskan gambaran sosok seorang Kayla Audrey.Gadis dengan keceriaan yang selalu terpancar dari dalam dirinya, tak jarang juga tingkahnya yang kadangkala konyol sangat ampuh untuk membuat orang-orang di sekitarnya menjadi merasakan keceriaannya juga.Namun hari ini, hari yang sudah semalaman kemarin diperkirakan oleh gadis itu adalah hari yang sangat baik dan pastinya akan sangat membahagiakan juga untuknya karena ia hendak menyatakan cinta kepada seseorang yang ia sukai dan berkeyakinan kalau cintanya itu pasti akan diterima.Nyatanya, kenyataan tak semanis khayalan. Bukan penolakan yang membuat gadis itu tampak se-menyedihkan sekarang i