Kayla berjalan begitu riangnya sembari bersenandung kecil. Dalam hati menyuarakan sebuah lirik lagu cinta yang menjadi gambaran suasana hatinya saat ini, yaitu falling love. Di tangan kanan-kirinya terdapat gulungan kertas pink berpita biru dan sebatang coklat juga tidak ketinggalan menyertai langkahnya.
"Itu dia." Mata Kayla menangkap sosok cowok yang keluar dari salah satu ruangan kelas yang hendak ia tuju sekaligus adalah kelas milik cowok itu sendiri. Kayla memegang dada bagian kirinya, merasakan degup jantung yang bermain ritme tidak beraturan.
"Kak Aska, aku datang," gumam Kayla, begitu bersemangat.
Kayla yang masih berada di ujung koridor, kemudian makin mempercepat laju langkahnya. Tidak ingin kehilangan waktu terbaik.
Setelah dirinya sangat dekat ....
Bruk
Karena tidak bisa mengontrol kecepatannya, Kayla jadi menabrak seseorang. Sangat yakin kalau orang yang ditabrak olehnya adalah Aska si cowok yang berhasil memikat hatinya, tanpa ba-bi-bu lagi ataupun sekedar mendongkakkan kepala untuk menatap Aska, Kayla berniat langsung mengutarakan perasaannya dengan posisi kepala seperti itu, yaitu menunduk. Karena apabila ia menatap langsung, Kayla tidak yakin akan kah sebuah pernyataan cinta dapat ia realisasikan menggunakan mulutnya, sedangkan dengan menunduk saja ia merasa lumayan gugup serta gemetaran.
Dengan mengumpulkan semua keberaniannya, Kayla berlanjut berkata, "K-kak, semenjak masa orientasi kemarin aku sudah suka sama Kakak. A-aku ingin Kakak jadi pacar aku?" Tangan Kayla menyodorkan gulungan surat serta coklat kepada cowok yang berdiri di hadapannya. Sedetik, dua detik, belum ada respons yang ia dapatkan. Tubuhnya mulai menghasilkan keringat dingin, khawatir jika pernyataan cintanya malah ditolak mentah-mentah.
Namun di detik ke-tiga, sosok cowok yang berdiri di hadapan Kayla perlahan menerima pemberiannya, Kayla tersenyum senang. Kemudian terdengar suara sorakan 'terima' dan tepuk tangan yang dihasilkan oleh murid-murid di sekitar mereka berdua. Kayla cukup senang karena ternyata banyak yang mau mendukungnya, padahal seingat Kayla, Aska itu adalah salah satu cowok idola di SMA Garuda yang artinya digandrungi oleh kebanyakan cewek-cewek di sekolah ini. Namun untuk sekarang ini Kayla tidak ingin ambil pusing, cukup fokus saja menunggu jawaban dari Aska.
Anehnya telinga Kayla mendadak menangkap suara seseorang yang amat sangat familier membaur mengikuti sorakan siswa-siswi disana.
Untuk memastikan siapakah orang yang berada dibalik suara tersebut, Kayla pun mengangkat kepalanya dan BUMM!! Bak kesetrum listrik yang memiliki tegangan luar biasa tinggi, tubuh Kayla terasa meregang seketika. Mata nya membola, seakan ingin keluar.
Tanpa diduga ternyata orang yang berada dibalik suara tersebut adalah Aska, dia berdiri tepat di belakang cowok yang sama sekali tidak Kayla kenal. Melihat Aska tersenyum dan masih menyoraki dirinya, memberikan Kayla fakta baru bahwa ternyata dia salah orang saat mengungkapkan perasaannya tadi. Ungkapan cinta ini malah tertuju pada sosok cowok yang asalnya entah dari mana, namun telah berhasil merebut posisi berdiri yang seharusnya diisi oleh Aska.
Kayla membekap mulutnya, tidak percaya dengan kesalahan fatal yang telah ia buat. Bagaimana bisa ia salah sasaran, dan lagi sasaran yang sebenarnya tampak mendukung Kayla untuk melanjutkan kesalahan itu. Ah, memalukan, sangat memalukan!
Semua orang di sekitar Kayla terlihat antusias untuk mendukung cowok asing ini agar segera menerima pernyataan cintanya. Kayla takut, bagaimana kalau cowok itu malah mengatakan 'iya' untuk sesuatu yang sebenarnya bukan hak miliknya. Langsung saja Kayla menggeleng teguh. Sebelum mimpi buruk itu benar-benar menjadi kenyataan, Kayla berpikir ia harus segera meninggalkan tempat ini.
"A—" ucapan cowok itu terjeda lantaran tiba-tiba saja Kayla pergi dari hadapannya.
Sebisa mungkin Kayla membuat kaki-kakinya berjalan dengan cepat. Ia tidak kembali ke kelas atau ke tempat teman-temannya yang sudah menunggu di kantin. Kayla memilih pergi ke toilet perempuan, memasuki salah satu bilik yang ada di dalam toilet itu. Tangannya dengan cekatan menutup pintu bilik yang sudah ia masuki.
Di dalam sana, Kayla mondar-mandir sembari menggigiti kuku-kukunya. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan kesalahan yang sudah ia ciptakan. Tangan Kayla naik ke atas kepala, kemudian merusak tatanan rambut yang sebenarnya sudah ia siapkan hampir dua jam di rumahnya subuh-subuh tadi karena ingin memberi yang terbaik untuk hari ini, namun ternyata malah perasaan frustasi yang ia dapatkan.
"Ahh ... Pait! Pait! Pait!" rutuk Kayla pada dirinya sendiri. Kegiatan yang dilakukan oleh Kayla terpaksa terhenti karena tiba-tiba saja terdengar beberapa gadis lain yang datang ke toilet.
"Lo liat gak kejadian di depan kelas XII IPA A tadi?" Kayla menempel telinganya di dinding-dinding pintu. Ingin menguping lebih jelas karena merasa kalau mereka sedang membicarakannya.
"Pastinya dong. Tapi sumpah, cewek yang berani nembak cowok tadi gentelman banget ya. Mana nembak nya di depan orang banyak lagi. Gua salut banget sama tuh adek kelas." Ternyata benar saja, dialog gadis-gadis itu menyangkut diri Kayla, tapi apakah Kayla harus senang mendengar pujian itu? Tentu saja tidak karena semua usahanya berakhir gagal.
"Gua yakin. Mereka berdua pasti bakalan pacaran. Secara gua liat tadi yang cowok juga kayak suka sama ntu cewek." Seperti tertusuk tombak, hati Kayla hancur berkeping-keping.
"Iyalah, liat aja tatapan cowok tadi. Keliatan banget kalau dia juga suka sama cewek yang nembak dia." Kayla memegang dadanya, tidak menduga kalau semua orang berpikir begitu. Sepertinya kesalahpahaman yang ia buat berdampak luas. Kayla bingung apa yang harus ia lakukan nantinya untuk menyelesaikan kesalah pahaman ini.
"Udahlah yuk. Bel bentar lagi mau bunyi. Kita balik lagi ke kelas kita." Setelah terdengar kalimat itu, tidak ada lagi suara yang menyusul. Kayla yakin kalau beberapa gadis itu pasti sudah keluar dari toilet. Kayla pun ikutan keluar dari dalam bilik persembunyiannya. Ia berjalan menuju cermin yang berada di atas wastafel. Memantulkan wajah kusutnya di cermin.
Seorang gadis berambut hitam sebahu dengan pita biru laut yang selalu dikenakannya, bermata bundar coklat pekat dan kelihatan besar, serta berlesung pipi di kedua belah pipi chubby-nya. Beberapa ciri-ciri fisik itu sudah cukup jelas sedang menjelaskan gambaran sosok seorang Kayla Audrey.Gadis dengan keceriaan yang selalu terpancar dari dalam dirinya, tak jarang juga tingkahnya yang kadangkala konyol sangat ampuh untuk membuat orang-orang di sekitarnya menjadi merasakan keceriaannya juga.Namun hari ini, hari yang sudah semalaman kemarin diperkirakan oleh gadis itu adalah hari yang sangat baik dan pastinya akan sangat membahagiakan juga untuknya karena ia hendak menyatakan cinta kepada seseorang yang ia sukai dan berkeyakinan kalau cintanya itu pasti akan diterima.Nyatanya, kenyataan tak semanis khayalan. Bukan penolakan yang membuat gadis itu tampak se-menyedihkan sekarang i
Pikir Kayla, saran yang Ando berikan padanya lumayan juga untuk ia terapkan. Walaupun sedikit memalukan nantinya karena pasti akan ditertawakan oleh Aska, namun setidaknya itu dapat menyelesaikan kesalahpahaman.Ia hanya perlu menemui Aska dan menjelaskan kalau sesungguhnya pernyataan cinta itu di tujukan padanya. Selesai!Ahh ... Tidak, masih tidak karena setelah melakukan penjelasan, Kayla 'kan juga harus menunggu jawaban dari Aska tentang pernyataan cinta darinya itu.Mengingatnya lagi membuat salah satu organ terpenting dalam tubuh Kayla kembali berdegup cepat. Padahal ini bukan kalipertamanya, dia juga 'kan sudah melakukannya beberapa jam yang lalu. Namun kenapa masih belum bisa terbiasa, kenapa rasanya seperti kembali berada dalam kejadian itu lagi?Mengajak Arin, Kayla pergi menuju kelas kakak osisinya itu tepat di jam pulang sekolah."Rin, tangan gua kok rasanya gemetaran yak?"
Pagi yang cerah ini Kayla awali dengan senyuman ceria. Bukan tanpa alasan, karena hari ini merupakan hari yang baru bagi Kayla. Hari ini ia telah resmi menjadi siswa didik di SMA Garuda. Tidak ada lagi kegiatan-kegiatan MOS yang melelahkan dan itu membuat Kayla bahagia.Senyum Kayla berubah semakin cerah kala ia melihat seorang individu yang amat dikenalnya. "Arin. Tungguin," panggilannya kepada Arin yang berjalan di depan.Mendengar adanya suara panggilan dari Kayla, Arin menoleh. Langkahnya pun terhenti sesuai dengan permintaan Kayla tadi. Namun, ketika ia melihat seseorang yang lain yang berjalan berdampingan dengan Kayla, gadis itu malah langsung melanjutkan perjalanannya yang sempat terjeda. Panggilan yang Kayla lakukan lagi sengaja dihiraukan oleh Arin. Melihat Arin yang benar-benar sengaja mengabaikannya, Kayla tidak marah karena ia sangat tahu alasan kenapa Arin berperilaku seperti itu dan Kayla memaklumi alasannya."Marahannya awet ya," kata Kayla
Kayla sekarang sudah berada di kelasnya, yaitu X IPS A. Ia duduk di bangku yang berada di ujung, di tepian jendela. Kayla sengaja memilih tempat itu karena itu merupakan tempat yang dirasa oleh strategis untuk segala hal, untuk tidur saat pelajaran sejarah yang membosankan misalnya. Di kala semua murid-murid yang lain memiliki partner duduk masing-masing hanya Kayla sendiri yang belum memiliki siapapun di bangku sebelahnya. Kayla rasa itu lebih baik lagi, ia bisa lebih leluasa menikmati tempat yang strategis itu sendirian.Bukannya Kayla tidak ingin bersosialisasi dengan murid-murid lain, ia hanya merasa kalau hal itu bisa ia lakukan di lain hari. Biarkan lah alur yang membawanya, bukan kemauannya sendiri.Kayla masih mengingat eskpresi wajah Arin ketika ia mengatakan Ando sekelas dengan gadis itu. Ekspresi Arin masih bisa membuat Kayla terkekeh sendiri sampai sekarang. Bagaimana tidak, raut kejengkelan yang gadis itu tunjukkan juga recokan yang gadis itu paparka
Hiruk pikuk murid-murid di kelas yang sedang memperkenalkan diri masing-masing sesuai perintah Pak Darma, tidak Kayla pedulikan. Ia tengah meratapi nasib yang dianggapnya sangat menyebalkan. Jadi ketua kelas? OMG seumur-umur pendidikannya baik dari jenjang TK sampai awal pendaftaran SMA, Kayla tidak pernah membayangkan jabatan itu akan dijambangi olehnya. Bukan kenapa, menurut Kayla menjadi ketua kelas itu sangatlah merepotkan, membuang waktu, dan juga ia harus bertanggungjawab untuk banyak orang yang tidak ada hubungan apa pun dengannya. Terlebih lagi pekerjaan itu tidak akan memberikannya gaji. Maklumi saja, Kayla memang sangat perhitungan jika disuruh melakukan sesuatu yang tidak ia sukai. Posisi Kayla sekarang ini adalah menyangga keningnya di dataran meja belajarnya. Ia tidak tidur, ia hanya ingin menenangkan pikirannya saja. Lalu Kayla sedikit memiringkan kepalanya mengarah ke Kenzo. Kayla benar-benar tidak habis pikir, kenapa bisa