AUTHOR POV
Seperti kebanyakan kota metropolis lainnya. Jakarta dipenuhi oleh kesibukan dari berbagai kalangan. Mencari uang ialah tradisi manusia untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga.
Hari itu Mika sudah sampai ke kantor sebelum pekerja lainnya datang. Ia terpaksa bangun pagi supaya tak mengulangi kesalahannya di hari pertama bekerja.
Suasana kantor yang senyap membuatnya semakin kesepian. Akhirnya ia menyibukkan diri membikin segelas kopi instan sebagai penghilang rasa jemu-nya.
Perusahaan milik keluarga Dylan yang telah memperkenalkan jenis-jenis makanan di Indonesia membuat Indonesia menjadi pemegang nomer satu pemilik makanan terlezat sedunia.
Jam mulai bergulir ke arah kanan. Para karyawan lambat laun berbondong-bondong menduduki kursi teposnya-sebab terlalu lama diduduki. Miya Cooper, seorang wanita bertubuh tinggi semampai, menyilangkan kakinya dengan feminim sembari memoles lipstik merahnya.
Beberapa pasang mata melotot ke arah rok pendek yang ia kenakan, menunggu kesempatan supaya Miya cooper tak sengaja memperlihatkan paha putih serta celana dalamnya.
“Kurasa ia sengaja” batin Mika terkekeuh
tujuan utama Mika ialah mencari uang dan melanjutkan hidup. Persetan dengan mencari perhatian pada mereka yang tak berhenti mengeluarkan liur akibat terlalu banyak berpikiran mesum.
Mika cukup lega terlahir menjadi orang yang jauh dari standar orang pada umumnya, dengan begini ia tak harus berkutat pada kengerian imajinasi laki-laki hidung belang.
Mika terlahir dengan wajah putih, berbeda dengan Mami dan Papinya yang berkulit sawo matang. Para tetangganya sering ikut andil memberi pendapat bahwa Mika seperti bukan anak mereka karena tidak mirip. Seperti Mika yang biasanya, ia tak pernah menganggap hal itu serius, sebaliknya ia menganggap itu hanya lelucon.
Wajah Mika yang nampak sengaja dibentuk dari campuran Eropa-Chinese-dan jawa. Tapi, wanda tak pernah menahu darimana bentukan blasteran itu bisa terlukis di wajahnya. Mami dan Papinya sama-sama anak semata wayang, dan yatim piatu sejak muda. Mereka sangat tertutup perihal masa lalu mereka terhadap orang lain, khususnya Mika.
Meskipun begitu, Mika tak ambil pusing. Wanda dibesarkan dalam lingkaran yang hangat dan penuh sayang. Ia sangat mencintai kedua orang tuanya. Ia bahkan tak pernah pacaran sebab takut terbagi cintanya antara pacar dan orang tua. Meskipun banyak cowo yang mati-matian menyatakan cinta, memberi kado atau coklat bahkan nekat teriak di depan sekolah agar diterima oleh seorang wanita cantik bernama Mika Loudge.
pertemuan antara Mika dengan Alex membuat mereka semakin akrab, ditambah mereka berada di satu divisi, divisi pemasaran.
“Mickey, nanti malem, mau ga jalan sama gue?”
“Boleh, jam berapa? dimana?” jawab Mika antusias
“Jam 7, soal tempat nanti tau sendiri. Nanti gue bakal jemput lu” kata Alex penuh misteri
“okay” aku hanya manggut-manggut
***
Matahari mulai meredup, cahayanya singgah menuju bagian bumi yang lain. Mandi selepas menjemput rejeki ialah tradisi paling menyenangkan untuk meluruskan otot-otot yang tegang sebab terlalu lama menempelkan pantat ke kursi. Tubuh montok Mika yang diguyur air hangat dari pancuran sembari dipijat rambutnya menggunakan shampo.
Bibir berisinya yang merah muda bersenandung lirih mengikuti alunan lagu yang ia pasang. suara Billie Eilish yang merdu diikuti suara biasa-biasa-ajanya Mika memberi kedamaian di hati wanda yang kesepian. suara ketukan dari balik pintu rumah Mika menghentikannya melantunkan lirik kesukaannya yang telah ia hafal di luar kepala.
Masih mengenakan handuk yang menyembulkan sedikit payudaranya. Mika dengan ligat melangkah ke depan daun pintu. Dibaliknya manusia tampan dengan brewok ciri khasnya,mengenakan setelan jas yang dikelilingi aroma maskulin pria metropolis. Alex Andrew.
“silahkan masuk, lex” ajak Mika
“o-okay” balas Alex sedikit tergagap
Matanya tak berhenti menatap kulit putih serta tubuh montok Mika. Matanya menyusuri hingga ke pantat Mika yang meliuk beraturan, membuat tubuh bagian bawah Alex menegang.
Alex mencoba menutupi kegelagapannya, dengan mencoba membuka percakapan.
“Gak biasanya lu keliatan cantik, mickey”
“Lah, selama ini emangnya wanda ganteng emangnya?” celetuk Mika.
diikuti tawa Alex yang mengisi rumah Wanda yang tadinya senyap.
“Mika tinggal dulu ya” kata Mika sambil melenggang menuju kamar
Alex dengan imajinasi liarnya tak berhenti melihat pantat Mika yang hampir keliatan akibat membungkuk untuk mengambilkan air untuknya.
Astaga, otak mesum gue kenapa fungsi lagi!
***
Suara dentuman musik Electronic-Disco-Music seolah menyambut kedatangan para tamu. Aroma euphoria yang menyeruak dari sudut-sudut klub malam yang diterangi lampu sekadarnya sebagai ciri khas.
Langkah hentakan sepatu bermerk tak pernah absen hilir mudik menyusuri tempat pemenuhan nafsu itu.
Mika dengan gaun yang cukup nyeplak, mempertontonkan sedikit payudara montoknya.
Dalam hati ia mengutuk dirinya sendiri, sebab mengenakan pakaian yang sudah dua tahun silam tidak pernah singgah ke tubuhnya.
Sialan, aku lupa tubuhku makin melar.
Air mukanya makin tak nyaman ketika laki-laki yang kebanyakan telah beristri menatapnya tanpa malu dengan mengedipkan satu matanya, menggoda.
Brengsek, dasar tua bangka tak tau diri!
Alex melambaikan tangan ke arah wanita bertubuh semampai yang tengah sibuk ngobrol dengan para pria. Senyumnya merekah di antara bibir merahnya yang disapu lipstik merah menyala nampak lipstik itu diciptakan khusus untuknya.
“Hey, lex. sini cepet” sapa Marissa penuh semangat
“Mickey, yuk, udah ditungguin temen gue tuh” Alex melingkarkan tangan kekarnya di pinggang Mika. Membuatnya sedikit terlonjak sebab belum pernah disentuh lekaki manapun selain papinya.
“Wah wah wah. hei, siapa nih. Cantik bener?” goda Marissa sambil mengarahkan pandangannya ke arah Mika.
Mika merona, menunduk malu.
“kenalin, aku Marissa Lourd”
“A-aku Mika, anu Mika Lodge”
"Ini orang kumat lagi anu-anunya" cerocos Alex.
“Hampir sama ya nama belakang kita”
“Apaan si Mar. Kagak ada kembar-kembarnya dah” celoteh Alex ikut nimbrung
"Pasti ini gara-gara keturalan virus receh ala Alex Andrew" imbuh Mika.
"Iya nih kebanyakan bergumul dengan manusia alien ini bikin kepala gue berputar lebih dari 360 derajat. Yahh garing" celetuk wanita berambut merah senada dengan gaun yang ia kenakan.
Malam itu terasa panjang diisi nafas-nafas bau alkohol dan kepulan asap rokok. Beberapa menyibukkan diri menyesap bibir manis para wanita yang menjajakan dirinya sebagai cara menyambung hidup.
Mika tidak pernah merasa jijik dengan pekerjaan yang dilakoni para wanita itu. Hanya saja ia geli melihat laki-laki berkeriput yang dikelilingi banyak wanita sambil tangannya merogoh liar kemana-mana. Tangannya mahir meremas dada wanita-wanita tadi hingga mendesah. Kesadarannya yang mulai menipis, pria tua itu melangkah gontai menuju wanda. Seperti predator yang sibuk memata-matai mangsanya.
Tangannya langsung meremas paha Mika tanpa aba-aba. Mika terkejut sekaligus takut.
Sebuah kepalan tangan mendarat ke arah pipi renta pria tadi. Darah dari mulutnya muncrat, mungkin giginya segera copot sebab telah menua.
“Bangsat, bajingan lu” semprot lai-laki bertubuh kekar dan tegap-sembari menghujamkan pukulan lagi dan lagi
Beberapa orang yang berada di klub malam itu segera membantu melerai keduanya
tak lama, lelaki yang menghujamkan pukulan ke pria tua bangka menghampiri wanda dengan muka khawatir
“Kamu ga papa Mika?” tanya lelaki tadi
Mika hanya mengangguk
Ia tengah berusaha mengumpulkan sisa kesadarannya atas kejadian yang menimpanya.
“Hey tak mungkin kau melupakan wajah tampan ini”
“E-eh?” balas Mika heran
Mika hanya menatap kosong belum bisa mencerna perkataan Noah.
Mika terlonjak kaget ketika tangan kekar Noah melingkari pinggang Mika. Dan menggendongnya menuju arah dalam klub tersebut.
Mika yang masih kebingungan hanya terdiam di pelukan pria yang baru lima menit ia temui.
“Loh kenapa kamu bawa aku kesini?” tanya Mika kebingungan
“Kamu lupa dengannku Mik?” ujar Noah.
“Aku bukan mik , tapi Mika. Pake A” jawabnya sembari menekankan huruf A membuat Noah tertawa.
“Aku tahu, kamu ga ingat cowok gendut yang suka ngejahilin kamu?”
Mata coklatnya menyusuri setiap jengkal wajah Noah yang tampan.
“Hah, bentar-bentar. Kamu si ndut?. Astaga gendut Mika kangen banget sama ndut” ujar Mika sejurus kemudian merangkul tubuh Noah yang membawanya menuju ke arah ujung koridor.
“Bentar, bentar. Masak manusia gembul bertama biru sudah menjelma macam ksatria baja hitam, punya jurus seperti ultrama kamu ya” cerocos Mika diikuti wajahnya yang meledek
“Nah itu sepuluh tahun aku berguru dengan para ultraman supaya bisa berubah!” balasnya tak kalah antusias sembari menurunkan tubuh Mika di atas sofa berwarna krem di samping ranjang berukuran jumbo. Dan tentu saja fancy.
***
“Hey, gadis udik. Mukamu kok aneh. Sipit, pendek, pipi gendut” ejek Noah sambil menjulurkan lidahnya.
Mika hanya diam dan tersenyum
Mika tak menghiraukan perkataan Noah sebagai olokan. Sipit, pendek dan pipi gendut ialah ciri khas.
Hidup di Indonesia bahkan di bumi ini pasti ada yang namanya perbedaan.
Mika sudah mengerti itu sejak kecil.
Noah adalah tetangga barunya, wajahnya khas bule-bule pada umumnya. Kulitnya putih, tubuh tinggi, rambut pirang dan mata biru. Tapi, bedanya Noah bertumbuh gempal.
Mika yang masih berumur delapan tahun harus membantu ibunya berjualan di kantin sekolah bersama mami dan papinya.
Pernah suatu ketika Noah yang jahilnya sudah berakar, berkuadrat dan berpangkat mencoba mengagetkan wanda dengan memberinya ulat bulu.
Siapa yang nyana kalau Mika, gadis yang polos dan pendiam ternyata tidak takut pada apapun.
Bagai senjata makan tuan. Akhirnya Noah mendapatkan karmanya. Tubuh gendutnya penuh bentol-bentol akibat terlalu lama memengang ulat bulu.
Pagi-pagi sebelum jam berangkat sekolah, Mika pergi ke rumah Noah yang berada tidak jauh dari rumahnya untuk menjenguk Noah ke rumahnya.
“Ndut, maafin Mika ya gara-gara Mikaa. Endut jadi lebih endut lagi”
Noah hanya mematung, dan sebagian dirinya menahan tawa
“Seharusnya Mimi yang kena gigitan ulat, biar wajah endut ga tambah jelek gitu” rengek gadis berusia tak lebih dari sembilan tahun yang kerap dipanggil Mimi oleh orang tuanya.
Noah kecil agak merasa kesal tapi melihat gadis yang berdiri sambil menangis di samping dipan yang ia tiduri membuat hati kecilnya luluh.
“Kalau Mika ngerasa salah, bener-bener salah. Temenin Noah berangkat sekolah ya”
Mika versi kecil manggut-manggut sambil mengusap sisa ingusnya.
***
Matahari terbirit-birit menyinari kepala-kepala para siswa yang ikut berlari dengan tergesa akibat jam hampir menyentuh waktu terlambat sekolah. Tubuh gempal Noah berguncang dan penuh keringat akibat ditarik-tarik tanga kecil Mikaa yang ingin segera meraih gerbang sekolah berwarna hitam yang sudah sedikit berkarat itu.
Seragam putih merah Noah basah tanpa harus terkena air hujan setetespun. Nafasnya kembang-kempis.
Rasa gatal akibat ulat sialan itu kembali menyiksa tubuh gempal Noah yang lengket akibat butiran-butiran peluh yang muncul dari pori-pori kulitnya.
“Berhenti Mika, stop. Noah udah ndak kuat lagi” katanya
Noah menjatuhkan tubuhnya di atas trotoar yang sepi.
“Aduh, endut. Lha wong tinggal sepuluh langkah lagi malah bilang stop”
Mika kesal melihat penampakan bocah gempal yang tidak tahu malu rebahan di atas jalanan.
“Astaga, wajahnya endut makin jelek. Gimana ini?!” Teriak Mika sembari meraba wajah Noah yang semakin bengkak dan merah
Noah yang masih berusaha bernafas normal tidak mampu mengeluarkan suara
“udahlah sini aku gendong”
Gadis berambut hitam panjang nan lembut itu meski berbadan pas-pasan dan pendek mencoba membopong tubuh Noah yang jauh dari beban tubuh Mika.
Bukanlah Mika bila tak berhenti mencoba. Beberapa kali ia mengejan dan ikut berkeringat mengangkat bocah berambut ikal itu ke atas punggungnya.
Berhasil!
Keduanya lolos dari jeratan hukuman guru Bimbingan Konseling yang terkenal akan ancaman-ancaman dan hukuman yang membabi buta.
Suasan di luar kelas masih ramai menunggu lonceng tanda masuk.
Segerombolan bocah-bocah sebaya dengan Mika dan Noah melihat mereka sembari menahan tawa.
“Udah gembrot, bentol-bentol pula. Tambah mengembang tubuhnya” celoteh salah seorang anak laki-laki sambil memoncongkan mulutnya ke arah bocah bule berbadan berisi itu.
Yang lain ikut komat-kamit mengejek wajah Noah yang dihinggapi motif bentol-bentol merah khas gigitan ulat bulu.
Tangan Noah saling menggenggam, menggenggam amarah dan ketidakberdayaannya untuk melawan. Ia terlalu takut memukuli anak-anak bertampang khas jawa itu. Noah turun dari gendongan Mika kemudian langsung nyelonong pergi. Meninggal Mika yang geram melihat Seto dan anak-anak lainnya yang ikut menyoraki Noah.
Satu hantaman keras berhasil mendarat ke pipi ketua geng anak-anak yang hobinya hanya menjadi tukang perundung. Seto nama anak itu, Ia adalah anaknya pak Lurah yang rumahnya berdampingan dengan rumah Mika.
***
“Semua orang berbeda, Noah. Kamu atau aku sekalipun” hibur Mika sembari menepuk punggung Noah.
“Mereka mengatai tubuhku” rengek Noah.
“Coba sini lihat Mika” Mika mencondongkan tubuhnya untuk melihat wajah Noah yang tertunduk
“Aku kan ndak pernah ngejek Noah. Mika selalu ada buat Noah. Bahkan Mika udah maafin Noah meskipun Noah suka jahil sama Mika. Noah harus bisa memaafkan orang lain” Lesung pipit di kedua pipi gemuknya membuat hati Noah merasa teduh.
“Maafin Noah ya mik, nanti giliran Mika yang ngabulin semua wish kamu deh” kata Noah menawarkan
“Tapi Badanku tambah gatel, perih gara-gara aku garuk tadi”
“Ya Tuhan, kok badannya Noah tambah gede sih” wajahnya risau namun pemilihan katanya seperti mengejek.
Membuat Noah mengeluarkan smirk-nya.
“Ya udah, pake jaket ini aja ya, aku gendong ke UKS” balas Mika sambil memakaikan jaket bercorak kuning dengan aksen unicorn di bagian dada ke tubuh Noah.
***
Kenangan lampau ketika masih kanak-kanak menjadi euphoria lain di klub malam itu. Dialog-dialog panjang diwarnai dengan tawa dan mata nyala sepasang manusia.
“eh ngomong-ngomong kamu kok bisa tahu kalo ini aku sih?”
“Ya karena kamu Mika"
"Ndak jelas ih"
Mata biru steve menyala sambil menelusuri lekuk tubuh Mika yang montok. Matanya liar ke payudara yang menyembul.
Dialog-dialog serta beberapa jenis miras menemani nostalgia mereka.
Lambat laun keduanya kehabisan kesadaran.
Noah dengan otak tampan nan liarnya melumat kasar bibir ranum Mika.
Mika berusaha mendorongnya, tapi kewalahan sebab pria itu terlalu kuat untuknya
Mulutnya merangsek ke dalam mulut Mika, menelusuri lidah dan saling bertukar saliva.
Mereka berhenti sejenak menghela nafas
Noah yang masih tak puas mendorong tubuh montok Mika ke ranjang.
Tangannya meliuk mengitari payudara yang belum terjamah oleh siapapun
“Kau begitu seksi Mik, aku sudah lama menginginkanmu. Aku mencintaimu” ucap Noah yang megap-megap
“Mika pake A” balas Mika yang membuat Noah menarik salah satu sudut bibirnya
“Sstt suaramu membuatku semakin buas” bisik Noah sembari menghujani ciuman di area leher Mika.
Mika mendesah sekaligus tertawa dengan kejadian itu.
Belum pernah ia merasakan seperti ini.
jantungnya berdentang lebih cepat dari suara jam
Apakah ini rasanya disentuh? batinnya menguasai
Ia semakin masuk ke dalam aroma kenikmatan.
Dibalasnya pagutan Noah dengan cara yang kurang begitu mahir. Maklum baru pertama kali.
Tangan kekarnya turun ke bagian paling sensitif bagi bagi para wanita.
“Ja-jangan Noah” kata Mika lirih
“Oh ayolah, aku tahu kau belum pernah merasakan euphoria seperti ini. Aku janji kau takkan menyesalinya”
Dihisapnya puting merah muda milik Mika. Dijilat bak binatang buas. Dipilinnya puting merah muda tersebut. Wanda mengerang keenakan
“Tapi kita teman”
“Kita sudah dewasa Mik, sudah sepatutnya kau merasakan momen seperti ini. Dan aku akan membuatmu melihatku sebagai laki-laki” bisik Noah, hembusan nafasnya yang beraroma mint menguar ke permukaan kulit dada Mika .
Noah memasukkan jari-jari besarnya ke lubang kenikmatan.
Mika menjerit sakit, Noah semakin girang dan memasukkan jarinya lebih dalam
Cairan kenikamatan semakin keluar, dijilatnya lubang senggama itu
Mikaa menggelinjang, matanya merem-melek menahan sakit, geli serta nikmat.
Noah mulai membuka dress merah yang Mika kenakan,
Pipi chubbynya merona, tubuhnya montok dan menggoda
Noah melepas pakaiannya. Menunjukkan bendanya yang terangsang dan mengeras
Mika menutup mukanya yang makin malu melihat benda yang baru pertama kali ia lihat
bagian tubuh pria berkulit eksotis seperti pahatan yang dibuat oleh malaikat. Bagian tubuhnya yang mengeras dan panjang mulai menghampiri lubang milik Mika.
Mika merintih, dan takut merasa tak mungkin benda sebesar itu muat ke lubang sensitifnya
“Ahhhh” Mika menggelinjang
Mata hazel coklatnya basah menahan sakit serta kepuasan.
Noah kembali menghujani tubuhnya dengan gigitan kecil yang meninggalkan bekas yang akan dikenang sebagai nostalgia.
MIKA LODGE POV "Pagi sayang” suara serak mengalun membangunkanku.Morning kiss tak lupa diberikan oleh manusia yang dulunya musuh kini menjelma sebagai seorang kekasih.Kubalas pagutannya dengan menyesap bibir bawahnya.Aku tak percaya, kemarin ialah hari terakhir menjadi gadis perawanHatiku hampir mencelos keluar gara-gara melihat Noah beranjak dari tempat tidur dengan keadaan telanjang bulatpantatnya yang terpahat sempurna sukses membuat mataku menyala, seketika luntur kantukku.Ia menoleh, terkekeuh melihat pipiku yang merekah merah.“Kenapa sayang, belum puas yang semalem?” ujarnya dengan mata nakalpipi ku makin merah, serasa siap meletus."Mau sarapan pake apa?""E-eh pakai... sendok?""Kebiasaan lama nih, sukanya kikuk"Noah kembali ke atas ranjang, mencium pahaku yang masih polos t
ALEX ANDREW POVWajahku tertekuk tak beraturan seperti kertas yang sudah kusut. Sialnya aku, yang gagal menjadi pahlawan kepagian untuk menolong Mika.Noah Dylan! Sejak kapan ia peduli dengan wanita?! Bukankah kepeduliannya tak lain dan tak bukan adalah tubuh telanjang para kaum hawa.Kutenggak beberapa gelas minuman beraroma kuat yang membuat kepalaku semakin sakit dihantam pikiran liar tentang Wanda dan pria sialan itu.Tak cukup ia merebut wanita jalang itu kemudian gadis yang aku, maksutku sahabatku.Mentang-mentang berkantong tebal dan berwajah ganteng juga minim akhlak. Dia tak punya hak untuk menyentuh tubuh Mika yang meggunakan baju sialan itu. Seharusnya tadi aku menyebutnya jelek supaya ia berganti pakaian.Seharusnya tadi aku tidak terpesona dengan pemandangan dadanya yang membuat pikiranku ngalor-ngidulAku merasa bingung karena tidak bisa mengendalikan pandanganku ke arah Mika yang sedang digendong ol
NOAH DYLAN POVAku terduduk di kursi depan bar yang menyuguhkan bermacam-macam minuman yang akan membuat orang yang menenggaknya akan jatuh ke lubang yang lebih tenang. Cairan yang akan membuat siapapun yang mengonsumsinya akan kehilangan akal dan lupa akan hiruk-pikuk kejamnya dunia.Aku menelan cairan itu dalam satu teguk. Hingga dua atau tiga teguk kemudian, aku tersedak ketika menangkap wajah yang sudah lama tidak ditemukan oleh kedua mataku.Tubuhnya lebih tinggi dari yang ku perkirakan. Wajahnya masih sama teduhnya. Sialan, liuk tubuhnya membuat tubuh bagian bawahku menggeram.Dress berwarna merah maroon yang super ketat di tubuh montoknya. Terlebih lagi dengan dadanya yang menyembul seiring kaki panjangnya melangkah menuju ke arah bar di ujung yang berlawanan dengan tempat aku duduk.Sudut bibirku meninggi ketika melihat Mika, Ia berjalan dengan canggung sebentar-bentar menarik gaun yang minim bahan it
MARISSA LOURD POVAroma rose menguar dari sabun mandi yang aku gunakan. Busanya aku mainkan membentuk bola-bola tak beraturan kemudian ku tiup, membuat mereka jatuh dan hancur.Sepi dan kesepian. Kesibukan di kantor hanyalah sementara. Aku terjebak lagi di rumah ini.Rumah yang didesain ramping dan hanya berlantai dua saja.Rumah ini aku beli lantaran ingin menjauh dari keadaan rumah orang tuaku.Sudah lima bulan lebih aku tidak berbicara dengan Bunda.Apakah pria brengsek itu kembali lagi?Bunda tidak akan pernah menghubungiku sekalipun ia tengah menderita.Suara ketukan dari balik pintu rumahku membuatku malas beranjak dari bath-up.Mungkin Alex? Astaga aku lupa tentang ajakan Pak Dylan.Dengan tanggap, aku meraih handuk putih dan melingkarkannya ke badanku.Rambutku yang masih basah, airnya menitik seiring aku berlari kecil menuju pintu.
AUTHOR POVHigh heels berwarna merah berayun-ayun di balik meja di sebuah kantor, tangan putihnya meliuk-liuk dengan girang. Pena yang ia pegang. Mulutnya yang disapu lipstik merah mate tersenyum kecil takut dilihat orang lain di kantor itu.Marissa masih membayangkan kenikmatan yang dialaminya semalam. Ia kadung candu dengan kelihaian Mr. Dylan. Baru kali ini Marissa mendapatkan pria yang bisa memenuhi petualangan seksualnya. Alex, sahabatnya tidak begitu lihai membuat suasana seks menjadi lebih bervariasi.Ia sudah jatuh cinta dengan tubuh bosnya sendiri.Ponselnya berdering. Layarnya menganga menampilkan sebuah pesan teks dari si pengirim bernama Mr. Dylan.Nanti kita makan siang bareng yaMenu hari ini apa, Tuan?ku balas pesannya. Ia tersenyum di balik jendela kaca ruangannya yang menhadap ke mejaku.Tentu saja hidangan yang menggairahkan
NOAH DYLAN POVPerasaan bersalah membuat kepala ku pusing. Kuacak asal rambut, memaki wajah tampanku.Sial, bodoh sekali aku ini. Alisku berkerut tengok puluhan panggilan tak terjawab serta beberapa pesan dari Mika, pacarku.Aku meninggalkannya sehari setelah berpacaran dengannya, dan sibuk meniduri wanita lain. Ku kerutuki wajahku dengan berbagai julukan binatang.Tubuhku kini terjebak di kamar mandi seorang wanita yang belum lama kukenal, dan dia adalah sekretarisku sendiri.Rahangku mulai mengeras mengingat semalam bermimpi tentang wanita itu.Aku jatuh cinta dengan tubuh Marissa, tapi hatiku berdetak hanya untuk Mika.Penyakit ini telah membunuh jiwa kemanusiaankuKata Reigen, kerabat sekaligus dokter yang selama ini menangani gangguan psikologis ku yang telah mendiagnosa penyakit ini sejak lima tahun silam.Aku tidak yakin akan hidup deng
AUTHOR POVMika masih sibuk menunggu balasan Noah. Sudah 24 jam ia menghilang. Mika yang satu perusahaan tak bisa pergi seenaknya mencari Noah ke ruang kerjaMengaku pada staf lain bahwa aku kekasih barunya? BatinnyaIa menggeleng keras.Matanya bergidik risih, merasa bodoh jika melakukannya. Alex yang duduk di samping Mika tengah asik mengunyah sepiring nasi padang. Suara berisiknya yang makan tak mengganggu wanda yang masih sibuk menggeser layar ponselnya. Tidak seperti biasanya Mika yang selalu mengeluh kalau ada yang bersuara saat makan.“Dari tadi gue sengaja bikin suara pas makan, lu kok ga ngomel. Kagak biasanya, what’s happen, girl?“Pusing gue, pacar gue ga ngasih kabar dari kemaren” keluh Mika dengan intonasi yang masih medhog“Jangan-jangan doi maen sama ceweknya yang lain” ejek Alex.“Eh jancuk sekali anda, ga mungkin dia kayak gitu” elak
To be continuedAUTHOR POVWajah Mika yang ceria ketika masuk menuju lift membuat Alex keheranan. Alex merasa sahabatnya sudah sengklek sebab seharian kemarin wajahnya kusut dalam semalam berubah menjadi seriang atau segila ini. Tapi entah kenapa mukanya memerah dan menganggap Alex lebih imut dari biasanya.“Kenapa lu, kesambet?”“Eh, Mika seneng banget, banget dan banget. Tadi pagi Noah ngelamar aku, lex!” teria Mika, sontak membuat seluruh penumpang lift lainnya tertegun.Dalam satu kalimat saja yang terlontar dari mulut Mika sukses membuat hati tony runtuh pagi itu."Mickey, lu itu baru kenal dia. Ga mungkin dia langsung seserius ini. Bohong kali""Ndak lex, belum aku ceritain ya""Ceritain apa""Kita berkawan sejak kecil, lex." ucapnya menggebu-gebuAlex tercenung.Apakah Mika ini adalah gadis yang kerap N
MARISSA LOURDSuara ngorok membuatku terbangun. Dengan keadaan tubuh tanpa sehelai kainpun aku terkapar di atas karpet yang berada tak jauh dari ranjang. Saking capeknya sepulang kerja ditambah perjalanan yang cukup jauh membuat mataku langsung terkatup dengan mudahnya.“Kita pulang yuk ke vila, disana lebih hangat dan indah”Suara yang belum sempurna dicerna olehku yang masih setengah tidur. Sepasang tangan mengangkat ku dengan lembut menuju mobil. Mataku seakan dibebani puluhan batu sulit terbuka.“Mar, bangun woi”Suara cempreng Alex yang agak serak dan maskulin sukses membikinku terperanjat. Aku terkejut melihat jam digital yang duduk di atas meja samping ranjang king size yang kutiduri.Dimana gue? Bukannya tadi di motel ranjangnya ga semewah ini?Pikiran tentang dimana aku sekarang sekejap pudar mengingat matahari sudah nyelonong masuk melalui cela
AUTHOR POV“Apaan sih lu” Marissa masih kaget melihat gelagat manusia yang terkenal aneh untuk dirinya.Tapi, alasan ia mengeraskan suaranya supaya suara detak jantungnya tak terdengar ke telinga Alex.Alex yang masih berusaha agar tak tergagap – kebiasaan lamanya ketika gugup.Fakta itu membuatnya makin gugup dan gelisah. Hingga sesuatu yang basah mulai mengguyur tubuh mereka. Bandung yang dikelilingi bukit dan pohon semakin dingin ketika dibasahi hujan.Jaket kulit milik Alex yang digunakan untuk menutup rambut Marissa bahkan tak mampu mengurangi volume air yang membasahi tubuh mereka. Kedinginan mulai menusuk sampai ke tulang.“Bibir lu gemeter, lu gapapa?” Alex yang melihat tubuh basah kuyup Marissa segera mendekapnya tanpa permisi. Tak seperti biasanya rasa gugup semakin mengikat mereka berdua. Mereka yang sudah menjadi “Friend with benefit” di at
ALEX ANDREW POVMataku seperti dibakar api di perapian yang ada di villa milik keluarga ku. Muka ku kusut dan bau, sudah dari kemarin malam tubuh ku tak terkena air selain air mataku sendiri. Tanganku memar akibat terlalu banyak memukul tembok.Brengsek! Aku meraih handphone dengan malas memencet dengan kasar sebuah kontak yang bertuliskan Marissa – si jalang.Dari seberang suara sesenggukan memenuhi isi telingaku. Suara yang akhirnya meluluhkan amaraku terhadap Marissa.Setidaknya Marissalah yang cukup memahami situasi yang aku alami.Mungkin kita tengah berada pada fase teralihkan akibat perasaan jemu dan kesepian yang menggiring kita merasakan perasaan yang mungkin hanya berlaku untuk sementara.“Lu dimana?” Baru kali ini aku melihat dia seterpuruk ini. Seorang Marissa sangatlah anti mewek-mewek club. Ia sangat benci ketika terlihat lemah di depan ora
MIKA LODGE POV“Aku mencintaimu Mika,meski tubuhku terjerat dan tidak leluasa memilihmu sebagai satu-satunya” bisik Noah di lekuk leherku.Aku terisak mendengar kalimatnya.Tapi manusia seperti diriku tidak cukup untuknya. Tidak akan pernah.Bukan hanya itu saja, aku pun akan menyakitinya lagi dan lagi seperti yang sudah sudah. Kita akan menjadi lingkaran setan dan saling menyakiti.Entah sejak kapan aku menjadi manusia yang rakus dan melupakan diriku. Atau apakah inilah wujud diriku yang sesungguhnya.Yang pasti, ungkapannya di sela ketidaksadarannya membuat hatiku terasa lebih hampa.Perasaan bersalah menggerayangi tubuhku.Aku menggeser layarku dengan buru-buru, beberapa dering kemudian.“Selamat malam pak, ada sebuah kecelakaan di jalan depan perpustakaan Timba Ilmu”Selamat tinggal Noah.Ku kecup bibirnya yang kering dan
NOAH DYLAN POVBelum sempat aku merebahkan diri setelah kejadian semalam. Badanku yang masih kaku sudah berada di atas kursi kebesaran keluarga Dylan.Belum ada kabar dari Mika. Apakah semalam hanyalah delusi?Tapi aku ingat betul, ketika aku berbicara dengannya di telepon.Tubuhku pun masih terkenang akan tubuhnya yang duduk di atas pahaku.Tubuhku tidak bisa ditipu ketika dipuaskan.Bayangan wajahnya membuatku tidak bisa berpikir jernih.Apakah ia kembali bersama Alex? Jelas aku ingat semalam aku berterus terang perihal keadaanku yang jauh dari kata normal.Pikiranku saling memaki dan bertengkar.Kepalaku semakin berdenyut.“Permisi pak, ada kiriman khusus untuk anda” kata Marissa melangkah menuju mejaku.Wanita ini benar-benar memiliki nyali yang besar. Atau lebih tepatnya tidak punya urat malu. Bagaimana tidak, setelah kelakuannya yang
32 Panggilan Terjawab dari Wanda.“Lex, maafin Mika, kalau udah denger pesan ini. Telpon Mika ya”Pesan suara dari Mika mengalir ke seluruh ruang apartemen Alex yang sepi.Maafin Mika, serius jangan tinggalin Mika ya Lex.suara isakan Mika membuat hati Alex semakin perih.Sejak malam mengerikan itu, Alex tak sempat memejamkan matanya. Gelagatnya seperti orang yang sedang keranjingan. Mukanya kusut, otaknya tak berhenti memutar dan memikirkan perempuan itu.Kamarnya sudah berantakan akibat amukan Alex yang kerasukan iblis tampan.“Alex”Suara familiar diiringi bunyi bel dari pintu apartemen membuatnya berhenti.Penampakan Marissa yang amburadul. Matanya setengah menyeramkan lantaran maskara yang luntur, rambutnya benar-benar kusut bahkan bajunya robek di bagian pahanya. Tidak sekalipun Alex melihat penampilan sahabat—mantan sahabatnya acak-acakan se
NOAH DYLAN POVSuara ban mobil mencicit sehabis kuinjak rem kuat-kuat.KacauHatiku benar-benar kacauTangan dan kakiku seakan lumpuh.Tubuhku menggigil hebat dan pandanganku mengarah pada pemandangan masa lalu.Bisikan Mami yang bersimbah darah mengelus kepala ku dan menangis. Di sisa hembusan nafas yang ia miliki serta di tengah keadaannya yang tengah meregang nyawa. Ia masih menyempatkan diri menenangkan diriku!Perasaan bersalah yang terus menjalar. Perasaan sakit yang merasuki seluruh rongga pikiranku. Hujan lebat yang terus mengguyur. Aku yang tiba-tiba merasa tercekik dan sukar menghela napas. Kudorong pintu mobil dengan kasar.Mataku nyalang di depan kepulan asap dari mobil yang habis menabrak pohon. Bak lari berkilo-kilo meter. Aku gelagapan mencari oksigen. Badanku kuyup seperti kucing kebasahan.Dan brukkk!Seberkas cahaya di hadapan mukaku menyadarkanku dari pingsan. Siluet tubuh wanita berambut
MIKA LODGE POVSepulang dari hotel laknat itu. Aku berdiam diri dengan khusyu’ meratapi kegagalanku untuk memiliki hubungan yang langgeng.Ku tanyai diriku sendiri. Apa dan Siapa yang kucari selama ini?.Hari ini aku sangat merindukan Papi dan Mami.Menjadi putri keluarga Lodge adalah satu dari sekian banyak keberuntung yang ku alami.Mami yang mengajarkan ku untuk berani dan selalu baik memperlakukan manusia lain.Aku benar-benar gusar. Tidak satupun panggilan masuk atau pesan berbalas dari Noah.Sejak pagi tak ada kabar yang muncul tentangnya.Siang tadi aku menemuinya ke apartemen tapi yang kudapati hanyalah ketiadaannya.Sembari menunggu dering gawaiku bergetar dan berbunyi khusus nada dering untuk nomor telepon Noah.Aku duduk di atas ranjang yang menghadap langsung pelataran rumah peninggalan Papi dan Mami. Menunggu dan menunggu.Jadi seperti ini rasanya menung
NOAH DYLAN POV“Ndut”Suara kecipak sepatu berlari ke arahkuRambut panjangnya basah menimpa kepalaku yang menunduk.“Endut, Mika panggil kok diam saja?”Payung berwarna biru dengan aksen bulat-bulat yang melingkar di atasnya dibuka lebar-lebar menutupi rambutku yang ikal.Gadis itu mengayunkan kakinya ke arah air yang menggenang di hadapannya. Bentangan refleksi wajah ayunya berbinar di depan toko kelontong milik Pak Selamet.Wajahnya berseri-seri ketika hujan ke wajahnya yang menengadah. Tangan mungilnya memegang ujung payung bagian atas. Dibiarkan sepatu kets serta tas biru bergambar Doraemon kesukaannya basah beserta tubuh mungilnya. Senyumannya terus-menerus merekah seiring air langit jatuh ke telapak tangan kecilnya.Ia masih asik bergumam menyanyikan lagu yang mengalun dari walkman kesayangannya. Walkman yang ayahn