Bella merenggangkan kedua tangan dan kaki yang terasa kaku setelah tidur panjangnya semalaman lalu membuka mata dan melihat ke sekeliling kamar namun tidak mendapati Kristan ada di dalam kamar itu.
Bella pun terduduk di tempat tidur lalu beranjak ke kamar mandi untuk mandi lalu memakai pakaian untuk bekerja. Setelahnya Bella beribadah sendiri dan memoles wajahnya senatural mungkin. Tidak perlu make up berlebihan demi tampil cantik. Orang pasti akan suka dengan tampilan sederhana dan terkesan ramah. Daripada memakai make up berlebih.
Setelah puas dengan dandanan singkatnya, Bella keluar dari kamar dan turun untuk melihat apakah Kristan sudah berada di meja makan atau malah Kristan sudah pergi bekerja.
Sesampainya di ruang keluarga ruangan itu sepi tidak ada orang sama sekali sampai seorang pelayan wanita melewati Bella yang berdiri diam di sana.
"Eh aku mau tanya kamu tau dimana tuan Kristan?"
"Tuan Kristan sedang berada di dapur nona."
Sudah kesekian kalinya Bella mengeluh tentang sikap yang dilakukan oleh Kristan pada dirinya. Terkadang Bella sudah teramat jenuh dengan kelakuan Kristan yang bisa dibilang sangat menyebalkan itu. Tapi mau bagaimana lagi, Bella tidak bisa melakukan apa-apa selain menjalani takdir hidup ini.Bella kembali masuk ke dalam kamarnya lalu mengganti blouse yang sudah di sobek oleh Kristan sewaktu mereka bercumbu.'Aish ada ya laki-laki macam dia yang bisa-bisanya selalu membuat kesal. Aku harus mengganti pakaian dulu sebelum pergi bekerja.' gerutu Bella dalam hati. Dengan berat hati Bella mencari pakaian yang senada dengan celana yang sudah Bella pakai sebelumnya lalu memakainya dengan cepat.Kristan masuk ke dalam kamar dalam diam saat Bella memakai blouse. Bella tidak tau kalau saat Bella memakai Kristan sudah ada di dalam kamarnya. Saat berbalik, Bella pun menjerit kaget begitu Kristan memperhatikannya dan sekarang berdiri dengan melipat tangan di dada.
Xavier melangkah maju mendekati Bella yang saat itu sedang melihatnya sedangkan Bella tidak melakukan apa-apa karna Bella ingin tahu apa yang Xavier lakukan padanya. Memang tidak waras, seharusnya Bella mengusir Xavier untuk pergi dari sini tapi Bella malah memberikan ruang untuk Xavier di dalamnya. Xavier jadi leluasa dalam bertindak. Heran, apa yang terjadi dalam benak Bella sebenarnya. Apa yang Bella inginkan? "Apa yang kamu mau lakukan Xavier? Ini sangat tidak lucu. Bagaimana jika orang lain tahu dan tiba-tiba saja Kristan datang ke kantor ini. Oh tidak! lebih tepatnya masuk ke dalam ruangan ini lalu memergoki kita sedang berdua di dalam ruangan yang tertutup. Habislah aku. Aku tidak mau itu terjadi. Bisa fatal akibatnya. Hidupku saja sudah kacau untuk saat ini. Jangan kamu tambah kacau dengan sikap gilamu itu." Bella memundurkan kursinya untuk bergerak menjauh dan itu secepet Bella b
"Bella ... Bella kamu ada di dalam?" tanya seseorang yang Bella sangat kenal itu adalah suara Kristan. "Celaka bagaimana ini?" tanya Bella dalam hati. "Xavier bagaimana ini, kamu harus bersembunyi, tidak mungkin aku memberitahu dia kalau kamu ada di dalam ruangan yang sama denganku. Bisa habis aku di beri hukuman. Kamu tahu kan Kristan bukan orang yang sembarangan. Ia tidak akan mungkin membiarkan aku bersama dengan laki-laki lain. Ia akan membunuhku kalau itu terjadi." Bella mengusap wajahnya dengan kasar diiringi dengan nafas yang naik turun seolah Bella habis berlari. Ia berubah panik. Ia harus mencegah semuanya agar Kristan tidak mengetahui tentang Xavier. Keinginan Bella, Xavier juga seharusnya panik melihat situasi yang terjadi. Namun parahnya, Xavier malah mencoba menggoda Bella dengan tawanya yang menggema di seluruh ruangan. Tidak hanya itu, kunci yang Xavier pegang malah dia mainkan seolah ini adalah sebuah permainan seru. "Hei aku panik, ka
Perjalanan yang Bella kira hanya memakan waktu sebentar. Ternyata perjalanan itu terasa begitu lama dan itu membuat Bella memilih untuk tertidur di dalam mobil.Setelah merasa puas, Bella pun terbangun dan membuka mata untuk melihat dimanakah Bella sekarang. Ternyata mobil itu baru saja berhenti di area parkiran."Sudah bangun? Kita sudah sampai. Kelihatannya tidur kamu nyenyak sekali.""Kita ada dimana? Kok kayaknya aku dengar ada bunyi suara ombak ya.""Sebentar lagi kamu pasti tau kalau kamu turun.""Aku lapar.""Kalau gitu kita bisa makan di sana sembari duduk-duduk di pinggiran. Kamu pasti suka."Bella heran sendiri, kenapa Bella malah terjebak sama Xavier, laki-laki yang sudah lama tidak Bella temui dan benci karna dulu pernah menyukai dia tapi Xavier tidak sekali pun menanggapi perasaannya.Bella bertanya-tanya dalam hati, tidak seharusnya Bella begini kan. Seharusnya Bella sekarang bekerja di kantor da
Baru saja Kristan duduk di kursi ruangan setelah pergi melihat Bella, sebuah langkah kaki terdengar setelah seseorang menutup pintu ruangannya. Kristan melihat Drew, sahabatnya itu datang dengan muka berseri-seri."Bisa nggak sih kalau masuk itu ketuk pintu dulu. Kebiasaan yang tidak sopan, secara di dalam ruangan ini ada orangnya. Untung aku nggak lagi sibuk. Coba kalau aku sibuk. Habis riwayat kamu itu. Kamu tau kan Kristan kalau sudah marah, jangan harap mengenal nama Kristan lagi sebagai sahabat.""Halah, gitu aja pake sok formal. Kayak siapa aja sama aku. Sok banget jadi orang kaya kamu itu ya."Drew masuk dengan santainya dengan tangan membawa dua botol yang Kristan ketahui itu adalah sejenis vodka yang biasa Drew minum ketika Kristan datang ke unitnya.Drew menaruh dua botol vodka di atas meja lalu duduk menyadarkan tubuhnya di kursi sembari menaruh tangannya di lengan kursi dan salah satu kaki yang menyilang.Matanya menatap tajam sahabat b
Jalani hukuman? Sudah Bella duga itu yang selalu ada di dalam pikiran Kristan jika ada yang tidak sesuai sama apa yang Kristan inginkan. Apa memang menjadi seorang istri Kristan harus mengalami kayak gini. Hukuman yang selalu saja memberatkan.Setibanya Bella di rumah, Bella langsung menaiki tangga menuju kamarnya. Saat melangkah masuk tadi, Bella tidak melihat ada Kristan dimana pun. Sudah dipastikan Kristan pasti ada di kamarnya.Sebelum membuka pintu, debar jantung pun yang Bella rasa begitu berdebar dengan kencangnya. Apa yang akan Kristan lakukan sama dia. Bella tidak bisa berharap banyak selain Kristan memberi kebebasan sama dia. Namun sepertinya itu tidaklah mungkin. Mengingat bagaimana sikap Kristan selama ini sama Bella. Bella tidak yakin hal itu akan menghilang.Pertama kali yang terlihat dari bola matanya, kamar itu kosong. Tidak ada Kristan di sana. Lalu dimanakah dia? Bella masuk ke dalam kamar dengan mata memandang awas setiap sudut kamar. Na
Kristan kamu tau nggak setelah kepergian kedua orangtuaku. Aku merasa bisa sangat terpuruk. Di saat aku membutuhkan seseorang yang seharusnya ada, memberiku semangat, memberiku kasih sayang dan memberiku apa arti makna hidup. Semua itu tidak aku dapati di saat umurku masih sangat muda. Aku begitu tidak nyaman dengan situasi yang terjadi di sekitarku waktu itu. Melihat orang lain dipenuhi kasih sayang yang setiap harinya selalu bersama-sama sementara aku malah tidak mendapatinya. Mereka selalu tersenyum karna kehadiran kedua orangtuanya sementara aku, aku tidak mendapatkan kebutuhan itu. Menangis adalah jalan satu-satunya yang aku lakukan demi mengurangi rasa sakit yang ada. Bagaimana pun aku merasa cengeng setiap detik aku lewati. Masa-masa puberku adalah hal yang teramat sulit aku jalani. Pencarian jati diri, melalui kehidupan dari waktu ke waktu dan yang pasti aku tidak bisa mengendalikan diri harus apa yang pada akhirnya, aku berubah menjadi pendiam, tidak punya teman dan yang pa
Kedua insan itu berlari demi tujuan berbeda, Bella berlari menjauh sedangkan Kristan mengejar Bella demi meminta maaf atas kelakuan buruk yang sudah Kristan lakukan.Begitu Bella keluar dari mansion Kristan. Bertepatan itu juga, rintik hujan turun membasahi bumi ini menjadikan kesedihan itu bertambah menyayat hati.Bella yang baru saja ingin masuk ke dalam mobil tidak bisa langsung masuk karna Kristan menarik tangannya dan memeluknya dari belakang. Bella memberontak dengan menyingkirkan tangan Kristan yang saat itu masih memeluknya."Kristan apalagi yang kamu inginkan. Tidak cukupkah perilaku kamu yang sudah membuat hati ini terluka. Kamu mau berbuat apalagi?"Kristan menghiraukan perkataan