Baru saja Kristan duduk di kursi ruangan setelah pergi melihat Bella, sebuah langkah kaki terdengar setelah seseorang menutup pintu ruangannya. Kristan melihat Drew, sahabatnya itu datang dengan muka berseri-seri.
"Bisa nggak sih kalau masuk itu ketuk pintu dulu. Kebiasaan yang tidak sopan, secara di dalam ruangan ini ada orangnya. Untung aku nggak lagi sibuk. Coba kalau aku sibuk. Habis riwayat kamu itu. Kamu tau kan Kristan kalau sudah marah, jangan harap mengenal nama Kristan lagi sebagai sahabat."
"Halah, gitu aja pake sok formal. Kayak siapa aja sama aku. Sok banget jadi orang kaya kamu itu ya."
Drew masuk dengan santainya dengan tangan membawa dua botol yang Kristan ketahui itu adalah sejenis vodka yang biasa Drew minum ketika Kristan datang ke unitnya.
Drew menaruh dua botol vodka di atas meja lalu duduk menyadarkan tubuhnya di kursi sembari menaruh tangannya di lengan kursi dan salah satu kaki yang menyilang.
Matanya menatap tajam sahabat b
Jalani hukuman? Sudah Bella duga itu yang selalu ada di dalam pikiran Kristan jika ada yang tidak sesuai sama apa yang Kristan inginkan. Apa memang menjadi seorang istri Kristan harus mengalami kayak gini. Hukuman yang selalu saja memberatkan.Setibanya Bella di rumah, Bella langsung menaiki tangga menuju kamarnya. Saat melangkah masuk tadi, Bella tidak melihat ada Kristan dimana pun. Sudah dipastikan Kristan pasti ada di kamarnya.Sebelum membuka pintu, debar jantung pun yang Bella rasa begitu berdebar dengan kencangnya. Apa yang akan Kristan lakukan sama dia. Bella tidak bisa berharap banyak selain Kristan memberi kebebasan sama dia. Namun sepertinya itu tidaklah mungkin. Mengingat bagaimana sikap Kristan selama ini sama Bella. Bella tidak yakin hal itu akan menghilang.Pertama kali yang terlihat dari bola matanya, kamar itu kosong. Tidak ada Kristan di sana. Lalu dimanakah dia? Bella masuk ke dalam kamar dengan mata memandang awas setiap sudut kamar. Na
Kristan kamu tau nggak setelah kepergian kedua orangtuaku. Aku merasa bisa sangat terpuruk. Di saat aku membutuhkan seseorang yang seharusnya ada, memberiku semangat, memberiku kasih sayang dan memberiku apa arti makna hidup. Semua itu tidak aku dapati di saat umurku masih sangat muda. Aku begitu tidak nyaman dengan situasi yang terjadi di sekitarku waktu itu. Melihat orang lain dipenuhi kasih sayang yang setiap harinya selalu bersama-sama sementara aku malah tidak mendapatinya. Mereka selalu tersenyum karna kehadiran kedua orangtuanya sementara aku, aku tidak mendapatkan kebutuhan itu. Menangis adalah jalan satu-satunya yang aku lakukan demi mengurangi rasa sakit yang ada. Bagaimana pun aku merasa cengeng setiap detik aku lewati. Masa-masa puberku adalah hal yang teramat sulit aku jalani. Pencarian jati diri, melalui kehidupan dari waktu ke waktu dan yang pasti aku tidak bisa mengendalikan diri harus apa yang pada akhirnya, aku berubah menjadi pendiam, tidak punya teman dan yang pa
Kedua insan itu berlari demi tujuan berbeda, Bella berlari menjauh sedangkan Kristan mengejar Bella demi meminta maaf atas kelakuan buruk yang sudah Kristan lakukan.Begitu Bella keluar dari mansion Kristan. Bertepatan itu juga, rintik hujan turun membasahi bumi ini menjadikan kesedihan itu bertambah menyayat hati.Bella yang baru saja ingin masuk ke dalam mobil tidak bisa langsung masuk karna Kristan menarik tangannya dan memeluknya dari belakang. Bella memberontak dengan menyingkirkan tangan Kristan yang saat itu masih memeluknya."Kristan apalagi yang kamu inginkan. Tidak cukupkah perilaku kamu yang sudah membuat hati ini terluka. Kamu mau berbuat apalagi?"Kristan menghiraukan perkataan
Meja makan pagi itu terasa begitu sunyi, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang terkena piring di sana.Dua orang yang sudah rapi dengan pakaian kerja, saat ini sedang menikmati sarapan pagi mereka dengan diam tanpa ada yang bersuara sama sekali sampai salah satu dari mereka selesai."Aku akan pindah weekend ini Kristan. Tidak ada yang aku bereskan hanya satu koper yang berisi pakaian," ujar Bella sembari menunduk menatap makanan yang ada di hadapannya. Bella mengaduk-aduk sarapannya lalu melirik Kristan yang belum menjawab apa-apa hingga kini. Bella ingin mendengar satu patah kata yang terucap dari bibir laki-laki itu. Tapi apa yang Bella dapatkan. Kristan sama dinginnya dengan suasana yang terjadi saat di meja makan itu."Tidak adakah yang mau kamu sampaikan sama aku Kristan?"Kristan meletakkan sendoknya. Terlihat jelas bagaimana laki-laki di depan Bella saat ini begitu tidak berselera dengan m
Xavier tersenyum lalu merangkul lengan Bella yang belum bergerak sejak Xavier memberikan sebuah kejutan kecil dipagi hari."Aku jelas tidak bisa menerima apa yang kamu lakukan barusan Xavier. Aku kira kamu hanya mau melakukan apa, tapi semua diluar dugaan dan ini tempat umum dimana orang lain juga berada di sini. Aku tidak mempercayai ini. Dimana akal yang kamu punya. Sungguh aku malu.""Sudahlah, itu juga sudah lewat. Tidak mungkin kan bisa dibatalkan begitu saja kalau reka ulang mungkin bisa. Tapi kalau dibatalkan. Aku rasa tidak mungkin.""Menyebalkan.""Aku suka kata-kata itu kalau yang bilang itu dari bibir manismu itu.""Aku tidak tau kenapa bisa kamu masuk ke kehidupan aku setelah lama kamu menghilang atau tidak ada jejak yang pasti apakah memang kamu ada di kehidupan aku atau tidak.""Aku rasa itu karna naluri dan juga jodoh.""Aku tidak berjodoh sama kamu.""Jika kamu mau, kita akan mencobanya. Tapi sayangnya kamu tida
Bella melangkahkan kaki keluar dari mobil yang sudah Bella parkir di tempat biasa di depan mansion. Bella ingin memastikan sesuatu. Secepat yang Bella bisa, seseorang telah memenuhi isi kepalanya seharian ini. Makanya Bella ingin memastikan sesuatu.Bella tidak berjalan santai seperti biasanya. Malahan kali ini, Bella setengah berlari masuk ke dalam mansion dengan mata yang melihat ke sekeliling yang Bella bisa tangkap. Mansion itu sama seperti biasanya, nampak sepi seperti tidak ada penghuni di dalamnya. Padahal, Kristan memperkerjakan tidak hanya satu orang pekerja di mansion ini. Ada sekitar empat orang pelayan, satu penjaga dan satu orang supir yang ditugaskan untuk antar jemput jika ada keperluan.Setiap kali tidak ada orang yang Bella cari, Bella mengembuskan nafasnya berkali-kali melenyapkan pikiran tidak tenangnya. Benar memang. Tak pernah ada yang tau hati seseorang. Semakin lama bisa saja berubah dan itu menakutkan. Dan kin
Setelah Kristan menutup kencang pintu kamar, Bella langsung mengumpat atas kelakuan Kristan barusan. Bagaimana mungkin kelakuan begitu bisa membuat Kakek luluh. Bella rasa Kristan menyogoknya dengan cara halus seperti memberi keuntungan pada perusahaan makanya Kristan bisa menjadi menantu keluarga ini.Ini mungkin hari sialku. Katakanlah begitu, mana mungkin Kristan tiba-tiba datang lalu mengubah kata-katanya jadi tidak boleh. Bella rasa itu semua karna pengaruh alkohol yang diminumnya.Bella masuk ke dalam kamar dan melihat Kristan tiduran dengan posisi tengkurap diatas ranjang. Hembusan nafasnya halus seolah dia sudah tidur. Padahal baru saja Kristan membanting pintu tapi dia sudah bisa tertidur lelap. Bagaimana mungkin? Memang aneh laki-laki ini.Bella yang melihat tingkah Kristan yang bertindak seenaknya itu ingin mengambil tindakan agar semuanya cepat selesai. Namun melihat dia sudah tertidur begitu, apa mungkin ini waktu yang tepat untuk membicarakan masal
Seharusnya yang terjadi itu bukan begini. Duduk di dalam mobil bersama dengan Kristan yang sedang menyetir mobilnya entah kemana. Kristan tidak memberikan sebuah penjelasan Kristan mau kemana. Kristan hanya bilang kami akan melakukan sesuatu di luar sana.Tadinya maksud Bella adalah ingin memperjelas perkataan Kristan yang tidak memperbolehkannya pindah. Tapi yang Kristan katakan adalah Kristan ingin pergi ke suatu tempat. Ingin Bella menolak dengan alasan ingin cepat-cepat pulang. Tapi Kristan malah menyuruhnya mengikuti dia keluar rumah."Kamu sebenarnya mau mengajak aku kemana?" Bella memberanikan diri karna sedari tadi suasana yang terasa sangatlah sepi dan itu membuat gelitik aneh dari dalam diri Bella ingin mereka saling bicara.Kristan yang masih fokus menyetir masih menatap jalanan lurus ke depan."Tidak adakah satu kata pun yang keluar dari bibirmu itu? Aku menunggu Kristan. Aku menunggu kata-kata yang keluar dari mulutmu itu. Apa kam
Bella menyesap cappucino latte yang sudah Firly belikan untuknya tadi pagi saat Bella masuk ke dalam ruangannya. Firly bergegas menghampiri setelah tahu Bella datang pagi itu. Karna Bella ingin meminum cappucino itu, ia pun menyuruh Firly untuk membelikannya. Rasa pahit dan manis bercampir menjadi satu membuat kenikmatan tersendiri.Sembari meminum cappucino, matanya melihat laporan perusahaan yang sudah sedari tadi ada di depannya. Meja kerjanya sudah berantakan sejak tadi karna sudah terlalu fokus dengan laporan yang menyita waktu. Makanya ia biarkan saja semuanya berantakan. Tak peduli dengan tatapan orang lain yang melihat betapa buruknya ruang kerjanya. Laptop menyala, berkas dimana-mana dan kertas-kertas yang sudah dicoret-coret berhamburan sampai ke lantai. Ia memang gila kerja. Terserah saja orang lain bilang apa, ia tidak pernah mau peduli.
"Kita mau kemana Kristan?" tanya Bella yang saat ini matanya di tutup dengan sehelai kain. Bella jadi tidak bisa melihat kemana-mana karna matanya sudah berubah menjadi gelap. Kristan mengajaknya entah kemana tanpa memberitahu dan Bella terpaksa mengikutinya. Habisnya laki-laki itu merengek tanpa batas seperti anak kecil yang tidak mau di tolak begitu saja. Alhasil Bella harus mengalah dan menerima permintaannya. Dari mulai masuk ke dalam mobil sampai keluar mobil, matanya sudah tertutup oleh kain. Ingin sekali Bella bertanya kemana mereka akan pergi karna pikirannya selalu dihantui rasa penasaran tapi Kristan hanya bilang tunggu saja, sebentar lagi atau kita akan mendapatkan waktu yang berharga. Makanya Bella tidak tahu apa-apa sampai sekarang. "Tunggu sebentar lagi ya, kita akan tiba sesuai keinginanku." Sepulangnya dari pulau Bangka itu Kristan jadi berubah lebih romantis. Ia tidak lagi berkata ketus atau dingin kepada Bella. Malah sekarang ucapannya
Bella membuka mata begitu terasa hari sudah pagi. Seperti biasanya, jika hari sudah menjelang pagi tanpa pemberitahuan apa pun, mata Bella pasti langsung terbuka. Instingnya mengatakan begitu, begitu mata itu terbuka, matanya menatap satu arah yang ia lihat pertama kali adalah seorang laki-laki tampan yang Bella ketahui adalah suaminya yaitu Kristan yang saat ini sedang tertidur di hadapannya. Matanya terpejam dengan hembusan nafas yang teratur. Bella ingin bergerak bangun namun saat mengetahui tempat yang Bella tempati saat itu begitu sempit. Hal itu tidak akan mudah untuknya bisa melewati hal itu. Ia harus bergerak lebih keras agar ia bisa keluar dari sova ini. Apalagi sekarang Kristan sedang memeluknya. Jadi ia tidak akan bisa melewati dengan tenang. Bella heran, kenapa ia bisa tertidur dengan Kristan di sova sesempit ini dan itu berlangsung sampai pagi. Keinginan untuk pergi cepat-cepat dari pelukan Kristan lebih dari apa yang ia pikirkan. Tak ingin
Kebersamaan Bella bersama Xavier di pantai itu tidak berlangsung lama karna sebuah panggilan nama Bella yang terdengar begitu lantang. Suara khas dari seseorang membuat keduanya serempak untuk melihat laki-laki yang Bella tau bahwa dia adalah suami sahnya.Bella bertanya dalam hati mengapa dia mendatangi Bella sampai ke sini, apakah tidak cukup puas kemarin sudah menyakitinya sampai begitu dalam. Tidak cukupkah surat gugatan cerai yang di berikan padanya. Dia hanya cukup menunggu dan semuanya selesai. Kenapa harus melihatnya di sini?Kristan mendekat lalu menggenggam tangan Bella untuk pergi dari sana. Ketidaksukaan Kristan terlihat begitu jelas ketika melihat Bella bersama dengan laki-laki lain di sini. Namun tidak bisa menyurutkan tekad Bella untuk menepis tangan itu dan memberikan peringatan bahwa Bella memang istrinya tapi bukan begini perlakuannya pada seorang istri dan mungkin sebentar lagi mereka akan berpisah."Ikut aku!" bentak Kristan pada Bella. Sorot
Bella menyusuri pantai yang dibilang banyak orang sangatlah indah. Kaki telanjangnya melangkah di atas pasir selangkah demi selangkah sampai Bella merasa lelah lalu Bella memilih untuk duduk di tepi pantai yang kering tanpa alas apa-apa. Matanya memandang ke lautan lepas dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus saat itu. Membuat rambut yang tergerai itu berterbangan dan gaun pantai yang dia gunakan juga bergerak terkena angin pantai. Betapa Bella merindukan saat ini dimana tidak ada orang mengganggu dan juga hanya di temani sepi yang bisa membuat Bella lebih tenang dan damai. Tak lama kemudian seseorang mendekati Bella dan duduk di sampingnya tanpa menghiraukan keterkejutan Bella. Dia terlihat santai dan menikmati suasana yang terasa saat itu. "Kamu tau sulit sekali mencari jadwal penerbangan supaya bisa bertemu kamu di sini." "Kamu kenapa ke sini? Bukannya kamu masih bekerja di perusahaanku dan juga mengurus gugatan ceraiku?" "Aku sudah di putus kerja
"Nggak! Dia udah kabur.""Apa?! Wah serius kamu? Demi apa? Jangan bercanda Kristan? Dia kabur kemana? Jangan bilang sama laki-laki brengsek itu."Sialan.Kristan akui saat ini dia merasa sedang patah hati dan hal itu membuat sisi kewarasannya hilang untuk sementara. Otaknya tidak bisa berpikir dan mencerna dengan baik. Semuanya blank begitu saja. Terasa begitu buntu. Biasanya Kristan bisa langsung bertindak secepat mungkin jika ada suatu masalah yang sedang terjadi. Ini malah tidak bisa bertindak sama sekali yang membuat emosi memenuhi hati dan kepalanya.Seharusnya Kristan mencari Bella dan bicara berdua layaknya orang dewasa lalu menemukan solusi terbaik agar pernikahan mereka baik-baik saja dan kembali berjalan normal tapi mengapa dia hanya berdiri di dalam ruangannya tanpa bergerak mencari Bella saat ini?ini sangatlah aneh.Kristan memandang pemandangan kota pagi itu dengan tatapan kosong. Matanya melihat ke depan namun bayang-bayang akan Bella
Biantara duduk di kursi ruangan Bella dengan pandangan mata lurus ke depan dimana Kristan berdiri di depannya. Mereka sama-sama memandang dengan pemikiran masing-masing tapi Kristan tidak setajam Biantara, Kristan memilih untuk memandang biasa saja dan terlihat acuh. Kristan tidak ingin menguasai pembicaraan ini karna Kristan tau bahwa dia yang salah.Biantara belum mau mengatakan apa-apa sebelum Kristan berkata lebih dahulu sampai Kristan akhirnya menyerah dengan situasi kikuk yang terjadi. Kristan memulai percakapan lebih dulu dengan memandang datar Biantara lalu memulai dengan sebuah senyum kaku. Ini dia lakukan agar Biantara tidak terlalu cemas. Tanpa sadar Biantara sebenarnya terlihat begitu cemas. Ketara sekali dari guratan di dahi laki-laki tua itu namun Biantara samarkan dengan mata tajam yang tidak beralih pada Kristan."Maaf Kakek, permasalahan rumah tanggaku tidak seharusnya membuat Kakek terbebani, aku sudah meminimalisir supaya permasalahan ini tidak
Dengan kaki jenjangnya Bella melangkah ke pintu jendela lalu menyibak tirai yang menutupi kamar dimana nanti Bella akan tinggali untuk sementara waktu sampai perceraian yang diinginkan Bella tiba. Bella sudah memberitahu Xavier untuk segera mengurus perceraiannya. Semoga kasus perceraian ini tidak memakan proses yang lama.Ponselnya tak lama berdering kemudian, Bella merogoh ke dalam saku jas yang Bella pakai hari itu supaya Bella merasa hangat setelah berpergian kurang lebih beberapa jam yang lalu.Setelah berhubungan suami istri dengan Kristan, Bella sudah merasa yakin untuk meninggalkan Kristan detik itu juga. Bella memutuskan untuk menghindarinya dan menjauh untuk beberapa waktu sembari menunggu keputusan persidangan cerai nantinya."Lo udah sampai belum? Gimana perjalanan lo? Lo nggak apa-apa kan?" Firly bertanya dengan suara berbisik supaya ucapannya tidak terdengar oleh orang lain."Gue udah sampai tujuan Ly, lo tenang aja. Vila yang lo maksu
Tepat di bulan Mei dan saat ini pukul 7 malam. Bella mencatat dengan jelas waktu terpahit dimana kehidupannya akan berubah. Jelas saja statusnya akan berubah sebentar lagi jika Kristan menyetujui permintaannya. Permintaan yang tidak pernah Bella bayangkan sebelumnya. Bella akan berakhir dengan status janda.Bella berdiri di tengah-tengah kamar untuk menjelaskan maksud yang Bella rasakan pada Kristan. Kristan yang sudah berdiri tak jauh di depannya sedang menunggu apa yang akan Bella katakan malam ini. Tidak pernah Bella merasakan kesulitan untuk memulai pembicaraan, entah apa yang akan dikatakan Kristan nanti. Meskipun sulit untuk Bella tapi mau tidak mau Bella harus melakukannya."Aku mau bercerai," ucap Bella dengan tegas.Kristan tidak menjawab, mungkin belum, Kristan masih menunggu ucapan Bella yang lainnya sebelum dia menjawab ucapannya dengan tegas. Kristan menyipitkan matanya memperlihatkan betapa aura menakutkan begitu terpancar dari wajah Kristan saat i