Xavier melangkah maju mendekati Bella yang saat itu sedang melihatnya sedangkan Bella tidak melakukan apa-apa karna Bella ingin tahu apa yang Xavier lakukan padanya. Memang tidak waras, seharusnya Bella mengusir Xavier untuk pergi dari sini tapi Bella malah memberikan ruang untuk Xavier di dalamnya. Xavier jadi leluasa dalam bertindak. Heran, apa yang terjadi dalam benak Bella sebenarnya. Apa yang Bella inginkan?
"Apa yang kamu mau lakukan Xavier? Ini sangat tidak lucu. Bagaimana jika orang lain tahu dan tiba-tiba saja Kristan datang ke kantor ini. Oh tidak! lebih tepatnya masuk ke dalam ruangan ini lalu memergoki kita sedang berdua di dalam ruangan yang tertutup. Habislah aku. Aku tidak mau itu terjadi. Bisa fatal akibatnya. Hidupku saja sudah kacau untuk saat ini. Jangan kamu tambah kacau dengan sikap gilamu itu."
Bella memundurkan kursinya untuk bergerak menjauh dan itu secepet Bella b
"Bella ... Bella kamu ada di dalam?" tanya seseorang yang Bella sangat kenal itu adalah suara Kristan. "Celaka bagaimana ini?" tanya Bella dalam hati. "Xavier bagaimana ini, kamu harus bersembunyi, tidak mungkin aku memberitahu dia kalau kamu ada di dalam ruangan yang sama denganku. Bisa habis aku di beri hukuman. Kamu tahu kan Kristan bukan orang yang sembarangan. Ia tidak akan mungkin membiarkan aku bersama dengan laki-laki lain. Ia akan membunuhku kalau itu terjadi." Bella mengusap wajahnya dengan kasar diiringi dengan nafas yang naik turun seolah Bella habis berlari. Ia berubah panik. Ia harus mencegah semuanya agar Kristan tidak mengetahui tentang Xavier. Keinginan Bella, Xavier juga seharusnya panik melihat situasi yang terjadi. Namun parahnya, Xavier malah mencoba menggoda Bella dengan tawanya yang menggema di seluruh ruangan. Tidak hanya itu, kunci yang Xavier pegang malah dia mainkan seolah ini adalah sebuah permainan seru. "Hei aku panik, ka
Perjalanan yang Bella kira hanya memakan waktu sebentar. Ternyata perjalanan itu terasa begitu lama dan itu membuat Bella memilih untuk tertidur di dalam mobil.Setelah merasa puas, Bella pun terbangun dan membuka mata untuk melihat dimanakah Bella sekarang. Ternyata mobil itu baru saja berhenti di area parkiran."Sudah bangun? Kita sudah sampai. Kelihatannya tidur kamu nyenyak sekali.""Kita ada dimana? Kok kayaknya aku dengar ada bunyi suara ombak ya.""Sebentar lagi kamu pasti tau kalau kamu turun.""Aku lapar.""Kalau gitu kita bisa makan di sana sembari duduk-duduk di pinggiran. Kamu pasti suka."Bella heran sendiri, kenapa Bella malah terjebak sama Xavier, laki-laki yang sudah lama tidak Bella temui dan benci karna dulu pernah menyukai dia tapi Xavier tidak sekali pun menanggapi perasaannya.Bella bertanya-tanya dalam hati, tidak seharusnya Bella begini kan. Seharusnya Bella sekarang bekerja di kantor da
Baru saja Kristan duduk di kursi ruangan setelah pergi melihat Bella, sebuah langkah kaki terdengar setelah seseorang menutup pintu ruangannya. Kristan melihat Drew, sahabatnya itu datang dengan muka berseri-seri."Bisa nggak sih kalau masuk itu ketuk pintu dulu. Kebiasaan yang tidak sopan, secara di dalam ruangan ini ada orangnya. Untung aku nggak lagi sibuk. Coba kalau aku sibuk. Habis riwayat kamu itu. Kamu tau kan Kristan kalau sudah marah, jangan harap mengenal nama Kristan lagi sebagai sahabat.""Halah, gitu aja pake sok formal. Kayak siapa aja sama aku. Sok banget jadi orang kaya kamu itu ya."Drew masuk dengan santainya dengan tangan membawa dua botol yang Kristan ketahui itu adalah sejenis vodka yang biasa Drew minum ketika Kristan datang ke unitnya.Drew menaruh dua botol vodka di atas meja lalu duduk menyadarkan tubuhnya di kursi sembari menaruh tangannya di lengan kursi dan salah satu kaki yang menyilang.Matanya menatap tajam sahabat b
Jalani hukuman? Sudah Bella duga itu yang selalu ada di dalam pikiran Kristan jika ada yang tidak sesuai sama apa yang Kristan inginkan. Apa memang menjadi seorang istri Kristan harus mengalami kayak gini. Hukuman yang selalu saja memberatkan.Setibanya Bella di rumah, Bella langsung menaiki tangga menuju kamarnya. Saat melangkah masuk tadi, Bella tidak melihat ada Kristan dimana pun. Sudah dipastikan Kristan pasti ada di kamarnya.Sebelum membuka pintu, debar jantung pun yang Bella rasa begitu berdebar dengan kencangnya. Apa yang akan Kristan lakukan sama dia. Bella tidak bisa berharap banyak selain Kristan memberi kebebasan sama dia. Namun sepertinya itu tidaklah mungkin. Mengingat bagaimana sikap Kristan selama ini sama Bella. Bella tidak yakin hal itu akan menghilang.Pertama kali yang terlihat dari bola matanya, kamar itu kosong. Tidak ada Kristan di sana. Lalu dimanakah dia? Bella masuk ke dalam kamar dengan mata memandang awas setiap sudut kamar. Na
Kristan kamu tau nggak setelah kepergian kedua orangtuaku. Aku merasa bisa sangat terpuruk. Di saat aku membutuhkan seseorang yang seharusnya ada, memberiku semangat, memberiku kasih sayang dan memberiku apa arti makna hidup. Semua itu tidak aku dapati di saat umurku masih sangat muda. Aku begitu tidak nyaman dengan situasi yang terjadi di sekitarku waktu itu. Melihat orang lain dipenuhi kasih sayang yang setiap harinya selalu bersama-sama sementara aku malah tidak mendapatinya. Mereka selalu tersenyum karna kehadiran kedua orangtuanya sementara aku, aku tidak mendapatkan kebutuhan itu. Menangis adalah jalan satu-satunya yang aku lakukan demi mengurangi rasa sakit yang ada. Bagaimana pun aku merasa cengeng setiap detik aku lewati. Masa-masa puberku adalah hal yang teramat sulit aku jalani. Pencarian jati diri, melalui kehidupan dari waktu ke waktu dan yang pasti aku tidak bisa mengendalikan diri harus apa yang pada akhirnya, aku berubah menjadi pendiam, tidak punya teman dan yang pa
Kedua insan itu berlari demi tujuan berbeda, Bella berlari menjauh sedangkan Kristan mengejar Bella demi meminta maaf atas kelakuan buruk yang sudah Kristan lakukan.Begitu Bella keluar dari mansion Kristan. Bertepatan itu juga, rintik hujan turun membasahi bumi ini menjadikan kesedihan itu bertambah menyayat hati.Bella yang baru saja ingin masuk ke dalam mobil tidak bisa langsung masuk karna Kristan menarik tangannya dan memeluknya dari belakang. Bella memberontak dengan menyingkirkan tangan Kristan yang saat itu masih memeluknya."Kristan apalagi yang kamu inginkan. Tidak cukupkah perilaku kamu yang sudah membuat hati ini terluka. Kamu mau berbuat apalagi?"Kristan menghiraukan perkataan
Meja makan pagi itu terasa begitu sunyi, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang terkena piring di sana.Dua orang yang sudah rapi dengan pakaian kerja, saat ini sedang menikmati sarapan pagi mereka dengan diam tanpa ada yang bersuara sama sekali sampai salah satu dari mereka selesai."Aku akan pindah weekend ini Kristan. Tidak ada yang aku bereskan hanya satu koper yang berisi pakaian," ujar Bella sembari menunduk menatap makanan yang ada di hadapannya. Bella mengaduk-aduk sarapannya lalu melirik Kristan yang belum menjawab apa-apa hingga kini. Bella ingin mendengar satu patah kata yang terucap dari bibir laki-laki itu. Tapi apa yang Bella dapatkan. Kristan sama dinginnya dengan suasana yang terjadi saat di meja makan itu."Tidak adakah yang mau kamu sampaikan sama aku Kristan?"Kristan meletakkan sendoknya. Terlihat jelas bagaimana laki-laki di depan Bella saat ini begitu tidak berselera dengan m
Xavier tersenyum lalu merangkul lengan Bella yang belum bergerak sejak Xavier memberikan sebuah kejutan kecil dipagi hari."Aku jelas tidak bisa menerima apa yang kamu lakukan barusan Xavier. Aku kira kamu hanya mau melakukan apa, tapi semua diluar dugaan dan ini tempat umum dimana orang lain juga berada di sini. Aku tidak mempercayai ini. Dimana akal yang kamu punya. Sungguh aku malu.""Sudahlah, itu juga sudah lewat. Tidak mungkin kan bisa dibatalkan begitu saja kalau reka ulang mungkin bisa. Tapi kalau dibatalkan. Aku rasa tidak mungkin.""Menyebalkan.""Aku suka kata-kata itu kalau yang bilang itu dari bibir manismu itu.""Aku tidak tau kenapa bisa kamu masuk ke kehidupan aku setelah lama kamu menghilang atau tidak ada jejak yang pasti apakah memang kamu ada di kehidupan aku atau tidak.""Aku rasa itu karna naluri dan juga jodoh.""Aku tidak berjodoh sama kamu.""Jika kamu mau, kita akan mencobanya. Tapi sayangnya kamu tida