Suara lirih penuh kenikmatan terdengar dari sudut kamar lantai tiga nomor 305. Damien yang pada dasarnya rakus dan sering berganti pasangan memang selalu terpuaskan dengan pelayanan sekretarisnya, Amelia. Berulang Kali terdengar lenguhan lolos dari bibirnya.
Malam yang amat panjang bagi Damien dan Amelia saat itu. Mereka terus mengulang kegiatan mereka hingga pagi menjelang. Hanya beberapa saat beristirahat kemudian melanjutkan lagi. Banyak bercak merah tertinggal di tubuh Amelia sebagai tanda kepuasan Damien."Kau memang selalu menjadi yang terbaik. Aku belum pernah menemukan yang senikmat kau."'Tenang saja, Tuan. Asalkan bayarannya memuaskan. Aku akan memberikan pelayanan terbaik."Amelia menyusuri setiap sudut tubuh Damien yang membuat pria itu semakin panas dan terlena. Dua orang munafik dan sok suci, justru bertindak lebih kotor dari orang yang diperingatkan. Malam mereka berakhir hingga keesokan pagi.Aubrey mengucek mata. DilihSetelah puas menyelesaikan obrolan ringan mereka. Dominique mengajak Aubrey untuk sarapan di luar Le Bristol. "Ayo, kita sarapan di luar. Agar kau bisa melihat keindahan Paris lainnya."Aubrey mengangguk dan memeluk erat Dominique. Kemudian mengecup lembut bibirnya. "Kalau seperti ini, tampaknya aku tidak akan tahan sampai acara pernikahan kita."Aubrey melepaskan pelukannya dan berlari dari sisi Dominique. Mereka berkejaran di area kamar. Terlihat kebahagiaan terpancar dari wajah masing-masing. "Come on, Sweetheart. Nanti kau terlambat ke pameran.""Biarkan saja. Aku menjadi malas untuk pergi ke sana.""Kau tidak boleh seperti itu. Ada tanggung jawab yang harus kau selesaikan.""Iya, Sayangku. Kita sarapan di hotel saja bagaimana? Nanti siang baru kita makan di luar?""Baiklah. Apapun maumu."Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk sarapan di hotel dan menghabiskan pagi mereka di pameran. Se
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. Aubrey masih menunggu kedatangan Dominique. Tampaknya, pekerjaan Dominique masih ada yang belum terselesaikan karena waktu janjian mereka sudah terlewat tiga puluh menit. Akhirnya, Aubrey memutuskan untuk mencoba merubah penampilannya lagi. Tubuh Aubrey yang tadi berbalut celana bahan panjang dengan kemeja sudah berganti dengan mini dress berwarna merah marun. Aubrey mengurai rambutnya dan memoles wajah sesederhana mungkin. Dia pun berniat mengganti sepatu sneakersnya dengan high heels. Namun, setelah mencoba beberapa kali dan merasa tidak nyaman, niat tersebut dia kembali urungkan. Suara kunci kartu terdengar, tak lama terlihat Dominique masuk dari balik pintu. "Hai Sweetheart! You are so beautiful."."Dom!"Aubrey berlari kecil dan langsung memeluk kekasihnya itu. Dominique hanya bisa menertawakan tingkah unik belahan jiwanya itu. "Sini, aku pakaikan sepatumu!" pinta Dominique.
Setelah selesai menyantap makan siangnya. Dominique dan Aubrey menyusuri jalan Le Marais. Mereka menuju Rue des Francs Bourgeois yang memiliki beberapa toko paling trendi di Paris. Dominique meminta Aubrey untuk berbelanja beberapa barang di sana. Setelah puas, mereka berpindah ke jantung komunitas Yahudi Marais di Rue des Rosiers dan menikmati area pejalan kaki di suasana yang damai. Aubrey berhenti sejenak dan mengambil sandwich Yahudi yang lezat di "I DU FALLAFEL". Di sore hari, mereka kembali berbelanja sebagai aktivitas paling menyenangkan untuk mendapatkan pengalaman Marais sepenuhnya sambil melihat-lihat toko-toko trendi yang memiliki tren mode terbaru. Tidak jauh dari sana, di sekitar Rue des archives mereka menyapa dan bergaul dengan penduduk setempat dan mendapatkan semua yang dibutuhkan di department store "LE BHV MARAIS". Setiap lantai didedikasikan untuk pengalaman berbelanja yang berbeda. "Sudah malam, lihat belanjaanku sudah banyak sekali
"Kau mau langsung istirahat atau mandi terlebih dahulu? Biar aku siapkan air hangatnya," ucap Dominique dengan lembut sambil tersenyum. "Aku mau mandi dulu. Tapi, biarlah aku sendiri saja." Aubrey menolak dengan hati-hati karena tidak ingin menyinggung perasaan Dominique. "Sweetheart.""Hari ini, kau begitu lelah Dominique. Lihat, kau membawa barang sebanyak itu dan masih harus melayaniku. Siapa yang tega melakukan hal itu pada kekasihnya?""Kau!""Dominique!""Just kidding, Sweetheart." Dominique tertawa lepas hingga memegangi perutnya karena melihat ekspresi wajah Aubrey. Aubrey menatap lelakinya itu, "dia sudah tertawa lagi. Rupanya, kejadian tadi sudah dilupakannya.""Hei, kok malah bengong. Kau mau tidak aku siapkan air hangat di bathup?""Tidak usah, Sayang. Aku mandi langsung dari shower saja, badanku capek semua dan ingin cepat tidur.""Baiklah, jika itu maumu. Pergilah mandi, aku ak
Matahari pagi menyeruak menerobos gorden jendela kamar. Aubrey terbangun dan melihat sekeliling, Dominique sudah tidak ada di kamar dan laptopnya sudah tersusun rapi bersama berkas di meja. Aubrey mengambil ponselnya dan melihat jam. Hatinya bertanya-tanya, kemana Dominique pergi sepagi ini. Akhirnya, dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sambil menunggu Dominique. Bunyi pintu ruangan terbuka. Dominique memindai seisi kamar, tidak ditemukan sang pujaan hati di sana. Dia lalu mendekat ke arah kamar mandi, setelah itu kembali ke sofa dan menjatuhkan tubuhnya di sana. "Dominique, where are you from?" tanya Aubrey lekat. "Tenang, Sweety. Aku baru saja berkeliling hotel dan kembali karena merasakan lapar. Kupikir kau pasti sudah terbangun dan merasakan hal yang sama."Aubrey yang masih mengenakan bathrobe, memicingkan matanya. Dia seperti memindai dan menyelidiki Dominique. "Tidak ada yang kau sembunyikan dariku, kan?""Relax
Mobil yang disewa oleh Dominique memecah jalanan Rue du Fabourgh Saint Honoure. Dengan kecepatan rata-rata dia melajukan mobilnya menuju Place De La Concorde. Sebuah alun-alun terbesar di Paris dengan luas mencapai 8.64 hektar. Destinasi populer ini memiliki air mancur dan obelisk setinggi 23 meter. Di sana mereka bersantai sambil menikmati indahnya kota Paris dan melihat wisatawan serta warga lokal yang sedang berkunjung, maupun menjajakan dagangannya di sana. "Wow, indah sekali Dom. Ayo kita berfoto di sana!" pekik Aubrey dengan gembira sambil berlari kecil menuju air mancur. "Pelan-pelan, Sweety. Memangnya kau tidak pernah melihat air mancur?" ejek Dominique. "Ya, tapi ini 'kan beda, Dom. Ayo cepat kita berfoto!"Dominique yang melihat kekasihnya itu seperti anak kecil yang baru saja menemukan mainan, hanya bisa tersenyum kecil dan patuh ditarik ke sana ke mari. "Sweetheart, pelan-pelan. Toh bangunan ini tidak akan pindah dengan se
"Pelan-pelan, Dom. Ada apa, mengapa kau tampak khawatir sekali?" tanya Aubrey. "Tidak apa-apa Sweetheart.""Dominique! Stop it. Kita berhenti dulu, lalu ceritakan apa yang terjadi. Dari kemarin sikapmu aneh sekali. Kalau kau tidak berterus terang, aku akan kembali ke hotel sendiri dan tidak mau mengikutimu lagi.""I'm so sorry, Sweety. Baiklah akan kuceritakan. Tapi, tunggu kita sampai di tempat yang akan kita tuju selanjutnya, ya?""Baiklah. Kau harus berjanji akan menjelaskan semuanya.""Hmmm."Dominique membawa Aubrey ke tempat selanjutnya–Montmartre–sebuah bukit besar setinggi 130 m. Kawasan yang sangat terkenal di Paris sebagai tempat yang artistik. Di sana terdapat gereja cantik dan distrik klub malam dengan kafe yang instagramable. Dominique membawa Aubrey ke puncak bukit. Selain untuk menikmati pemandangan kota Paris yang sangat indah, dia juga membawa Aubrey mengunjungi Sacre Coeur Basilica. Gereja bergaya Rom
"Aubrey, apakah kamu yakin akan menikah denganku? Juga dengan acara yang sesederhana ini?" tanya Dominique sambil menatap lekat ke arah Aubrey. "Sure, why not?" jawab Aubrey mantap. "Tapi ….""Sudahlah Dom, yang penting di sini." Aubrey dengan lembut meletakkan tangannya di dada Dominique. Alunan musik dari tuts-tuts piano terdengar memenuhi ruangan gereja. Aubrey dan Dominique berjalan ke arah altar. Di sana sudah ada pendeta yang siap menikahkan mereka. Upacara pernikahan berjalan dengan khidmat. Mereka telah mengucapkan janji suci secara bergantian. Terlihat kebahagiaan di wajah-wajah orang yang hadir di sana, termasuk mempelai. "Kini, kau telah menjadi milikku seutuhnya. Mulai hari ini dan seterusnya, aku akan menjadi pelindung dan tempat bersandar untukmu," ujar Dominique sambil membelai lembut rambut Aubrey. Mereka pun saling berbagi kasih, diakhiri dengan pelukan hangat yang begitu erat. Tepuk tangan dan sor