"Damn, aku baru ingat kalau aku tidak memiliki kontaknya. Semoga saja dia belum jauh." Dominique gegas mencari keberadaan Aubrey. Ia mengikuti hingga sampai ke arah lift berada.
Aubrey yang keluar dari restoran langsung menuju ke kamarnya. Ia berdiri di depan lift menunggu giliran untuk naik. Rupanya Damien masih menunggu sedari tadi. Ia yang berdiri di sudut selasar ketika melihat Aubrey langsung menghampiri."Brey." Damien menyapa Aubrey."Damien. Sedang apa kau di situ? Jangan bilang kalau kau menungguku, bukankah seharusnya kau ada di pameran?" tanya Aubrey langsung tanpa basa-basi. Sedikit banyaknya Aubrey mengetahui bila ada lawan jenis yang mendekatinya."Ya, aku menunggumu. I'm so sorry atas sikapku semalam. Aku hanya takut dia berbuat kasar lagi padamu, tidak sengaja aku malah mendengar percakapan kalian." Damien menjelaskan karena tidak ingin dijauhi Aubrey."Kau tidak usah khawatir. Aku akan bersikap lebih baik lagi mulaiSelain masih mencintai Dominique. Sebenarnya, Aubrey sudah mulai tenang saat memikirkan perihal balas dendam Dominique. Bagaimanapun juga, ada kesalahan yang diperbuat oleh Aubrey. Sehingga membuat Dominique berpikir seperti itu. Namun, saat mulai menerima dan melupakan. Malah kata-kata kasar dari Dominique membuat memperuncing keadaan hubungan mereka kembali. "Seharusnya kau tidak berkata seperti itu. Selain menyakiti hati, semua itu juga sama saja kau menganggap aku mudah sekali tebar pesona." Aubrey bergumam, kemudian menghela napas. Sambil menunggu pesanannya. Aubrey merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tidak lama terdengar suara ketukan di depan pintu kamarnya. Ia pun berdiri dan mengecek siapa yang berada di depan pintu. "Dom!" Aubrey terkejut Dominique sudah berdiri di depan pintu. "Ini, kau belum sarapan tadi. Makanlah, aku akan kembali ke kamarku lagi." Dominique menyodorkan senampan sarapan. "Tapi, aku sudah memesan makanan.
Saat sedang asyik dan larut dalam rasa yang membara. Terdengar suara anak kunci disusul pintu terbuka. Ternyata, Amelia kembali dari pameran. Sungguh hal tidak terduga membuyarkan kebahagiaan dan kegiatan Aubrey dan Dominique. Mereka yang panik karena ada orang yang memasuki ruangan, bergegas merapikan baju masing-masing. Amelia yang terkejut dan sadar karena telah mengganggu aktivitas dua insan yang sedang dimabuk asmara, menjadi canggung dan tidak enak hati. "Sorry, lanjutkan, lanjutkan." Amelia tersenyum, kemudian beranjak keluar. "Oh, tidak usah. Biar aku saja yang pergi." Dominique berdiri sambil merapikan sedikit bajunya yang masih berantakan. Aubrey yang melihat Dominique dan Amelia yang begitu kikuk hanya dapat tersenyum kecil. Kemudian berusaha mengalihkan kecanggungan mereka. "Ada apa Amelia? Ayo ke sini!" sela Aubrey memecahkan kecanggungan dan meminta Amelia duduk di sebelahnya. "Oh tidak ada apa-apa, aku hanya mengecek k
Keluar dari Le Bristol, mata Aubrey langsung tertuju ke arah Bailly Gallery–Modern, Post-War Art & Design–Famous Art Paintings. Jaraknya yang hanya satu menit dari Le Bristol membuat Aubrey gegas untuk memasuki tempat tersebut. Di sana terdapat kurang lebih karya 40 artis tergantung dengan ciri khas dan kelebihan masing-masing. Dengan pengalaman 30 tahun di bidangnya Bailly Gallery menjadi galeri yang memiliki banyak peminat dan tidak pernah sepi pengunjung. Aubrey berdiri di sebuah ruangan besar yang menggantung lukisan-lukisan indah dengan masing-masing karakter goresan pena. Dengan seksama ia memindai beberapa lukisan yang membuat dirinya tertarik. Saat sedang asyik menikmati lukisan. Terlihat di kejauhan seorang wanita yang amat dia kenal berjalan bersama beberapa orang yang sambil menerangkan beberapa lukisan. "Cassandra! Ah, rupanya dia akan bekerja sama dengan galeri ini. Aku harus pergi secepatnya, kalau tidak pasti ia akan memulai ker
Dominique menghela napas dan memandang jauh ke depan sambil sekali-sekali mencecap kopi di hadapannya. Aubrey yang sedang melanjutkan makannya sekali-sekali teralihkan dengan sikap Dominique. Setelah selesai acara makan mereka. Dominique mengajak Aubrey ke Rue du Faubourg Saint-Honoré–sebuah jalan di arondisemen ke-8 Paris, Prancis. Relatif sempit dan tidak mencolok, terutama dibandingkan dengan Avenue des Champs-Élysées di dekatnya, jalan ini dipuji sebagai salah satu jalan paling mewah dan modis di dunia berkat kehadiran hampir setiap rumah mode global utama, Istana lysée (kediaman resmi Presiden Prancis), Hôtel de Pontalba (kediaman Duta Besar Amerika Serikat untuk Prancis), Kedutaan Besar Kanada, Kedutaan Besar Inggris dan berbagai galeri seni.Aubrey sangat bahagia sekali di kota tersebut karena dimana-mana sejauh mata memandang banyak hasil karya seni yang sangat indah. "Kau suka?" tanya Dominique tersenyum sambil menggandeng tangan wanita yang dic
"Dom, tolong aku!" Amelia memelas dengan raut wajah yang dibuat-buat. "Kau berbicara denganku?" tanya Dominique sambil menoleh dengan wajah datar. "Tentu saja," jawab Amelia sambil merentangkan kedua tangannya. Dominique menghela napas. Sebenarnya, ia enggan meladeni wanita yang banyak sering ia temui seperti Amelia ini. Dia sudah terbiasa dengan sikap Cassandra, jadi tidak asing bila bertemu dengan model seperti itu lagi. Saat ia melangkah dan ingin membantu. Seorang Bellboy lewat di hadapan mereka. Dominique yang melihat kesempatan di depan mata itu langsung menggunakannya. Ia memanggil Bellboy tersebut dan memintanya untuk membantu Amelia yang terjatuh. Kemudian, ia pergi menaiki lift menuju ke bawah. Amelia yang kesal melihat perilaku Dominique, langsung menepis tangan Bellboy tersebut dan berdiri seketika. Bellboy tersebut yang mengetahui bahwa Amelia hanya berpura-pura untuk menarik perhatian Dominique, hanya bisa mengedikkan b
"Damn, wanita itu lagi. Sepertinya ia sengaja mendekatkan Damien kepada Aubrey. Lihat saja, aku akan melakukan hal yang tidak pernah kalian duga."Dominique meremas ponselnya dan segera mungkin menyelesaikan pekerjaannya. Setelah berpamitan kepada klien yang ditemui, Dominique gegas menyusul ke restoran Le Bristol Hotel. Sebelum menuju ke Le Bristol, Dominique membeli buket mawar di La Ferme de Floris. Setelah beberapa menit perjalanan, Dominique sampai di Le Bristol dan langsung menuju Restoran. "Sweetheart, so sorry ada pekerjaan mendadak yang harus kukerjakan." Dominique mengecup lembut kening Aubrey. "It's oke, kami juga baru memesan. Aku sudah pesankan beberapa untukmu, semoga kau suka ya?""Apapun yang kau hidangkan untukku, aku pasti suka. Thanks, ya."Dominique mengecup lembut punggung tangan Aubrey. Amelia dan Damien yang duduk di hadapan mereka hanya bisa terdiam sambil memperhatikan dengan canggung. Tanpa mereka sad
"Bukannya kalian masih bertunangan, ya? Itu tidak baik untukmu Aubrey, sekamar dengan seorang pria dan sering melakukan hal itu. Akan mengganggu imagemu nanti." Damien berujar untuk mencegah niat Aubrey untuk bermalam dengan Dominique. "Hei! Kau pikir aku wanita seperti apa? Aku hanya akan sekamar dengan tunanganku, juga belum tentu melakukan hal yang kau sebutkan itu. Kau pikir aku seorang jalang yang dengan mudah menyerahkan diri begitu saja. Oh ya satu lagi, Dominique bukan sekadar tunanganku saja. Dia akan menjadi suamiku, tiga bulan lagi."Aubrey tampak marah dan berapi-api, lalu ia mengajak Dominique untuk meninggalkan acara makan malam mereka. "Asal kamu tahu Tuan Damien. Aku bukanlah penjahat kelamin yang sering meniduri banyak wanita. Jadi tenang saja, kau tidak usah mengkhawatirkan tunanganku karena dia ada yang menjaga. Oh ya, selamat menikmati makan malam kalian. Billnya sudah menjadi tanggung jawabku."Dominique dan Aubrey pergi me
Suara lirih penuh kenikmatan terdengar dari sudut kamar lantai tiga nomor 305. Damien yang pada dasarnya rakus dan sering berganti pasangan memang selalu terpuaskan dengan pelayanan sekretarisnya, Amelia. Berulang Kali terdengar lenguhan lolos dari bibirnya. Malam yang amat panjang bagi Damien dan Amelia saat itu. Mereka terus mengulang kegiatan mereka hingga pagi menjelang. Hanya beberapa saat beristirahat kemudian melanjutkan lagi. Banyak bercak merah tertinggal di tubuh Amelia sebagai tanda kepuasan Damien. "Kau memang selalu menjadi yang terbaik. Aku belum pernah menemukan yang senikmat kau."'Tenang saja, Tuan. Asalkan bayarannya memuaskan. Aku akan memberikan pelayanan terbaik."Amelia menyusuri setiap sudut tubuh Damien yang membuat pria itu semakin panas dan terlena. Dua orang munafik dan sok suci, justru bertindak lebih kotor dari orang yang diperingatkan. Malam mereka berakhir hingga keesokan pagi. Aubrey mengucek mata. Dilih