“Sudah kukatakan, aku baik – baik saja, Surendra.”
Arsyanendra mengulang lagi kalimatnya ketika melihat Surendra yang berdiri di samping tempat tidurnya dengan wajah cemas.
“Kenapa Yang Mulia melakukan hal berbahaya itu lagi?” tanya Surendra yang telah kehilangan kesabarannya. “Sebelum ini, Yang Mulia terluka karena kelalaian saya yang tidak cakap dalam menjaga Yang Mulia. Hari ini. . . lagi – lagi, Yang Mulia menerjang bahaya padahal ada banyak pasukan yang bisa menangkap pelaku penembakan itu tanpa harus turun tangan dari Yang Mulia.”
Arsyanendra menghela napas panjang sembari menahan rasa sakit di kaki kanannya yang terluka karena tergores peluru yang datang ke arahnya.
“Aku maju bukan tanpa alasan, Surendra. Aku maju karena aku yakin, aku tidak akan terbunuh dalam penembakan tadi,” jelas Arsyanendra. “Tadi saat melihat peluru yang meluncur ke arah Indhira, aku mengenali peluru itu. Peluru itu adalah milik pelayan kesayangan
Suara percakapan antara Arsyanendra dan Surendra berhasil membuat Ravania yang tertidur di samping tempat tidur Arsyanendra kemudian membuka matanya. Masih dengan mengerjap – ngerjapkan kelopak matanya, Ravania mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Arsyanendra dengan tatapan datar. “Selamat pagi, Nona Indhira. . .” ucap Arsyanendra dan Surendra bersama – sama. Dua suara yang mengucapkan selamat pagi, membuat Ravania kemudian menatap ke arah Arsyanendra dan Surendra secara bergantian. Dan begitu sadar, Ravania kemudian berteriak, “Uwaaaaahhh. . . kenapa Tuan Surendra sudah ada di sini? Kenapa Yang Mulia juga ada di sini?” “Sepertinya Nona lupa jika semalam Nona tertidur di kamarku dan bukan kamar Nona,” ucap Arsyanendra yang kemudian mengangkat tangannya yang masih digenggam oleh Ravania. “Uwahhh,” teriak Ravania untuk kedua kalinya dan langsung melepaskan genggaman tangannya di tangan Arsyanendra. Ravania langs
“Maafkan aku, Nona Indhira. Aku dengar kemarin Nona mengalami insiden dan sekarang masih harus menemani aku,” jelas Zia Pramanaya yang duduk di samping Ravania. “Tidak perlu sungkan, Nona Zia. Lagi pula, aku tidak sengaja membuat kesalahan kepada Yang Mulia dan menemani Nona Zia adalah caraku membayar kesalahanku kepada Yang Mulia,” jawab Ravania dengan tersenyum malu. “Sepertinya. . . hubungan Nona dengan Yang Mulia lebih dekat dari yang aku kira,” kata Zia Pramanaya. Ravania terkekeh, “Heh, benarkah terlihat seperti itu, Nona? Saya kira hubungan saya dengan Yang Mulia hanya sebatas teman saja mengingat ayah kami adalah sahabat dulunya.” “Aku jelas melihat bahwa Yang Mulia melihat Nona Indhira dengan tatapan yang berbeda ketika menatap gadis lainnya. Bahkan selama ini aku mengira bahwa Nona Virya lah yang paling dekat dengan Yang Mulia, namun ternyata pandanganku itu salah. Yang Mulia memandang Nona Indhira dengan tatapan berbeda. M
Arsyanendra memang terkejut dan tergiur dengan sesuatu yang keluar dari mulut Shankara.Namun sebagai seseorang yang sudah berpengalaman dalam menghadapi orang – orang dengan mulut berbisa seperti Shankara Danati, Arsyanendra yang tergiur dengan cepat menyembunyikan perasaannya itudan bersikap seolah tidak peduli seperti yang selama ini dilakukannya ketika berhadapan dengan kaum aristokrat. “Kenapa aku harus percaya ucapan Tuan? Bisa saja Tuan hanya membual dan mengatakan kata – kata kosong hanya agar aku menyelamatkan putri Tuan.” “Tidak, Yang Mulia. Saya mungkin suka membual, saya mungkin suka berbohong untuk mendapatkan banyak uang. Tapi saya tidak akan main – main jika menyangkut nyawa anak saya , Zhafiro.” Arsyanendra melirik tajam ke arah Shankara Danapati dan melihat ke dalam mata Shankara Danapati. “Apakah Tuan lupa jika putri Tuan itu bahkan bersikap seolah tidak kenal dengan Tuan ketika berada dalam pengadi
“Bagaimana dengan persiapan untuk pemilu?” tanya Arsyanendra yang duduk di ruang kerjanya ketika Surendra datang untuk memberikan laporannya. “Semua sudah siap, Yang Mulia. Minggu depan seluruh rakyat Hindinia akan mengeluarkan suara mereka untuk pemilihan Ratu Hindinia.” “Lalu bagaimana dengan nama Variza Widyanatha?” tanya Arsyanendra lagi. “Sudah dihapus dalam daftar nama calon Ratu. Berita mengenai serangan yang terjadi kepada Nona Indhira atas perintah Nona Variza juga sudah disebarkan ke seluruh Hindinia. Begitu pula dengan berita mengenai Nona Zhafiro.” “Bagus. . . itu artinya pemilihan umum kali ini hanya akan ada dua kandidat yang nantinya akan terpilih. Ini pertarungan antara Indhira dan Zia. Lalu jika Zia memang akan memihak pada kita seperti yang dikatakannya maka kemenangan mutlak akan jatuh ke tangan Indhira seperti yang kita inginkan. . ,” jelas Arsyanendra. “Tapi. . .” “Tapi apa, Yang Mulia?”
“Saya akan melakukannya, Yang Mulia. . .” teriak Narendra. Narendra kemudian mengangkat tangan kirinya lagi dan tubuhnya bergerak dengan cepat ke arah Arsyanendra. Kali ini. . . Narendra benar – benar ingin memukul Arsyanendra. Kali ini. . . Narendra benar – benar ingin membalas sepupunya yang selalu mengalahkannya dalam segala hal dalam hidupnya. Buk. . . Pukulan Narendra mendarat di tempat yang sama dengan tempat di mana pukulan Narendra mendarat di wajah Arsyanendra. “Yang Mulia!” Surendra berteriak kencang dan segera berlari ke arah Arsyanendra ketika melihat Arsyanendra untuk kedua kalinya terpental setelah menerima pukulan dari Narendra. Namun untuk kedua kalinya juga, Arsyanendra mengangkat tangan kanannya dan memberikan isyarat kepada Surendra untuk tetap diam di tempat dan tidak mengganggunya. “Tapi. . . Yang Mulia. . .” teriak Surendra yang langkah kakinya tertahan oleh isyarat Arsy
“Apa maksud ucapan itu, Yang Mulia?” tanya Narendra yang terkejut mendengar jawaban dari mulut Arsyanendra. “Yang Mulia ingin menyerahkan takhta ini kepada Virya nantinya?”“Kenapa, Narendra?” tanya balik Arsyanendra dengan menatap tajam ke arah Narendra. “Kamu tidak yakin jikaVirya, adikmu mampu menduduki takhta dan memimpin Hindinia? Harusnya kamu tahu dengan baik, Virya adalah kandidat terbaik yang mampu memimpin Hindinia. Virya adalah gadis yang bijak, gadis yang cerdas dan anggun. Virya memiliki kecakapan layaknya seorang raja, Narendra.”“Tapi. . . dia adalah seorang wa. . .”Narendra belum menyelesaikan kalimatnya ketika Arsyanendra dengan cepat memotong ucapan Narendra.“Seorang wanita??” potong Arsyanendra. “Kenapa memangnya dengan seorang wanita? Apa hanya karena terlahir sebagai seorang wanita, maka tidak bisa menjadi pemimpin yang baik d
Setelah meninggalkan Ravania bersama dengan pengawal istana kepercayaan Surendra, Arsyanendra kemudian berjalan dengan Surendra danbeberapa pasukan pengawal istana menuju ke penjara istana di mana Gyan dan Variza Widyanatha ditemukan tewas. Selama perjalanan menuju ke penjara istana, Surendra membagi pengawal istana untuk menjaga seluruh gerbang dan menutup gerbang. Surendra juga meminta beberapa pengawal istana untuk mengirim pesan melalui orang – orang kepercayaan Surendra yang bekerja di luar,ke kediaman Balakosa di mana Virya dan Narendra Balakosa tinggal. “Yang Mulia.” Panggilan Surendra itu, tidak mampu membuat langkah Arsyanendra terhenti karena perasaan ingin tahunya melihat keadaan Gyan dan Variza Widyanatha yang tewas di dalam penjaranya. “Kita terlambat, Yang Mulia.” Langkah Arsyanendra terhenti dan membuat semua pasukan pengawal istana yang mengikutinya dari belakang kemudian serentak menarik rem di kaki
“Apa yang baru saja kamu katakan, Rando??” tanya Arkatama Agastya dengan raut wajah tidak percaya. “Apa aku tidak salah dengar??”Rando memberikan anggukan kepala kepada Arkatama Agastya, “Ya, Tuanku. Itu yang saya lihat dari cara Yang Mulia menatap Nona Indhira. Meski tidak seratus persen, tapi saya yakin Yang Mulia menyukai Nona Indhira layaknya perasaan pria kepada wanita.”Setelah meminta Rando untuk meninggalkan ruangannya, Arkatama Agastya kemudian duduk di kursinya dan merenungkan kembali ucapan Rando yang baru saja didengarnya. Antara percaya dan tidak percaya, Arkatama Agastya kemudian berusaha menggali ke dalam ingatannya tentang Arsyanendra dan Indhira Darmawangsa.Kenangan kemudian mengalir di dalam benak Arkatama Agastya dari pengumuman tiba – tiba Arsyanendra yang membawa Indhira Darmawangsa menjadi satu dari empat kandidat calon Ratu Hindinia.Kenangan Arkatama Agastya kemudian mem