Share

The Story of Jawata: Pusaka Ajaib
The Story of Jawata: Pusaka Ajaib
Penulis: JWT Kingdom

Lembah Arwah

Penulis: JWT Kingdom
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-27 19:36:28

Hawa panas menyelimuti. Terik seluas hamparan lembah sejauh penjuru. Lembah tandus tampak gersang dalam kurun waktu lama. Tak satupun yang bernyawa tampak berlalu. Wajah lembah tandus membisu sepanjang siang. Tulang belulang binatang terserak, setengah terkubur di tanah.

Sepi. Sunyi. Hening.

Angin lirih menderu. Beberapa pohon raksasa menandakan sekian lama tanpa tanda kehidupan, menyisakan dedaunan kering. Saksi bisu peristiwa silam yang tragis.

Samar-samar, bayangan menerobos kesunyian lembah. Kabut tipis menyingkap sosok penunggang kuda. Terhenti sejenak, ia mencari jejak arah kemana akan dituju. Hanya kesunyian menjadi jawaban.

Seorang lelaki penunggang kuda menyingkap tudung jubah. Melawan angin seperti jarum menusuk-nusuk. Tidak cukup jelas apapun yang ada di hadapannya. Situasi tidak memungkinkan pandangannya menatap apapun di sana.

Beberapa saat kemudian, anak buahnya menyusul. Derap kuda terhenti di samping lelaki penunggang kuda yang memimpin rombongan. Ringkik kuda memecah kesunyian lembah.

"Apakah kita harus melalui jalan ini, Ketua?" tanya seorang anak buah kepada pemimpin di depannya lebih dulu berhenti.

"Benar dugaanku,” kata seorang yang memimpin rombongan berkuda, tertegun sejenak. Mengamati sekitar tempat itu.

"Ternyata kita telah memasuki jalur Lembah Arwah. Tidak cukup waktu untuk kembali."

"Sebaiknya kita jangan berlama-lama di sini," kata Ketua memimpin rombongan, lekas bergegas memacu kuda.

Kuda-kuda tunggangan, meringkik ketakutan. Namun dipaksa untuk menerobos jalan di hadapan mereka.

Pemimpin diikuti enam orang bawahannya terpaksa turun dan menuntun kuda masing-masing. Tetap waspada dan siaga sembari berjalan hati-hati.

"Sssh ...," sesekali mereka mengelus kuda agar tenang.

"Jangan menimbulkan suara gaduh, hati-hati langkah kalian," lanjut ketua yang memimpin kepada anak buahnya. Perhatiannya tetap waspada terhadap situasi sekitar.

Pasukan Bayangan. Mereka bukan sekawanan pengecut. Tak gentar menerobos lembah tandus dan panas. Debu dan kabut hampir tidak ada beda. Sesekali pekatnya kabut memudar. Tampak semakin jelas oleh rombongan itu, sebuah hamparan sangat sunyi dan mencekam. Perjalanan mereka berujung pada suatu pemandangan mengejutkan.

Di depan mereka, tampaklah pohon-pohon besar yang lapuk dan mengering. Samar-samar tampak sosok-sosok menggantung di antara dahan kering. Pasukan Bayangan mendekat, semakin tampak jelas oleh mata mereka, mayat-mayat keropos bergelantungan. Mayat-mayat itu seperti dibiarkan mengering dalam waktu lama.

"Ketua!" Seseorang memanggil pemimpin. Tampak khawatir dan cemas akan pemandangan di depan mata.

Ketua Sujinsha memberikan isyarat jemari di depan mulut. Sangat berhati-hati, ia menghampiri pepohonan besar menjulang di hadapan mereka. Kemudian Ketua Sujinsha menghunus belati dari balik sabuk, melemparkan belati itu pada sebuah tali yang menjerat leher seonggok mayat. Mayat itu pun terjatuh rapuh ke tanah. Kemudian ia bergegas memeriksanya.

"Tidak!"

Pekik Ketua Sujinsha. Tampaknya ia mengenali mayat kering di pangkuannya sekarang. Enam orang bawahannya menyusul. Mereka semua sangat terkejut.

"Ini murid kita! Praja Tanapura. Praja Emas!" kata Ketua Sujinsha di tengah keterkejutannya, semakin yakin mengenali identitas mayat kering yang sedang diperhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Tidak salah lagi!”

”Baju yang dikenakan, benar ini murid Praja Emas," beberapa anak buahnya ikut membenarkan.

"Apa yang terjadi?" nafas geram menyatu, Ketua Sujinsha menahan rasa ngeri. Raut muka para anak buahnya memperhatikan mayat itu, juga bergidik. Merasakan intuisi tidak aman, Ketua Sujinsha memerintahkan sesuatu.

"Cepat masukkan ke dalam karung!" perintahnya dan segera dilaksanakan oleh anak bawahannya. Dengan sergap dan singkat, mereka memasukkan mayat kering itu ke dalam karung kemudian mengusungnya dan menaruhnya di punggung salah seekor kuda tunggangan mereka. Sementara empat orang anak buah mengikuti Ketua Sujinsha mendekati pepohonan besar. Mereka mengamati mayat-mayat lainnya bergelantungan di pohon itu. Tampaknya beberapa dari mayat-mayat itu mengenakan seragam yang sama.

”Mayat-mayat ini, sepertinya para praja dari sekte lain,” gumam Ketua. Amarah tertahan, suara Ketua Sujinsha bergetar. Nafasnya terasa berat.

"Lembah Arwah. Kejahatan seperti apa, tersembunyi dari dunia luar?"

Angin menjawab. Berdesir lirih kian kencang. Tiba-tiba suara raungan membahana dari angkasa yang diselimuti awan abu-abu gelap. Suara panjang seekor makhluk besar yang belum diketeahui wujudnya, menggelegar, dan menyeruak deru angin. Cukup memekakkan telinga. Penampakan bayangan makhluk bersayap, sekelebat menaungi orang-orang yang mendongakkan wajah ke langit-langit dengan tegang dan waspada.

”Sembunyi!” perintah Ketua Sujinsha, paling dulu bergerak cepat, menyelinap di antara celah akar-akar pohon. Tempat bersembunyi darurat. Empat orang bawahannya mengikuti. Celah-celah akar yang besar-besar dan bertautan.

”Makhluk apa itu?!”

Memasang waspada, mereka bersiap-siap meregangkan busur dengan panah-panahnya.

* * *

Bab terkait

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   Serangan Kelelawar Raksasa

    "Attamiwa ...!"Desis rapal terucap dari bibir Ketua komat kamit. Perlahan makin tegas, berulang kali diucapkan. Merapal mantera itu sembari memasang sebilah panah besi terarah ke angkasa. Panah berkilat sesaat. Pusat target ke arah angkasa berkabut. Gerak jemarinya menegang dari tali kendali busur, lantas dengan gesit panah melesat ke atas."Serangan panah!"Seru Ketua Sujinsha mengayunkan komando. Lengan menghujam ke atas langit. Perintah itu dilaksanakan oleh semua anak buahnya yang bersiaga, dengan gesit keluar dari persembunyian masing-masing. Silih berganti melepaskan panah-panah.Kraaaagh!!!Jeritan meraung di angkasa luas berselimut awan tebal menghitam. Tampak sekelebat tubuh besar bersayap menukik dari ketinggian dan menghujam tanah. Disusul suara keras menghantam daratan tanah berbatu. Makhluk-makhluk bersayap menggelepar kesakitan, tak terhitung panah menancap di tubuhnya yang menyerupai kelelawar raksasa. Raungan mengerikan membahana ke seluruh lembah. Satu panah paling be

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-28
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   Jiwa Murni

    Taja.Ia memperkenalkan dirinya dengan nama itu. Usianya terbilang sangat muda. 15 tahun masa Jawata. Sekitar satu bulan lalu, Taja datang ke Tanapura, dibawa Ketua Sujinsha yang membimbingnya. Dia tidak sendiri. Seseorang lagi bersamanya.Lorr En, pengawal sekaligus teman. Nama yang aneh dan terdengar tidak umum. Usianya 16 tahun. Selalu menjaga Taja. Tak sejengkal pun berada jauh dari Taja.Kedua pemuda itu, pada awalnya kesulitan berbicara bahasa Tanapura. Tentang siapa mereka berdua, belum banyak yang tahu. Dari sekte atau suku mana, asal muasal keduanya, juga belum jelas.Hanya Ketua Sujinsha yang punya alasan, selaku pemegang kendali tertinggi Kesatuan Praja Tanapura, menempatkan Taja dan Lorr En pada regu praja gabungan.Sebuah keberuntungan, Taja terpilih menjadi regu Pemanah Ulung. Dilatih khusus di bawah pimpinan Ketua Sujinsha secara langsung untuk mempelajari sebuah pusaka legendaris.Pasvaati.Sebuah pusaka legenda di Jawata, sudah terlalu lama berdiam diri, hanya meningga

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-29
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   4. Pemanah Ulung

    "Pemanah Ulung, siapkan panah terbaikmu! Panjatlah dahan tertinggi. Bidik sasaranmu!"_______Sebuah pohon besar dijadikan tempat yang harus dipanjat oleh semua peserta lomba Memanah Ulung. Pohon besar dan menjulang tinggi, setiap cabang memiliki dahan yang dipasang simpul berbeda. Dahan yang lebih tinggi diikat simpul lebih banyak, artinya siapapun yang mencapai dahan tersebut akan mendapatkan nilai lebih banyak. Setiap satu simpul bernilai Seratus poin.Komando wasit berseru lantang, membakar semangat semua peserta pemanah."Kalian Pemanah Ulung, siapkan panah terbaik! Panjatlah dahan tertinggi. Bidik jitu sasaran terbaikmu!"Semua peserta praja pemanah mulai memanjat. Tampak Raojhin memimpin yang paling dulu berhasil ke dahan yang paling tinggi daripada praja-praja lainnya.Raojhin lincah, gesit, cekatan. Tanpa kesulitan ia berhasil memanjat ke cabang dengan tanda simpul sepuluh. Artinya, dia berada di posisi dahan dengan Seribu poin.Sementara di bawah, jarak puluhan langkah dari p

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   5. Siluman!

    "Prasangkamu melebihi apa yang kau lihat! Jangan bermimpi memiliki Jiwa Murni! Semedi 100 tahun pun, tak akan berhasil!"________Tatap teduh seorang gadis Graha Tabib, mengenakan cadar di wajah, mengusapkan krim obat di pergelangan tangan Taja yang terluka.“Jangan terkena air dalam semalam, akan lama sembuhnya," ujar gadis itu singkat."Kamu ..., Shaninka?" Taja menyebut nama gadis Graha Tabib itu. Tidak sering, tetapi ini lebih dari sekali, Taja dirawat dia.Gadis itu membalas dengan tatap lembut, caranya menatap mewakili seulas senyum di balik cadar bergerak tipis."Ya."Taja memperhatikan Shaninka sedang membalut lukanya.“Kamu tabib yang baik dan lembut. Terimakasih.”“Aku hanya murid pengobatan, bukan tabib,” Shaninka, gadis bercadar itu menyanggah. Sepasang mata dan alisnya melengkung di antara celah cadar yang dikenakan.“Ada apa?” Shaninka menyelesaikan balutan terakhir di pergelangan tangan Taja akibat kejadian saat latihan Pemanah Ulung. Banyak juga luka di bagian kakinya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   6. Tak Kasat Mata

    "Tubuhku tidak menua, sukmaku pun tidak. Tubuhku tidak makan dan minum, tetapi sukmaku makan dan minum."________Pukul Babi Jantan*.Gong ditabuh sepuluh kali. Malam larut, Taja tidak juga terlelap. Beberapa kali ia tergugah. Pikirannya terhisap sesuatu. Bayangan sesosok muncul lagi dalam mimpi. Walaupun sekejap, jelas sesosok itu memanggil namanya.'Taja!'Tak terhitung mimpi itu. Semenjak ia mengenal dunia. Semakin jelas mimpi itu menjelma sesosok dirinya yang lain di suatu tempat entah di mana. Suasana sunyi senyap. Diam-diam ia beranjak meninggalkan ruangan.Langit cerah. Purnama hampir penuh menghiasi malam. Tampak bangunan Tanapura yang tenang. Taja terpikir untuk mendatangi Istana Kitab. Ia berjalan cepat-cepat sembari melihat sekeliling kalau-kalau ada penjaga patroli.Situasi mendukung untuk dia menunaikan keinginannya. Sebuah ambang pintu terbuka, dijaga satu orang penjaga.Taja menunjukkan lencana khusus ‘Pengunjung tanpa batas waktu’. Beruntung ia memiliki hak istimewa ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-01
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   7. Sang Pewaris

    "Pusaka Pasvaati memilih Sang Pewaris sehati dengan inti jiwanya."________Taja celingukan, berjalan mengikuti Radhit. Berbeda dengan Radhit melangkah santai, lurus, dan tanpa suara sedikitpun."Oh, iya. Dia hanya sukma. Seperti udara, tentu langkahnya tanpa suara," pikir Taja, melangkah penuh hati-hati sampai berjinjit tatkala melewati para penjaga pintu masuk dan keluar bangunan Istana Kitab. Aneh, para penjaga itu seperti dalam keadaan tidak waspada. Bahkan mereka layaknya orang yang tidur berdiri."Mantera Sirep berlaku beberapa saat saja. Kita harus bergegas sebelum mereka tersadar!" bisik Radhit tegas. Kedua lengannya bersedekap di dada. Begitulah cara dia berjalan santai."Mantera Sirep masal, berupa alunan seruling memeluk jiwa, melarutkan kesadaran siapapun yang mendengar," jelas Radhit singkat."Jadi, kau yang membuat mereka tertidur?" gumam Taja. Sempat terpikir, andai dia juga menguasai Mantera Sirep.Beberapa saat kemudian, mereka sampai di Istana Pusaka. Suasana lenggang

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   8. Diriku Yang Lain

    "Taja! Lari ...!" pekik Putri.Panik. Mengikuti Putri Alingga, Taja menyelinap keluar Istana Pusaka. Suasana mulai ramai didatangi para penjaga. Dari kejauhan, terdengar gong istana pertanda waspada.Kedua tangan Taja gemetaran, Putri Alingga merasakan juga. Digenggamnya tangan Taja, basah berkeringat. Masih terasa bagaimana Pasvaati di genggamannya. Itu yang membuat Taja lemas, takut, dan berdebar. Ditambah situasi mengancam, semakin menambah panik."Ini ... kemana ...?" tanya Taja gemetaran. Keringat membasahi leher dan pipinya. Ia terus mengikuti Putri Alingga. Setelah mengendap-endap di antara taman, mereka sampai di area yang banyak pancuran air."Pemandian wanita," jawab Putri Alingga."Apa?!" Taja tersentak. Tidak disangka putri membawanya ke tempat itu."Sssh ... jangan berisik! Ini satu-satunya jalur keluar menuju belakang istana," balas Putri Alingga, mengacungkan jari telunjuk di depan bibirnya."Tidak ada siapapun di area pemandian pada pukul sekarang ini," tambah Putri Ali

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-03
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   9. Goa Rahasia

    "Ada goa di bawah sungai air panas. Tolong, rahasiakan goa ini!"________Fajar telah berlalu. Tampak cakrawala timur, Sang Surya perlahan mulai terbit. Cahaya merasuk celah-celah dedaunan rimbun.Taja menapaki terjal, menuruni curam setapak, menikmati pagi berembun. Hawa air panas mulai terasa menguap dari permukaan sungai air panas. Ia benar-benar hampir lupa kejadian semalam di Istana Pusaka.Beberapa saat lalu, masih diingatnya saran Putri Alingga tentang goa bawah sungai.'Mungkinkah goa itu benar-benar ada?''Apakah ada orang lain yang menemukan tempat itu sebelum aku?' pikir Taja.Rasa penasaran berkecamuk di benaknya. Bukan hanya tentang goa bawah sungai. Tetapi, sosok Tajura. Benarkah sekuat ini terhubung dengan sosok itu.'Jika bukan dia, lalu siapa sesosok yang selama ini menghantui mimpiku?'Taja mulai menapaki tepian sungai berkerikil. Airnya terasa hangat sampai ke tulang lutut. Namun ia dikejutkan seseorang yang sudah berada di tepi sungai lebih dulu.Taja melihat seseor

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-04

Bab terbaru

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   177. Sandera

    Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   176. Kembali Ke Dunia Fana

    Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   175. Satu Kembali. Satu Hilang.

    Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   174. Hantu Pasir

    Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   173. Strategi Darurat

    Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   172. Perisai Magis

    "Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   171. Pertolongan Tak Terduga

    Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   170. Badai Angin Malam

    Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   169. Elang Pembantai

    Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta

DMCA.com Protection Status