Share

5. Siluman!

Author: JWT Kingdom
last update Last Updated: 2023-03-31 02:00:41

"Prasangkamu melebihi apa yang kau lihat! Jangan bermimpi memiliki Jiwa Murni! Semedi 100 tahun pun, tak akan berhasil!"

________

Tatap teduh seorang gadis Graha Tabib, mengenakan cadar di wajah, mengusapkan krim obat di pergelangan tangan Taja yang terluka.

“Jangan terkena air dalam semalam, akan lama sembuhnya," ujar gadis itu singkat.

"Kamu ..., Shaninka?" Taja menyebut nama gadis Graha Tabib itu. Tidak sering, tetapi ini lebih dari sekali, Taja dirawat dia.

Gadis itu membalas dengan tatap lembut, caranya menatap mewakili seulas senyum di balik cadar bergerak tipis.

"Ya."

Taja memperhatikan Shaninka sedang membalut lukanya.

“Kamu tabib yang baik dan lembut. Terimakasih.”

“Aku hanya murid pengobatan, bukan tabib,” Shaninka, gadis bercadar itu menyanggah. Sepasang mata dan alisnya melengkung di antara celah cadar yang dikenakan.

“Ada apa?” Shaninka menyelesaikan balutan terakhir di pergelangan tangan Taja akibat kejadian saat latihan Pemanah Ulung. Banyak juga luka di bagian kakinya. Baju yang dikenakan pun terkoyak.

“Kenapa kamu selalu memakai cadar?” Taja mengalihkan pembicaraan. Namun Shaninka hanya menjawab dengan tatapan heran.

Itukah mengapa sejak tadi, Taja memperhatikannya. Shaninka terdiam sambil menunduk. Ia merasa kikuk diperhatikan seperti itu.

Suara pintu didobrak paksa dan tiba-tiba muncul Raojhin dengan kondisi banyak balutan di tangan dan kaki. Gelung rambutnya pun masih berantakan. Baju terkoyak di beberapa bagian.

Raojhin berhenti di depan pintu. Tatap sangar dan penuh emosi, ia mendekati Taja di pembaringan.

“Aku melihatmu!" Raojhin menunjuk kasar ke arah Taja.

Taja terkejut menanggapi kedatangan Raojhin sangat tidak bersahabat.

"Aku melihatmu, dasar siluman!” nafas Raojhin memburu. Sorot matanya sangat serius tajam.

Melihat gelagat Raojhin yang jelas-jelas tidak ramah, akhirnya Taja bangkit dan terpaksa menghadapinya.

“Ada apa ini?” setelah beranjak dari dipan, ia menghadapi Raojhin. Sementara Shaninka mundur perlahan.

Beberapa orang yang sedang berada di ruangan bangsal pengobatan, menjadi panik. Mereka mengira bakal ada perseteruan di antara kedua praja muda itu.

Disusul serombongan praja. Sekitar puluhan. Muncul dari arah pintu datangnya Raojhin. Ternyata Ketua Sujinsha juga datang bersama mereka.

“Aku melihat sesuatu di kakinya!” teriak Raojhin.

Semua mata melihat kaki Taja menapak tanpa alas. Ada beberapa luka. Tidak ada yang lebih aneh dari itu.

“Aku melihat sesuatu menjulur dari kakinya ...."

"Semua jari-jarinya ... berubah akar-akar mencengkeram ranting-ranting pohon!” teriak Raojhin.

"Jemarinya ... hijau lumut!”

Semua orang terdiam sejenak. Mengamati sepasang kaki Taja. Merasa aneh dan heran. Antara melihat Raojhin yang bersikap aneh dan Taja yang berdiri di hadapan mereka semua.

“Kau terguncang!” Lorr En tiba-tiba muncul di antara kerumunan praja yang berdatangan.

“Jika bukan karena dia, kau sudah pasti terjatuh dari ketinggian!” balas Lorr En tegas. Air mukanya menahan rasa tidak suka pada Raojhin.

Ketua Sujinsha menjadi penengah. Tak memihak siapapun yang sedang berseteru.

“Raojhin, mungkin saja itu salah satu trik kemampuan dia! Kembalilah ke ruangan pengobatanmu!”

“Tidak, Tuan! Itu bukan trik. Hamba benar-benar melihatnya ...," teriak Raojhin semakin berapi-api, nada suaranya meninggi.

"Dia berubah ... sekarang kakinya dan tangannya kembali normal!” Raojhin bersikukuh dengan ucapannya. Semua praja satu pelatihan, dibuat kebingungan sikap Raojhin.

“Dia, siluman!” teriak Raojhin lantang. Tubuhnya gemetar karena menahan emosi, dan tatap mata penuh curiga. Sembari telunjuknya mengarah ke Taja tiada henti.

“Dia yang selama ini menyelinap!"

"Tak Kasat Mata!"

"Pencuri makanan!”

Teriak Raojhin menjadi-jadi. Akibat ujarannya, semua orang menjadi takut dan sinis.

“Hentikan!” Taja menyela tegas. Di sebelahnya, Lorr En memasang badan kalau-kalau seseorang tiba-tiba akan menyerang.

“Menyingkir!” Raojhin semakin kesal dan menghardik Lorr En.

Ketua Sujinsha memperhatikan Raojhin yang sedang gelap mata.

“Apa ini tentang hasil poin? Kamu tetap pemenangnya, Raojhin!” Kata Ketua Sujinsha.

“Bukan! Ini bukan tentang poin, Tuan! Ini tentang kebenaran bahwa dia bukan manusia!” Raojhin seolah tidak peduli lagi akan keberadaan Ketua Sujinsha.

“Raojhin, tenangkan dirimu!” kata Ketua Sujinsha. Semua orang memandang sinis pada Taja.

Selama ini, Raojhin tidak pernah menunjukkan temperamen aneh, apalagi menyerang seperti ini. Raojhin pendiam dan tidak banyak bicara, tiba-tiba berubah seperti seseorang yang seolah ingin membunuh.

“Berhenti membodohi kami! Tidak mungkin manusia selamat dari ketinggian seperti itu!” Raojhin berusaha menguak logika.

“Dia menggenggam tanganmu sehingga kamu tidak sampai jatuh ke tanah!” Lorr En membela Taja dalam bungkam.

“Seseorang terlatih pasti bisa!” Ketua Sujinsha tampak berpihak pada Taja.

“Kembali ke ruanganmu, Rao!” perintah Ketua Sujinsha sekali lagi.

Namun Raojhin tetap tak mematuhi. Semua merasa heran akan sikap Raojhin yang kelewat lancang seperti itu.

“Semua prasangkamu melebihi apa yang kau lihat!” Taja mencoba bersuara.

“Jadi, kamu menyebutku pembohong?” Raojhin menahan diri, tidak sampai menyerang Taja. Walaupun emosi memuncak.

“Aku tidak berkata seperti itu,” balas Taja.

“Jangan bermimpi untuk mendapatkan jiwa murni!” kata Taja tegas.

“Dengan prasangka buruk sebesar itu, semedi 100 tahun pun tidak akan menjadikan dirimu berhasil mendapatkan Jiwa Murni. Kamu tidak akan mampu!”

Semua ikut terkejut mendengar ucapan Taja yang tegas. Dia praja yang belum lama diterima di Tanapura, tetapi ketegasannya sekali berkata, mampu mempengaruhi banyak orang.

Ketua Sujinsha kembali terdiam. Mencoba mencerna ucapan Raojhin.

“Kami tidak tersangkut di dahan ... tapi dia ... dia ... mencengkeram ranting dengan kaki dan tangannya ... dia ... dia ...,” Raojhin terkulai lemas. Siapapun yang sedang berada di tempat itu tahu jika kondisi Raojhin sedang tidak baik setelah terperosok di pohon dari ketinggian seperti itu. Beberapa orang segera memapah Raojhin kembali ke ruangan lain untuk melanjutkan pengobatan.

Ruangan kembali sepi, hanya beberapa orang masih berada di ruangan bangsal tempat Taja mendapatkan perawatan.

“Tenanglah! Semuanya akan baik-baik saja, dia hanya sedikit terguncang!” tiba-tiba suara Putri Alingga muncul di ruangan itu. Sosoknya muncul di ambang pintu.

“Benar. Dia akan segera pulih,” Shaninka turut menimpali.

Taja terdiam dalam pikirannya sendiri. Semua orang terlanjur mendengar tudingan Raojhin.

“Siluman?!" Taja terheran-heran.

"Aku bahkan bersama mereka saat makan siang,” gumam Taja, menggeleng-geleng kepala selama mengingat perlakuan Raojhin.

“Dia hanya iri pada kemampuanmu!” Lorr En menimpali.

“Selama ini, Raojhin selalu unggul. Dia ingin mencari lawan tanding yang adil,” kata Putri Alingga membenahi anggapan Lorr En.

“Tentang Praja Tak Kasat Mata, itu sudah lama ada. Bahkan sebelum kalian berada di Tanapura. Jadi tidak perlu dirisaukan,” kata Ketua Sujinsha sebelum pergi meninggalkan ruangan itu. Putri Alingga dan Shaninka juga meninggalkan tempat itu.

Suasana kembali sepi, hanya Taja dan Lorr En yang tersisa di ruang bangsal pengobatan. Dipan-dipan lain berjejer tampak kosong.

“Kenapa kamu ceroboh?” Lorr En melirik Taja dan agak berbisik.

“Mana mungkin aku membiarkan dia jatuh dari pohon setinggi itu,” Taja membalas datar, kembali ke pembaringan.

“Setidaknya, jangan sampai ada orang melihat wujudmu yang lain,” kata Lorr En agar Taja lebih berhati-hati. Sembari menoleh sekeliling, ia khawatir kalau-kalau ada orang lain mendengar percakapan mereka.

Taja hanya terdiam, menyadari kecerobohannya.

"Sepertinya, kita akan menjalani hari-hari yang panjang di sini."

Taja menghela nafas. Memandangi kedua telapak tangannya sendiri.

"Bukankah sudah 'kubilang, lebih baik kita segera meninggalkan Tanapura!" Lorr En membalas.

"Entahlah ... aku merasa ... ada banyak hal yang akan terkuak di sini," Taja merasakan pertanda aneh selama tinggal di Tanapura.

"Lagipula, kita akan ke mana lagi?" lanjutnya dan menoleh pada Lorr En.

Teringat bahwa mereka tidak punya pilihan. Tidak punya tujuan. Selama ini dalam pelarian dari satu tempat ke tempat lain.

Diperdagangkan sebagai budak. Dalam pelarian dan tertangkap lagi berulang kali. Bersembunyi di hutan-hutan selama kurun bertahun-tahun.

* * *

Related chapters

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   6. Tak Kasat Mata

    "Tubuhku tidak menua, sukmaku pun tidak. Tubuhku tidak makan dan minum, tetapi sukmaku makan dan minum."________Pukul Babi Jantan*.Gong ditabuh sepuluh kali. Malam larut, Taja tidak juga terlelap. Beberapa kali ia tergugah. Pikirannya terhisap sesuatu. Bayangan sesosok muncul lagi dalam mimpi. Walaupun sekejap, jelas sesosok itu memanggil namanya.'Taja!'Tak terhitung mimpi itu. Semenjak ia mengenal dunia. Semakin jelas mimpi itu menjelma sesosok dirinya yang lain di suatu tempat entah di mana. Suasana sunyi senyap. Diam-diam ia beranjak meninggalkan ruangan.Langit cerah. Purnama hampir penuh menghiasi malam. Tampak bangunan Tanapura yang tenang. Taja terpikir untuk mendatangi Istana Kitab. Ia berjalan cepat-cepat sembari melihat sekeliling kalau-kalau ada penjaga patroli.Situasi mendukung untuk dia menunaikan keinginannya. Sebuah ambang pintu terbuka, dijaga satu orang penjaga.Taja menunjukkan lencana khusus ‘Pengunjung tanpa batas waktu’. Beruntung ia memiliki hak istimewa ini

    Last Updated : 2023-04-01
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   7. Sang Pewaris

    "Pusaka Pasvaati memilih Sang Pewaris sehati dengan inti jiwanya."________Taja celingukan, berjalan mengikuti Radhit. Berbeda dengan Radhit melangkah santai, lurus, dan tanpa suara sedikitpun."Oh, iya. Dia hanya sukma. Seperti udara, tentu langkahnya tanpa suara," pikir Taja, melangkah penuh hati-hati sampai berjinjit tatkala melewati para penjaga pintu masuk dan keluar bangunan Istana Kitab. Aneh, para penjaga itu seperti dalam keadaan tidak waspada. Bahkan mereka layaknya orang yang tidur berdiri."Mantera Sirep berlaku beberapa saat saja. Kita harus bergegas sebelum mereka tersadar!" bisik Radhit tegas. Kedua lengannya bersedekap di dada. Begitulah cara dia berjalan santai."Mantera Sirep masal, berupa alunan seruling memeluk jiwa, melarutkan kesadaran siapapun yang mendengar," jelas Radhit singkat."Jadi, kau yang membuat mereka tertidur?" gumam Taja. Sempat terpikir, andai dia juga menguasai Mantera Sirep.Beberapa saat kemudian, mereka sampai di Istana Pusaka. Suasana lenggang

    Last Updated : 2023-04-02
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   8. Diriku Yang Lain

    "Taja! Lari ...!" pekik Putri.Panik. Mengikuti Putri Alingga, Taja menyelinap keluar Istana Pusaka. Suasana mulai ramai didatangi para penjaga. Dari kejauhan, terdengar gong istana pertanda waspada.Kedua tangan Taja gemetaran, Putri Alingga merasakan juga. Digenggamnya tangan Taja, basah berkeringat. Masih terasa bagaimana Pasvaati di genggamannya. Itu yang membuat Taja lemas, takut, dan berdebar. Ditambah situasi mengancam, semakin menambah panik."Ini ... kemana ...?" tanya Taja gemetaran. Keringat membasahi leher dan pipinya. Ia terus mengikuti Putri Alingga. Setelah mengendap-endap di antara taman, mereka sampai di area yang banyak pancuran air."Pemandian wanita," jawab Putri Alingga."Apa?!" Taja tersentak. Tidak disangka putri membawanya ke tempat itu."Sssh ... jangan berisik! Ini satu-satunya jalur keluar menuju belakang istana," balas Putri Alingga, mengacungkan jari telunjuk di depan bibirnya."Tidak ada siapapun di area pemandian pada pukul sekarang ini," tambah Putri Ali

    Last Updated : 2023-04-03
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   9. Goa Rahasia

    "Ada goa di bawah sungai air panas. Tolong, rahasiakan goa ini!"________Fajar telah berlalu. Tampak cakrawala timur, Sang Surya perlahan mulai terbit. Cahaya merasuk celah-celah dedaunan rimbun.Taja menapaki terjal, menuruni curam setapak, menikmati pagi berembun. Hawa air panas mulai terasa menguap dari permukaan sungai air panas. Ia benar-benar hampir lupa kejadian semalam di Istana Pusaka.Beberapa saat lalu, masih diingatnya saran Putri Alingga tentang goa bawah sungai.'Mungkinkah goa itu benar-benar ada?''Apakah ada orang lain yang menemukan tempat itu sebelum aku?' pikir Taja.Rasa penasaran berkecamuk di benaknya. Bukan hanya tentang goa bawah sungai. Tetapi, sosok Tajura. Benarkah sekuat ini terhubung dengan sosok itu.'Jika bukan dia, lalu siapa sesosok yang selama ini menghantui mimpiku?'Taja mulai menapaki tepian sungai berkerikil. Airnya terasa hangat sampai ke tulang lutut. Namun ia dikejutkan seseorang yang sudah berada di tepi sungai lebih dulu.Taja melihat seseor

    Last Updated : 2023-04-04
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   10. Permusuhan Sengit

    Gemercik arus sungai menjauh.Taja dan Raojhin menelusuri kedalaman goa, bergerak menjauh dari mulut goa tertutup aliran sungai. Ternyata rongga di dalam goa, semakin ke dalam semakin luas. Banyak bebatuan sepanjang air tergenang yang tenang. Suasana di kedalaman goa, terasa sangat hening. Banyak lorong rongga membentuk labirin, menembus rongga lainnya dan berakhir ke perut goa."Hup!"Raojhin melompati bebatuan licin dan agak terendam air. Diikuti Taja dengan gesit melompati bebatuan.Lagi-lagi tanpa aba-aba, mereka seolah berlomba melompati bebatuan. Di antara mereka, acapkali muncul persaingan.Raojhin terhenti sebentar di sebuah batu dan memasang kuda-kuda. Mendapatkan posisi seimbang.Taja melihat gelagat Raojhin bersiap-siap menanggapi.Raojhin melempar pukulan ringan ke arah Taja, namun berhasil ditangkis."Mau bertarung?!" Taja melompat mundur, berpijak pada batu besar di belakangnya."Tempat ini sempurna untuk berlatih!" sambut Raojhin, haus pertandingan."Sering-sering kita k

    Last Updated : 2023-04-05
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   11. Dua Tapak Beradu

    "Jurus apa itu?!"Pekik Taja."Tapak Sengatan Naga!" balas Raojhin menyebutkan jurus andalannya.Jurus tapak Raojhin bukan serangan mematikan tetapi cukup mengakibatkan memar di kulit dan menimbulkan rasa gatal yang menyengat. Taja kecolongan. Ia tak mau lagi mengalah."Wah, benar-benar harus bertarung?!" Taja tak menyangka, tantangan berubah perkelahian serius."Mau menjadi regu bersamaku?!" Raojhin menyeringai. Raut mukanya menunjukkan rasa puas dan sorot mata tajam."Tunjukkan dulu kemampuanmu!" rupanya Raojhin sangat selektif untuk menerima anggota regu. Terlebih-lebih Taja yang menawarkan itu.Sementara Raojhin merasa telah berhasil memberi pelajaran, Taja masih mengusap bekas pukulan tapak sengatan naga yang membuat nyeri dadanya. Tidak disangka Raojhin memiliki jurus aneh seperti itu. Sekali lagi diusapnya dada bekas pukulan itu, ditekan memutar sampai sedikit reda sakitnya."Bayangkan itu mengenai nadi lehermu, akan sangat fatal!" Raojhin menaruh empati, tapi tidak menyesal aka

    Last Updated : 2023-04-06
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   12. Mengusik Kegelapan

    Setelah CHAPTER DUA TAPAKMENGUSIK KEGELAPAN"Apa yang terusik di kegelapan ini? Kita membangunkan sarang ular?!"________Keheningan goa terpecah derai tawa Raojhin yang panjang. Sepertinya ia puas sekali melampiaskan kekesalannya selama ini."Tawamu jelek!"Makin kesal, Taja perlahan bangkit dari tempatnya tersungkur setelah terpental. Rasanya sekujur tubuh bergetar sampai ke tulang, ketika menghantam bebatuan dan kerikil tajam."Dasar manusia berkepribadian ganda!" gerutu Taja sembari berusaha tegak."Pendendam!" Taja mengomel sejadinya."Bicara apa kamu?" Raojhin cukup mendengarnya di sela-sela tawa yang belum usai."Senang di atas penderitaan orang lain?!" balas Taja dan sejenak menatap tajam ke arah Raojhin."Bukan begitu!" Raojhin berdiri tegak di sana, "Aku juga kesakitan kemarin gara-gara kamu. Jadi sekarang kita impas!""Kejadian kemarin bukan aku penyebabnya, tetapi dirimu sendiri!" kata Taja tegas."Menyerang lawan dalam keadaan tidak siap, itu curang!" lanjut Taja."Dalam

    Last Updated : 2023-04-06
  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   13. Barikade Gaib

    "Sarang ular?!"Raojhin tersentak. Ada rasa takjub terhadap Taja, tidak gentar meski lebih dulu tahu bahwa tempat itu sarang ular."Kalajengking dan reptil ... ada di kegelapan ini!" lanjut Taja."Sebaiknya ... kita segera pergi!" ujar Raojhin disambut raut muka Taja berubah masam."Takut?!" sindir Taja, meledek Raojhin."Tempat ini sempurna untuk melatih keberanian," kata Taja. Raut muka Raojhin berubah masam pula. Seolah tidak ingin dianggap pengecut.Tiba-tiba letupan keras mengejutkan mereka. Percik api semakin merambat lebar, membentuk formasi membara mirip jaring laba-laba, menyerupai dinding pembatas."Apa yang kau lakukan?!" Raojhin was-was menghadapi situasi tegang."Aku?!" Taja balik heran ke arah Raojhin."Bukankah kau yang terbentur?!" Taja heran."Bukankah cahaya putih dari tanganmu itu?" Raojhin justru balik bertanya."Alhirri, cahaya putih-ku, menampakkan yang tak terlihat. Tetapi barikade dinding gaib itu patah karena benturan tubuhmu," Taja menjelaskan."Dinding gaib?!

    Last Updated : 2023-04-07

Latest chapter

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   177. Sandera

    Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   176. Kembali Ke Dunia Fana

    Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   175. Satu Kembali. Satu Hilang.

    Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   174. Hantu Pasir

    Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   173. Strategi Darurat

    Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   172. Perisai Magis

    "Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   171. Pertolongan Tak Terduga

    Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   170. Badai Angin Malam

    Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny

  • The Story of Jawata: Pusaka Ajaib   169. Elang Pembantai

    Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta

DMCA.com Protection Status