Share

The Story Between Us
The Story Between Us
Author: Lavender My Name

Siti

Author: Lavender My Name
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Siti

Perkenalkan namanya Siti, lengkapnya Siti Zulaikah. Ia adalah anak semata wayang dari pasangan Sueb dan Lina, bapak dan emak tersayang. Usianya 19 tahun, dan ia baru lulus SMA tiga bulan yang lalu. Impiannya ingin menjadi chef terkenal. Tapi impian ini harus tertunda sejenak, karena dana yang terkumpul dari tabungan pribadii miliknya dan tabungan emak bapak belum cukup untuk mendaftar masuk ke sekolah yang dinginkannya. Yah, tidak apa-apalah, toh ia masih bisa ikut kursus yang tiga bulanan atau melihat-lihat di channel-channel online yang sekarang banyak sekali video-video tutorial membuat kue atau masakan-masakan jadul atau yang sedang tren saat ini.

 

Saat ini ia bekerja di toko roti yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Sudah tiga bulan ia bekerja disana. Yah, selang satu minggu setelah pengumuman kelulusan, ia melamar kerja di toko roti itu, dan beruntungnya ia langsung diterima. Bukan karena masakannya tapi karena disana sedang kekurangan pegawai. Hehe..

Dan hari ini, hari kedua di bulan Oktober. Siti, berangkat lebih pagi dari biasa, karena hari ini ada pesanan enam jenis makanan kudapan dan penutup, untuk acara penting salah satu pengusaha terkenal di kota ini. 

"Mak...Siti berangkat dulu ya.." teriaknya dari depan rumah, sudah bersiap mengayuh sepeda mini kesayangannya.

"Yaa, hati-hati, jangan lupa bekalmu dimakan," jawab emak keluar sambil membawa baskom yang isinya adonan tepung yang sudah dicampur air, untuk menggoreng pisang goreng. Setiap pagi emak membuat aneka gorengan yang akan dititipkan di warung-warung dekat rumah.

 

"Iya mak..bye," pamitnya sambil melambaikan tangan kanannya ke arah emak. 

Sepuluh menit kemudian sampailah ditempat kerjanya. Diparkirkannya sepedanya, diluar toko, lalu dikuncinya. Kemudian ia melenggang masuk ke dalam toko yang sudah dipenuhi oleh para karyawan. Mereka semua terlihat sibuk. Ada yang membuat kemasan untuk menaruh hidangan, ada yang bolak balik membawa telur, tepung gula dan bahan kue lainnya.

 

Siti menekan bel dimeja pesanan. Itu adalah cara Siti absen, memberi tanda bahwa dirinya sudah datang dan siap bekerja sesuai tugas yang harus ia kerjakan hari ini.

"Hai, Siti, " sapa bu Ida, yang punya toko, keluar menghampiri dan menatap intens Siti.

"Pagi, bu Ida. Saya kebagian tugas apa hari ini?" tanya Siti semangat 45, dan ditanggapi dengan senyuman dari bu Ida. Siti termasuk pegawai yang rajin, amanah dan jujur. Maka dari itu bu Ida sangat memyayanginya.

"Kamu nanti bagian antaran ya Siti sekalian terima pembayarannya. Kemaren mereka sudah transfer 75%, sisanya tolong tanyakan, mau dibayar tunai atau transfer juga seperti kemaren ," titahnya.

"Siap,bos!" jawabnya. Siti mulai memakai tas pinggangnya, dan mengisinya dengan nota, bolpen dan beberapa lembar uang kertas dan beberapa uang logam.

Tiga jam berlalu. Siti pun mulai sibuk membantu memasukkan pesanan yang kini sudah tertata rapi, kedalam mobil. Dipakainya topi, untuk melindungi wajah dan kepalanya dari terik sinar matahari. Lima belas menit kemudian, ia meluncur ke alamat pemesan dengan rekannya sebagai driver.

 

Setelah menempuh perjalanan selama 10 menit, Siti menghubungi nomor yang tadi diberikan Bu Ida kepadanya tadi. Siti mulai menekan beberapa angka. Lalu terdengar nada sambung di ujung sana. Tak perlu waktu lama, panggilan Siti diangkat.

"Selamat pagi, dengan Siti di sini, dari Melati Cake and Catering," Siti memperkenalkan dirinya kemudian ia terdiam menanti respon penerima. Hening. Lalu Siti melanjutkan kata-katanya kembali.

"Saya sudah sampai di dekat sini. Tolong share lokasi nya ya Bu," pinta Siti ramah sambil menunggu respon lawan bicaranya.

Tring. Sebuah pesan terkirim ke ponselnya. Dibukanya pesan itu. Lokasi pemesan. Tak berapa lama, Siti tiba di depan sebuah rumah besar. Terlihat kesibukan yang tak biasa.

"Permisi... Melati Cake and Catering datang," Siti berteriak memberitahukan kehadirannya kepada si empunya rumah. Lima menit kemudian, keluarlah seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.

"Pagi, Bu. Mau ditaruh di mana snacknya?" sapa Siti ramah.

"Oh ya, langsung dibawa masuk saja ke dalam dan tolong letakkan di atas meja kecil di samping meja makan," kata wanita paruh baya itu mulai memberi instruksi kepada Siti.

 

Dua puluh menit kemudian, selesailah tugas Siti. Siti melangkah mendekat ke arah wanita tersebut, dan menyerahkan selembar kertas berisikan kekurangan yang harus dibayar olehnya.

"Maaf, untuk pembayaran sisanya tunai atau transfer seperti kemarin, Bu?" tanya Siti.

"Tunai saja mbak, sebentar ya, saya ambilkan dulu," jawab wanita itu masuk ke sebuah kamar.

 

Siti berjalan keluar, hendak menuju teras ketika tiba-riba tangannya ditarik oleh seseorang. Siti terkejut bukan kepalang. Dirinya ditarik oleh seorang yang sangat tampan, berkulit putih, hidung mancung, dengan bulu mata lentik membingkai indah matanya. Siti terpesona. Dirinya tidak sadar bahwa saat ini ia sedang berada dalam rengkuhan pria yang tidak ia kenal sama sekali. Seketika ia sadar, ketika pria itu berkata dengan lembut kepadanya.

"Sayang kemana saja kamu, aku dari tadi mencarimu kesana kemari."

"Hah!" Siti membelalakan matanya, mimpi apa aku semalam batinnya dalam hati.

"Tidak usah kaget begitu, bukannya aku sudah memberitahumu bahwa aku akan mengenalkanmu kepada keluargaku?" Lagi, kata-kata pria itu membuat Siti semakin lebar membuka bibirnya.

"Sayang, jangan lebar-lebar dong membuka mulutmu itu, nanti kalau ada kumbang yang masuk menggigt bibir mungilmu bagaimana?" ucap pria itu semakin aneh. FIX. Orang ini salah minum obat, batin Siti.

"Maaf, tuan, anda tampaknya salah orang. Saya petugas pengantar cake pesanan keluarga anda, bukan...." belum selesai Siti berbicara, pria itu kembali mengucapkan hal yang semakin membuat Siti merasa mendadak gila.

"Haha, maafkan calon istri Rayhan, Om. Dia memang suka merendah, ia yang punya catering ini, Om," jawab Rayhan mengenalkan Siti pada Rudy, rekan bisnis Ardan, papa Rayhan, sembari menggenggam kuat tangan kanan Siti yang ada dalam genggamannya. Siti meringis kesakitan dan mendesis, "sakit," ucapnya pelan.

 

Namun Rayhan tentu tidak mendengar, ia sedang berusaha bermain sandiwara sedemikian bagusnya, agar rencana perjodohan antara dirinya dengan anak rekan bisnis papanya itu batal. Karena papanya pernah berkata, bila ia sudah memiliki calon pilihannya sendiri, maka ia  dan istrinnya,  tidak akan memaksakan Rayhan untuk menerima perjodohan ini.

"Perkenalkan nama saya Siti, Om." Akhirnya Siti menyerah mengikuti permainan Rayhan.

 

Namun, ia akan membuat perhitungan dengan pria tidak waras itu, karena sudah melibatkannya dalam masalah yang tidak ia ketahui ujung dan pangkalnya itu. Diraihnya lengan Rayhan, dan Siti mulai bergelayut mesra di lengan Rayhan, hingga pria itu mendelikkan matanya, tanda bahwa ia terkejut dengan sikap Siti yang mendadak berubah.

 

Siti pura-pura tidak melihat perubahan wajah Rayhan. Rasakan, dasar kau narsis, enak saja main paksa orang ikut-ikut dalam permasalahanmu tanpa pemberitahuan dan persetujuannya terlebih dulu. Habis kau, akan kubuat kau menyesal karena telah memilihku sebagai calon istri pura-puramu. Huh! Siti menggerutu dalam hatinya. Kesal bukan kepalang.

Related chapters

  • The Story Between Us   Sedikit Tentang Rayhan, Sekilas Arken

    Rayhan tidak menyangka bahwa niat papa dan mama nya ternyata serius. Ya, Rayhan akan dijodohkan oleh kedua orangtuanya, karena gagal membawa calon menantu ke hadapan mereka pada waktu yang telah mereka tentukan. Otaknya terus berpikir bagaimana caranya ia bisa membawa calon mantu untuk kedua orang tuanya, sedang ia terlalu sibuk mengurusi perusahaannya dan ia sama sekali enggan berdekatan dengan makhluk yanga berjenre perempuan. Yuda, asisten pribadinyapun angkat tangan. Rayhan menetapkan begitu banyak persyaratan yang sangat sulit dipenuhi. Tinggi badan tidak boleh melebihi dirinya dan tidak boleh membuat dirinya membungkukkan badan ketika harus berbicara dengan gadis itu, tidak boleh terlalu cantik, tidak boleh jelek, harus pintar, dan harus bisa membuatnya tertawa lepas. Yuda hampir gila memikirkan persyaratan yang Rayhan tetapkan. Bagaimana ia tidak pusing tujuh keliling jika Rayhan sendiri tidak ingin dipertemukan dengan gadis-gadis yang dibawa ole

  • The Story Between Us   Sizuka dan Melati Catering

    Pagi itu, Rayhan bangun kesiangan. Ia lupa bahwa ada rapat yang harus dihadiri jam 8 pagi. Ia menggeliatkan tubuhnya diatas kasur, masih dengan mata terpejam. Setelah puas merenggangkan otot-otot badannya, Rayhan perlahan membuka kelopak matanya. Berkejap-kejap untuk beberapa detik. Ia lalu bangun dari tidurnya dan duduk sejenak di pinggir kasurnya. Ia meraih ponselnya yang tergeletak di meja kecil persis di samping tempat tidurnya. Ia mematikan ponselnya semalam karena menghindari teror telpon dari salah satu perempuan yang di jodohkan dengannya. Begitu tombol on ia tekan, terdengar nada notifikasi berkali-kali dan begitu banyak pesan yang masuk. Baru saja ia hendak meletakkan kembali ponselnya di atas meja yang sama, ponselnya berdering. Tanpa melihat siapa yang memanggil, Rayhan menjawab panggilan itu. "Halo?" jawabnya datar. "Bos, saya sudah membawa semua berkas yang diperluk

  • The Story Between Us   Calon Istri Saya

    Siti terus menyunggingkan senyum manisnya sepanjang ia menjaga kasir hari ini. Ia merasa hari ini adalah hari keberuntungannya. Mengapa? Karena hari ini ia bertemu 3 cogan. Yang pertama adalah pelanggan baru sedang yang kedua baru 3 kali ini Siti bertemu dan yang terakhir, siapa lagi jika bukan Tuan Arken, pria idamannya, pria tampan berlesung pipi di pipi kanannya, berperawakan tinggi, berkulit putih, bola mata berwarna coklat gelap dan berhidung mancung. Cogan pertama, datang di pagi hari, tak lama setelah gerai dibuka, tepatnya tiga puluh menit setelah ia dan rekan-rekannya selesai menata roti-roti dan kudapan yang baru saja keluar dari dapur. Menggunakan setelan jas dan celana panjang berwarna navy dengan kemeja berwarna biru langit dibalik jasnya yang berwarna senada dengan celana panjangnya. Berkulit putih dengan mata tajamnya yang dinaungi alis berwarna hitam pekat bak busur panah. Hidungnya yang mancung dengan &nb

  • The Story Between Us   Martabak

    Siti masih tidak percaya dengan penglihatannya. Mengapa keberuntungannya hanya sampai sore hari, dan kini berganti dengan kemalangan? Mengapa dirinya harus bertemu dengan pria gila itu lagi? Beraneka pertanyaan bermunculan di kepalanya sedangkan indera penglihatannya masih sibuk mengamati pria yang berada di samping kanannya, yang duduk di belakang kemudi. Rayhan masih menatap Siti dengan senyuman yang hanya dirinya sendiri yang mengerti arti dibaliknya. Tampak kebahagiaan terselip di balik senyumannya. Satu masalah selesai. Ya, permintaan kedua orangtuanya yang mengharuskannya membawa calon istri pura-puranya untuk makan malam bersama di rumah mereka besok malam minggu, menjadi masalah besar bagi Rayhan. Namun, masalah itu kini sudah ia temukan solusinya. Karena secara tidak sengaja ia bisa kembali bertemu dengan calon istri pura-pura-nya itu berkat Siti. Rayhan sebenarnya dalam perjalanan pulang dari kantor.

  • The Story Between Us   Tidak Ada Yang Gratis Di Dunia Ini

    Siti tidak menyangka bila pria arogan di sampingnya ini, ternyata berani bersikap kurang ajar pada dirinya. Menggendong dirinya tanpa minta ijin lebih dulu. Mata Siti menatap Rayhan dengan penuh dendam. "Kenapa? Dirimu kesal karena aku menggendongmu tanpa ijin dulu, begitu?" tanya Rayhan menebak dengan benar apa yang menjadi kekesalan Siti saat ini. "Kalau aku minta ijin dulu belum tentu juga kamu akan memberiku ijin, yang ada justru tendangan mautmu yang akan melayang ke wajahku yang tampan ini," sahut Rayhan sambil mengelus-elus wajahnya. Bersikap narsis biar Siti semakin menjadi sebal. "Hoeeek!! Tampan dilihat darimana,hah? Dilihat dari puncak gunung lawu pake sedotan, masuk akal itu," jawab Siti sarkas sambil matanya menerawang lalu terbahak-bahak sendiri. Rayhan menjadi kesal sendiri. Maksud hati ingin membuat Siti kesal justru dia yang kena batunya. Dia menambah kec

  • The Story Between Us   Sabtu Yang Menyebalkan

    Sudah dua hari ini, sejak dirinya bertemu dengan si pria arogan, hidup Siti menjadi kacau dan galau. Setiap hari dirinya harus mendengarkan ceramah pagi ala sang emak mengenai bagaimana cara menjadi istri yang baik bagi suaminya. Seperti pagi ini. Siti yang masih bersembunyi dibalik selimut, semakin enggan meninggalkan kasurnya karena mendengar ocehan emaknya sedari subuh. Pria arogan menyebalkan itu sudah merusak semua tatanan kehidupan yang sudah susah-susah Siti bangun. Siti semakin membenci laki-laki itu. Meski tampan tapi menyebalkan, Siti ogah berhubungan lebih lama lagi. Ia harus menghindari laki-laki itu. Gedoran di pintu kamarnya terdengar untuk kesekian kalinya. Dengan rasa malas, Siti beranjak bangun dari balutan selimut tebalnya. Setelah merapikan kamarnya, Siti meraih handuk barunya dari dalam lemari, lalu membuka pintu kamarnya dan berjalan ke arah kamar mandi tanpa mengindahkan sang emak yang masih saj

  • The Story Between Us   Selera Buruk

    Siti membanting tas ranselnya ke atas kasur. Lagi, pria itu membuatnya kehilangan kesempatan untuk bercakap-cakap dengan idolanya. Untuk kesekian kalinya, Tuan Arken meninggalkan toko roti itu dengan wajah masam. Sebenarnya, Siti agak bingung juga dengan sikap Tuan Arken yang tiba-tiba ngambek karena kehadiran si manusia arogan yang Siti benci bukan kepalang. Laki-laki tampan itu pergi begtu saja dengan wajah kesal, setelah Rayhan meminta ijin untuk berbicara dengan Siti sambil menarik pergi gadis itu.Teringat percakapannya dengan pria angkuh yang ia benci sampai sumsum tulang belakangnya. Mengancam akan menghancurkan segala usaha yang sedang dirintis kedua orang tuanya, bila dirinya mangkir dari acara makan malam bersama dengan orangtua pria angkuh itu nanti malam.Ketika ia hendak menumpahkan kekesalannya, dengan cara meneriaki nama orang yang membuatnya kesal, Siti baru ingat bahwa ia tidak tahu nama calon suami pura-puranya itu. Ia hanya memberi nama Rayha

  • The Story Between Us   Cantiknya Siti

    Rayhan membawa Siti ke sebuah toko baju yang terkenal di kota itu. Ia memilihkan sendiri pakaian yang harus dikenakan Siti. Bisa dibayangkan Rayhan yang berjalan bolak-balik dari satu rak ke rak yang lain mengambil baju dan menempelkannya ke badan Siti yang berada di belakangnya. Siti hanya mengikutinya dari belakang. Ingin rasanya ia duduk saja di kursi tunggu dan membiarkan calon suaminya itu berjalan kesana kemari sendiri tapi harapannya itu sia-sia karena tangan Rayhan tidak lepas dari pergelangan tangannya.Siti tidak berani banyak protes karena ia takut akan diancam harus membayar semua baju yang dipilihkan Rayhan nantinya. Ia ikuti terus langkah tubuh tegap di depannya. Andai kau benar-benar pria yang aku cintai dan kita benar-benar saling mencintai, aku sangat ingin memelukmu dari belakang, khayal Siti melihat punggung tegap Rayhan dari belakang. Ditengah keasyikannya mengkhayal, Siti terpaksa harus merelakan hidungnya yang setengah mancung itu mencium punggung

Latest chapter

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan 2, Jawaban Siti

    Siti semakin panik, mendapat tatapan tak percaya dari Arken. "Maksudnya? Saya tidak tahu apa-apa," jawabnya semakin bingung. Sebenarnya pria menyebalkan itu punya rencana apa? Arken menghela nafasnya. "Oh. Ya, sudahlah. Aku rasa, aku tidak punya hak untuk memberitahumu. Mungkin ia akan menelponmu dan membicarakan hal ini padamu. Sekarang, kita konsentrasi cari rumah makan dulu. Aku belum sarapan sama sekali." Arken merasa tidak enak. Ia merasa tidak pantas membicarakan hal itu lebih jauh. "Apa Rayhan tidak ada di sini? Maksud saya, ehm, apakah dia sedang ada perjalanan bisnis ke suatu tempat atau kota?" Siti penasaran sekali. "Mungkin, sebentar lagi pria itu akan menelponmu dan kamu akan memiliki waktu pribadi untuk membicarakan urusan kalian." Arken mengatakan itu semua dengan susah payah. Setelah mengisi perut, sepuluh menit kemudian, mobil itu sudah terparkir di

  • The Story Between Us   Keputusan Rayhan

    Yuda berjalan tergesa sambil menenteng pesanan Siti. Ia mengetuk tiga kali pintu ruang atasannya lalu segera melangkah masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam. Saat seperti ini, Rayhan tidak peduli dengan aturan yang ia buat ketika seseorang hendak masuk ke dalam ruangannya. Baginya, kesehatan Siti adalah segala-galanya. "Ini, Bos. Semua pesanan ada di dalam." Yuda meletakkan paperbag hitam itu ke meja kerja Rayhan yang saat itu sedang duduk termenung, sedangkan Siti sudah kembali ke dalam ruang privat Rayhan. "Menurutmu siapa yang layak aku jadikan asisten Arken dan Arya? Dirimu atau Sizuka?" Pertanyaan Rayhan ia ajukan tanpa melihat ke arah Yuda. Yuda terkejut. Asisten Arken dan Arya? Maksudnya? Yuda bertanya-tanya dalam hati. "Saya tidak berani menjawab, Bos. Semua terserah Bos. Baik saya mau pun Sizuka hanya bawahan, yang akan menuruti apa pun perintah atasannya."

  • The Story Between Us   Usulan Arya

    Rayhan menatap tajam Siti. Ia segera menghampiri gadis itu dan memegang tangan kiri Siti yang belum sempat menarik lepas jarum infus dari tangan kanannya. "Mengapa dirimu ini susah sekali diberi tahu? Apakah semudah itu kau menyakiti dirimu setiap kali kemauan atau perkataanmu tidak diturutin? Jangan seperti anak kecil begini!" Rayhan menyentil kening Siti, ia mencoba menenangkan Siti agar tidak terlalu memikirkan ucapan emak. "Jika kau tidak ingin pulang bersamaku, kau bisa mengatakannya kan? Tidak perlu marah-marah seperti ini." Rayhan kembali menatap Siti dengan tatapan mata berkabut. Siti hanya bisa menunduk malu mendengar semua ucapan pria tampan di depannya. Sebelumnya, ia merasa jika Rayhan hanya ingin memanfaatkan keadaannya saja, akan tetapi setelah melihat perubahan wajah Rayhan yang menjadi gelap, ia jelas merasakan bahwa dia telah salah sangka.

  • The Story Between Us   Ancaman Sizuka

    Rayhan terlonjak kaget dari tempatnya. Dirinya tidak menyangka dokter muda itu berani membentaknya, CEO perusahaan tempat dokter itu bertugas. "Apa-apaan kau berteriak-teriak padaku? Apa kau lupa siapa aku?" Rayhan menatap dokter muda itu dengan nyalang. Ingin rasanya ia menelan pria muda itu hidup-hidup. Kesal sekali rasanya. "M-Ma-aaf, Tuan. M-maafkan saya. Tapi, jika Tuan terus berbicara dan terus mengancam saya, bagaimana saya bisa memulai pemeriksaan pada nona ini? Tuan lihat saja, wajah nona ini semakin pucat. Saya khawatir kita tidak punya banyak waktu untuk menyelamatkannya." Ucapan dokter muda itu membuat Rayhan panik. "Apa maksudmu berkata demikian? Sudah sana, cepat kau periksa!" Rayhan berdiri tepat di samping dokter itu, mengawasi setiap tindakan yang dilakukan pria berkacamata yang kini tengah sibuk memeriksa pupil mata Siti. Setelah mengecek semuanya, dokte

  • The Story Between Us   Ada Apa Denganmu?

    Arken menyerahkan kunci mobilnya kepada Yuda dan duduk di samping pria itu, sednagkan Siti duduk sendiri di kursi penumpang. Sirna sudah rencananya untuk bercengkerama dengan Siti. Maksud hati ingin berbagi cerita, sekedar mendengar suara Siti dari dekat, justru kini ia harus puas duduk di depan terpisah dengan Siti yang duduk di belakang. Kehadiran Yuda di tengah-tengah mereka membuat Arken merasa kikuk untuk memulai percakapan . Ia khawatir, pria yang saat ini sedang berkonsentrasi di belakang kemudi akan melaporkan semua yang ia bicarakan dengan Siti. “Apakah Pak Arya juga sudah tahu kita akan mengecek lokasi kantor untuk proyek baru?” Yuda melirik ke arah Arken yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. “Apa? Kau tanya apa barusan?” Arken menoleh ke arah Yuda yang kembali menatap jalanan di depannya. “Pak Arya. Apakah akan menyusul kita?” “Oh, tidak. Dia baru akan m

  • The Story Between Us   Proyek Baru

    "Kau akan kembali kemari setelah berada satu minggu di sana. Sepulang mu dari kantor di kota X, kau transfer lagi pekerjaan di kota X ke Siti. Minggu berikutnya, Siti yang akan bekerja di kota X dan kau kembali bekerja di sini, seperti semula." Siti yang mendengar percakapan dua pria itu, merasa pening sendiri. Sebenarnya, pekerjaan apa yang menjadi tanggung jawabnya? Mengapa perasaannya tidak enak? "Apa kau sudah paham yang kumaksud?" Rayhan memperhatikan Yuda lalu melihat ke arah Siti yang sedang menatap ke arahnya. "Kau boleh ke luar sekarang. Jangan lupa untuk menghubungi Arken. Katakan padanya besok kau akan datang ke sana." Yuda segera meninggalkan ruangan Rayhan. Kini, tinggallah Siti di ruang besar itu. Rayhan menghampiri Siti yang masih terus menatap dirinya. "Ada apa?" Rayhan menarik Siti duduk b

  • The Story Between Us   Keputusan Berat Rayhan

    "Apa yang sebenarnya ada dalam otak kalian ketika kalian sampai di gedung ini?" Suara Rayhan langsung menggema ke seluruh penjuru ruang. Semua tertunduk dalam diam. Apes mereka hari ini. Pimpinan mereka sedang dalam suasana kalut. Secara tidak terduga, progres proposal yang dulu pernah mereka ajukan, tidak menunjukkan perkembangan yang baik. Mereka tidak pernah tahu atau pura-pura tidak tahu, jika bos mereka benar-benar mengawasi pekerjaan mereka. "Beberapa waktu yang lalu, tiga atau empat divisi mengajukan proposal secara bersamaan, tetapi dari keempat-empatnya, tidak ada satu pun yang mampu membuat saya dengan cepat menggoreskan tinta mahal saya di atasnya. Tahu mengapa?" Hening. Tidak ada yang bersuara. Bahkan bernafas pun mereka lakukan dengan sembunyi-sembunyi. "Karena proposal kalian zonk. NOL BESAR. Tidak berisi. Bahkan ada proposal yang ju

  • The Story Between Us   Rapat Dadakan

    Rayhan dan Arken berteriak secara bersamaan. Rayhan tidak terima dengan keputusan sepihak papanya. "Tidak bisa, Pa! Sizuka itu sekretaris pribadi Ray, jadi tidak bisa Papa main tunjuk sesuka hati Papa. Atasan Sizuka itu Ray. Itu artinya harus ada persetujuan dari Ray untuk mengikutsertakan Sizuka dalam suatu proyek." Senyum yang semula mengembang di wajah Arya, langsung sirna, mendengar keberatan Rayhan. Arken pun diam membisu. Rayhan memang benar. Tanpa ijin darinya, Sizuka tidak bisa diikutsertakan dalam proyek mana pun. Ardan menghela nafasnya. "Kalau begitu, carilah seserorang yang bisa menjadi sekretaris untuk Arya atau mungkin kau sendiri saja yang memegang proyek itu." Rayhan mendengus kesal. Ujung-ujungnya dia lagi yang harus turun tangan sendiri. "Bagaimana dengan Arken? Arken juga tidak kalah he

  • The Story Between Us   Pelaksana Proyek

    "Hai, Arken!" sapa Rayhan dengan sikapnya yang biasa. Ia tidak akan memperlihatkan seberapa cemburu dirinya, ketika ia, dengan mata kepalanya sendiri, mendapati sorot mata Arken kepada Siti, yang tidak biasa. "Ray..." Arken memaksakan dirinya tersenyum. Ia mengalihkan tatapannya ke arah Rayhan, lalu kembali menatap Siti dan menyapa ringan gadis itu. "Sizuka... Apakabar?" Arken mengajak Siti berjabat tangan. Yang langsung disambut Siti sebentar dan melepaskannya segera. Rayhan sebenarnya ingin menghalau tangan Arken, namun melihat Siti yang dengan cepat menyambut tangan Arken, menjabat tangan itu sebentar, dan segera melepaskannya, membuat amarahnya tidak bertahan lama. Perasaan Siti, sejujurnya, jungkir balik tidak karuan. Bukan karena menerima tawaran jabat tangan Arken, seorang pengusaha muda yang cukup sukses dengan kariernya, dan keluarganya. Tapi, lebih karena ia tengah b

DMCA.com Protection Status