Viktor terperangah ketika mendengar Vladimir mengawali ceritanya. "Saya turut berduka cita, Tuan Vladimir." Viktor tanpa ragu mengucapkan belasungkawa kepada Vladimir. Pria tua itu tidak menyahutinya, tetapi justru menundukkan kepala. "Jika pertanyaan saya membuat Anda mengingat masa lalu yang tidak ingin Anda inginkan, maka abaikan saja, Tuan!" 'Justru kau harus mengetahuinya, Viktor! Mozza akan bahagia jika dia tahu kau masih hidup!' Keyakinan Vladimir untuk mencari keberadaan sang cucu selama bertahun-tahun memang telah membuahkan hasil. Namun, bagaimana cara menyampaikan semua itu kepada Viktor? Vladimir masih berpikir keras mencari cara terbaik. "Tidak. Sama sekali tidak, Tuan Viktor." Vladimir membantah dugaan Viktor dengan tatapan sendunya. Melihat hal itu, tentu saja membuat Vasili tersenyum. "Nama depan Anda dan nama depan anak saya memiliki kesamaan. Ya, anak saya bernama Viktor Borya Romanov dan Istrinya bernama Yekaterina Lubov Romanova. Namun, keduanya terbunuh de
Tiba-tiba saja, wajah Vladimir merah padam dan bibirnya bergetar. "Jaーjangan berkata seperti itu lagi di depan saya, Tuan Viktor!" 'Hah?! Ada apa?! Apakah perkataan ku ada yang tidak sesuai dengan hati Tuan Vladimir?!' Viktor berpikir keras mengenai perkataannya barusan kepada Vladimir. Dia tidak menyadari bahwa kata-katanya telah menyinggung perasaan Vladimir. "Saya hanya mengatakan apapun yang saya pikirkan. Itu saja." Sama halnya dengan Viktor, sang tuan besar keluarga Romanov ini pun sama keras kepalanya. "Anda tumbuh dan besar di panti asuhan pinggir kota, bukan?" Vladimir tidak mengakhiri perkataannya sampai sini. "Dan malam itu, Anda berada di tempat Nona Zoya kecelakaan. Awalnya Anda tidak tertarik untuk menolongnya hingga akhirnya, Anda melihat iklan di media sosial yang mengatakan bahwa keluarga Konstantin akan menikahkan pewaris mereka kepada seorang pria yang bisa mendonorkan darahnya." "Maaf, Tuan Vladimir. Saya benar-benar minta maaf. Namun, saya tidak berminat s
Viktor menolak mentah-mentah. Dia berjalan semakin mendekati danau. 'Zoya, seandainya kau ada di sini bersama ku, aku akan merasa tenang sepanjang hari.' Viktor merindukan sosok Xandrova. Dia mengutarakan isi hatinya sambil memejamkan mata. "Anda memang keras kepala seperti Kakek dan Papa Anda, Tuan Viktor!" Vasili memberanikan diri mengatakan rahasia besar tentang hidup Viktor. Tindakan Vasili barusan, mendapatkan sorot mata tajam penuh kemarahan dari Vladimir. "Aーapa?!" Viktor membuka kedua matanya perlahan. Dia sedikit tidak yakin pada indera pendengarannya. Banyaknya pengalaman pahit yang Viktor dapatkan selama hidupnya, tidak membuat pria itu rapuh. Viktor tumbuh kuat di yayasan yatim piatu, baik fisik maupun mental. Pria kelahiran Moskow tersebut telah terbiasa hidup seorang diri tanpa kehadiran siapapun hingga sosok Xandrova hadir di dalam hidupnya. Pria dengan tinggi 185 sentimeter tersebut membalikkan badan, lalu menatap Vasili dengan sorot mata elangnya. "Apa yang A
Jantung Viktor berdegup semakin kencang. Dia merasakan bumi berputar semakin cepat seiring dengan gaya gravitasi bumi yang menghilang. Ya, dia merasa seakan dirinya melayang kehilangan arah. Viktor memegang kepalanya yang berdenyut. Dia melihat Vladimir berjalan menghampirinya, lalu menyodorkan amplop. 'Apakah semua yang kurasakan ini adalah reaksi tubuhku yang belum bisa mencerna dan menerima semua ini? Aku harus menguasai diriku sendiri!'Viktor mulai perang batin. Dia tidak ingin menerima kebenaran atas ucapan Vasili. Namun di sisi lain, dia sangat ingin merasakan memiliki sebuah keluarga yang utuh. "Oh!" Viktor mencoba menahan segala rasa yang kini sedang dia rasakan. "Ambilah, Tuan Viktor! Anda akan tahu siapa diri Anda sebenarnya!" Vladimir berkata dengan gugup. Dia mengusap air mata yang membasahi pipinya berulang kali. Viktor menatap amplop berisi hasil tes DNA yang dilakukan oleh Vladimir diam-diam saat malam itu. "Apa ini?!" Kecurigaan Viktor bukan tanpa alasan. Dia m
Benak keduanya pun melayang membayangkan kejadian di malam Natal 2 tahun lalu yang seharusnya dirayakan dengan suka cita. "Ya, Tuan Besar." Kendrik mengakui dugaan Vladimir. "Saat itu, suhu udara kota Moskow 10.3 derajat Fahrenheit atau -12 derajat Celsius. Menurut berita yang saya ketahui, saat itu, hujan salju turun lebih dari 24 jam." Kendrik menatap Vladimir yang sedang mendengarkannya bercerita. "Saya lengah karena tidak memperhatikan imbauan pemerintah kota Moskow untuk tidak melakukan aktivitas di luar ruangan dengan menggunakan kendaraan pribadi karena jalanan sangat licin." Kendrik tersenyum getir dan Vladimir memperhatikannya tanpa melewatkan sedikit pun perubahan ekspresi sang sopir. "Ha! Ha! Ha! Tidak, Kendrik. Semua itu merupakan kesalahan saya. Karena saya terlalu bersemangat saat mendapatkan laporan tentang pria yang diduga adalah Cucu saya yang hilang. Meskipun ternyata, pria itu bukanlah Cucu saya." Vladimir kembali memperhatikan Viktor dari dalam mobil dengan
Viktor mendorong Vasili ke samping agar tidak menghalangi jalannya. Kemudian dia berjalan melewati sang pengawal Vladimir menuju mobil. "Tuan Vladimir? Biarkan saya membantu Anda!" Vasili merasa tidak sampai hati membiarkan sang tuan menderita seorang diri karena Viktor belum bisa menerima kehadirannya. "Vasili, sampai kapan dia akan bersikap seperti itu?!" Vasili memapah Vladimir agar pria itu tidak terjatuh. "Tolong bersabar sebentar lagi, Tuan Besar! Karena saat ini adalah masa-masa peralihan. Tuan Muda Viktor membutuhkan waktu untuk berpikir dan menerima status barunya." Vasili memiliki pemikiran sama seperti Kendrik. Dia tidak segan-segan memberitahu tuannya apa yang ada di dalam benaknya. "Bagaimana sekarang, Tuan Besar? Sepertinya Anda tidak bisa membawa Tuan Muda ke mansion keluarga Romanov yang berada di Moskow." Vasili mengikuti Vladimir menghentikan langkah. "Tidak sekarang. Saya akan menyiapkan Viktor hingga dia benar-benar pulih dan menyiapkan bekal untuk
'Hah?! Apa?! Yayasan yatim piatu Spokoystviye Dukha tempat di mana aku tumbuh besar akan digusur oleh pemerintah?! Mengapa orang -orang itu sampai hati menggusur orang miskin seperti kami?!' Viktor mengeluhkan sikap orang-orang yang hanya mementingkan kepentingan pribadi mereka. 'Jika saja aku masih bekerja di Konstantin Co, sudah pasti aku akan membuat yayasan itu bertahan dengan cara ku sendiri. Namun, sekarang keadaan sudah terbalik. Kepada siapa aku harus meminta tolong agar Ibu panti dan semua penghuni yang tinggal di sana tidak tinggal di jalanan?!' Viktor memikirkan cara agar dirinya dapat menemukan cara menyelamatkan panti asuhan tempat dirinya dibesarkan. Namun tiba-tiba, dia teringat sesuatu. 'Aku tidak akan menjadikan masalah panti asuhan sebagai kelemahan ku. Ya, aku akan membuat perhitungan dengan Tuan Vladimir!' Viktor mengancam Vladimir di dalam hatinya tanpa berani mengutarakan langsung di depan banyak orang. "Why don't you answer my question, Mr. Vladimir?!" Vik
'Oh, rupanya perhatianmu tertuju pada peti mati tersebut, Viktor!' Vladimir tersenyum ketika Viktor menanyakan perihal adanya peti mati keemasan yang berada di sudut ruangan. "Pertanyaan yang sama saat Papamu masih muda dan kau masih berada di dalam kandungan Yekaterina." Vladimir selalu mengungkit kedua orang tua Viktor. Namun, Viktor tidak pernah menanggapinya. "Oh, Yekaterina Lubov Romanova adalah nama Mama kandungmu. Dia adalah wanita lembut karena nyaris tidak memiliki emosi di sepanjang hidupnya." 'Nyaris tidak memiliki emosi? Apakah itu artinya Mama tidak pernah marah kepada siapapun?' Viktor sangat ingin tahu apapun yang berhubungan dengan dirinya, tetapi dia sungkan untuk menanyakan langsung kepada Vladimir. "Peti mati keemasan tersebut nantinya akan dipakai untuk mengebumikan jenazah sang Diadem terakhir keluarga Romanov." Viktor mendekat peti keemasan tersebut. Terdapat pahatan yang sangat bagus di sana. 'Pahatan yang sangat bagus! Perlu kemahiran tangan seseorang y
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Viktor, tetapi suasana di pagi hari mansion keluarga Romanov tetap sama. Xandrova selalu berteriak di pagi buta saat membuka kedua matanya. "Aaarrgghh!" Fang beranjak dari sofa. Dia selalu setia di sisi majikannya meskipun kini Xandrova dan Galana tinggal di mansion keluarga Romanov yang berada di distrik Dmitrovka, Moskow. "Nona, bangunlah!" seru Fang membangunkan Xandrova. "Aaaarrgghhh!" Xandrova kembali berteriak. Fang mengusap lembut punggung tangan Xandrova berharap dia akan terbangun. Brak! Pintu ruang tidur Xandrova terbuka. Galana masuk dengan wajah cemas dan tegang. Di belakangnya, Morzevich dan Vladimir berjalan dengan langkah panjang. Keduanya sama cemasnya seperti Galana. "Fang, sepertinya Nona bermimpi buruk lagi sehingga berteriak seperti ini." Vasili mendekati Fang. Setelah mendapatkan maaf, dia kembali dipercaya oleh Vladimir dan Morzevich untuk menjaga Xandrova juga cicit keluarga Romanov. "Benar, Tuan Vasili.
Morzevich mengingat janji yang telah diucapkan di depan pusara Viktor. Morzevich menghela napas panjang. Kedua matanya kmebali menatap Vasili. Dia berkata, "Pergi dari hadapan saya sekarang!"Vasili menengadahkan wajahnya yang lebam. Dia menatap Morzevich yang begitu disayanginya sejak kecil. Dia terlihat sedang menahan air mata yang mungkin saja sebentar lagi akan terjatuh. 'Ternyata Nyonya Mozza benar-benar membenciku!' Batin Vasili menjerit. Namun, dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia akhirnya berdiri."Saya permisi, Tuan dan Nyonya Besar," ucapnya sambil membungkukkan badan. Semua orang menatap kepergian Vasili. Pria itu berjalan dengan kaki yang terluka. Ya, Vladimir dan Leonid menendangnya berulang kali. Apakah seorang pengawal pribadi yang gagal menjaga tuannya pantas diperlakukan seperti itu?"Shura, apakah kau sudah membuang semua karangan bunga?!"Morzevich bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak bisa mengontrol emosinya sebagaimana Vladimir. "Tentu saja, Nyonya. Saya
Waktu terus berjalan. Beberapa hari setelah kematian Viktor, suasana duka masih sangat terasa di mansion keluarga Romanov. Mansion mewah keluarga Romanov yang biasanya hangat, kini kelam. Semua pelayan masih memakai pakaian serba hitam, begitu juga dengan keluarga inti. Vladimir tak henti-hentinya menyalahkan semua orang yang berada di ruang kerjanya. "Saya bersumpah atas nama Tuhan dan Rusia, saya akan menemukan dalang di balik kematian Viktor!" Vladimir berteriak. Pria tua itu belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas insiden kematian sang cucu. Dia dan istrinya belum bisa berdamai dengan kejadian tersebut. "Saya pun bersumpah akan menebus kesalahan saya dengan mempertaruhkan nyawa saya sendiri, Tuan Besar! Mohon ampuni pengawal tidak berguna ini!" Vasili bersimpuh di hadapan Vladmir. Rasa penyesalan tak kunjung pergi darinya. "Vasili Rodamir! Bagaimana bisa kau membiarkan sniper berkeliaran di sekitar Viktor?! Hah?!" Buk! Buk! Buk! Entah sudah berapa kali Vasili mendapatka
Geram. Viktor geram bukan main. Dia mengeluarkan ponsel, lalu menekan nomor Leonid berharap sang sahabat akan menjawab panggilannya. "Halo, Viktor! Apakah kau akhirnya akan memberikanku ucapan selamat menikah?" Nada bicara Leonid di saluran telepon terdengar sangat bahagia. Viktor menyeringai tanpa diketahui oleh Leonid. "Jangan bergurau, Leon! Kau tidak benar-benar menikah tanpa memberitahu kami, kan?" Masih dengan sikap tidak percaya, Viktor mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini tidak nyata. "Apakah kau tidak rela jika sahabat mu ini menikah dan memiliki dunianya sendiri, Viktor? Ha! Ha! Ha!" "Leon, jangan bergurau! Sudah saya katakan untuk tidak bergurau." Viktor teringat wajah Vladimir dan Morzevich yang sedang tersenyum ke arahnya. "Leon, bagaimana dengan Kakek dan Nenek? Apakah kau tidak menganggap mereka ada? Apakah kau tidak menghormati mereka?" "Viktor, Apakah kau lupa jika aku telah memberitahumu satu minggu yang lalu? Aku tahu dan aku pun mengerti bahwa ke
Viktor melihat Galana dan Xandrova terdiam. Tidak satu pun dari mereka menjawab pertanyaannya. "Tuhan mengajarkan untuk memberikan maaf kepada seseorang yang telah mengakui juga meminta maaf kepada kita. Ampunilah Papa David sebagaimana Tuhan akan mengampuninya! Semoga Tuhan Yesus memberkati kita semua!" Xandrova memeluk Viktor dengan erat sambil menangis sejadi-jadinya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi terhalang dengan isak tangisnya. Viktor mengambil tindakan. Dia meraih wajah istrinya dengan kedua tangan. "It's fine, Zoya. Everything has changed. Blood, tears and death to become one in our heart. Let's move on and give your best for the future!" Xandrova mengangguk berulang kali sambil berusaha melepaskan amarahnya kepada sang papa. Dia harus bangkitーsetidaknya demi sang buah hati yang mendiami rahimnya. "Aーaku telah memaafkan Papa, Viktor." "Mama juga memaafkannya. Dia adalah seorang Suami dan Papa yang terbaik di dunia ini." Baik Xandrova maupun Galana telah berkata
"Korban masih hidup! Korban masih hidup!" Salah seorang pria berteriak memecahkan ketegangan. "Sepertinya dia mengalami pendarahan hebat," sambung pria tadi saat melihat cairan merah segar tidak berhenti mengalir di bagian kepala Davidoff. Davidoff mencoba bertahan dari rasa sakit di sekujur tubuhnya. Davidoff teringat Galana yang menunggu di rumah juga Xandrova anak semata wayang yang kini tinggal di kota Moskow. Kesadaran Davidoff mulai menurun. Dia membuka dan menutup kedua matanya dengan kepayahan. "Toーtolong ...." Untuk berbicara saja sepertinya sangat sulit. Dia membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Davidoff merasa tangannya sulit digerakkan. Namun meskipun begitu, dia tetap berusaha melambaikan tangan kepada siapa saja yang mungkin melihatnya. "Aーapakah aku akan mati?" Davidoff mulai kehilangan kesadaran. Dengan kepala bersandar di kemudi mobil, Davidoff pun mengembuskan napas terakhir membawa penyesalan bersamanya. *** Viktor membawa Xandrova yang sedang hamil muda
Viktor mengangguk, lalu menatap Vasili. "Biarkan aku saja yang mengambilnya." Leonid menawarkan diri. Dia langsung pergi memanggil pelayan untuk membawakan air sesuai dengan permintaan Morzevich. "Oh, ya ampun! Viktor, aku ingin minum." Xandrova berkata dengan lembut. "Aku akan menuangkan air mineral untukmu, Zoya." Xandrova menggeleng. "Tidak. Aku ingin jus kiwi dicampur dengan stroberi, Viktor." Viktor terbelalak mendengar keinginan sang istri. "Sepagi ini?! Tidak!" Viktor menolak mentah-mentah permintaan Xandrova dengan sedikit berteriak. Dia tidak bisa memenuhi permintaan Xandrova untuk kali ini. "Viktor, turuti saja apa yang minta Istrimu." Morzevich angkat bicara. Dia duduk tepat di samping Xandrova. "Apa yang dikatakan Mozza benar. Ikuti kemauan Zoya!" Vladimir duduk di sudut ruangan sambil berbicara. "Tidak sepagi ini, Kek." Viktor bersikeras menolak. Dia melihat Xandrova menangis di pelukan Morzevich. "Nek, ini air hangatnya." Morzevich segera mengompres dahi
Xandrova duduk di pangkuan Viktor. Dia juga melingkarkan kedua tangan di leher sang suami."Tidak ada apa-apa, Zoya. Aku akan pergi ke ruang tengah terlebih dahulu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai bersama Vasili. Kau beristirahatlah, Zoya!"Xandrova mengerti. Dia segera berdiri dan mengangguk."Ya, Viktor. Nek, saya akan ke kamar sekarang."Selepas kepergian Xandrova, sang nyonya Besar keluarga Romanov pun menatap cucunya."Viktor, ada apa? Jangan katakan bahwa kau baik-baik saja! Saya tahu raut wajahmu itu sedang menyimpan sesuatu.""Ini bukan hal besar, Nek. Saya akan menyelesaikannya."Viktor bangkit, lalu menatap Vasili."Ayo, Vasili!""Saya permisi, Nyonya."Morzevich pun membiarkan Viktor pergi bersama Vasili menuju ruang tengah."Vasili, sambungkan saya ke Papa David melalui panggilan video sekarang!"Viktor berdiri di jendela menatap pemandangan di luar hotel tempatnya menginap."Ya, Tuan Muda."Viktor menunggu Vasili sambil membakar cerutu. Tidak lama k
Usai mengambil beberapa potret keluarga Romanov, kini Viktor menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan untuk dirinya dan Xandrova."Tuan Viktor, bagaimana perasaan Anda juga Nona Zoya berada di sini, di Berlin Fashion Show?""Nyonya Morzevich, apakah Anda akan menetap di Berlin?"Morzevich tersenyum ke arah kerumunan wartawan. Dia terlihat sangat menikmati situasi ini."Berlin adalah salah satu kota yang indah di dunia. Saya dan Vladimir memiliki rencana untuk berkeliling dunia menghabiskan masa tua kami bersama. Dan Berlin merupakan salah satu kota yang masuk ke list kami. Tentu saja, saya berdiri di sini untuk memenuhi undangan langsung dari panitia penyelenggara."Gestur tubuh Morzevich meyakinkan Xandrova untuk mempelajari public speaking agar dirinya tidak demam panggung seperti sekarang ini. Xandrova menghela napas panjang.'Nenek benar-benar hebat! Beliau tidak mengalami demam panggung seperti aku. Bagaimana pun juga, aku adalah Istri sah Viktor dan aku tidak ingin membuatn