Setelah menunggu hampir 60 menit, akhirnya Viktor keluar dengan alat bantu tongkat sebagai penyanggah tubuhnya. Sebuah mobil klasik buatan dalam negeri terkeren sejak zaman Uni Soviet telah terparkir di depan paviliun Viktor. "Oh, rupanya Tuan Besar sudah menunggu Anda." Vasili berkata sambil terus berjalan mengikuti Viktor. "Silakan, Tuan Viktor!" Kendrik membukakan pintu mobil untuk Viktor. Namun, suami dari Xandrova tersebut tidak langsung masuk ke sana, melainkan menatap Vasili yang berdiri di belakangnya. "Hmm ...." Viktor masuk ke mobil usai melihat Vasili menganggukkan kepala. "Akhirnya Anda keluar juga, Tuan Viktor." Vladimir mengembangkan senyum ketika Viktor menatapnya. "Maaf telah membuat Anda menunggu lama." 'Hah?! Apa yang baru saja saya dengar? Ternyata Viktor bisa mengatakan 'maaf' meskipun terasa berat untuk mengatakannya!' Vladimir merasa senang dengan pria muda yang duduk di sampingnya. "Kendrik, antarkan saya ke danau!" "Baik, Tuan Besar." Kendrik seger
Viktor terperangah ketika mendengar Vladimir mengawali ceritanya. "Saya turut berduka cita, Tuan Vladimir." Viktor tanpa ragu mengucapkan belasungkawa kepada Vladimir. Pria tua itu tidak menyahutinya, tetapi justru menundukkan kepala. "Jika pertanyaan saya membuat Anda mengingat masa lalu yang tidak ingin Anda inginkan, maka abaikan saja, Tuan!" 'Justru kau harus mengetahuinya, Viktor! Mozza akan bahagia jika dia tahu kau masih hidup!' Keyakinan Vladimir untuk mencari keberadaan sang cucu selama bertahun-tahun memang telah membuahkan hasil. Namun, bagaimana cara menyampaikan semua itu kepada Viktor? Vladimir masih berpikir keras mencari cara terbaik. "Tidak. Sama sekali tidak, Tuan Viktor." Vladimir membantah dugaan Viktor dengan tatapan sendunya. Melihat hal itu, tentu saja membuat Vasili tersenyum. "Nama depan Anda dan nama depan anak saya memiliki kesamaan. Ya, anak saya bernama Viktor Borya Romanov dan Istrinya bernama Yekaterina Lubov Romanova. Namun, keduanya terbunuh de
Tiba-tiba saja, wajah Vladimir merah padam dan bibirnya bergetar. "Jaーjangan berkata seperti itu lagi di depan saya, Tuan Viktor!" 'Hah?! Ada apa?! Apakah perkataan ku ada yang tidak sesuai dengan hati Tuan Vladimir?!' Viktor berpikir keras mengenai perkataannya barusan kepada Vladimir. Dia tidak menyadari bahwa kata-katanya telah menyinggung perasaan Vladimir. "Saya hanya mengatakan apapun yang saya pikirkan. Itu saja." Sama halnya dengan Viktor, sang tuan besar keluarga Romanov ini pun sama keras kepalanya. "Anda tumbuh dan besar di panti asuhan pinggir kota, bukan?" Vladimir tidak mengakhiri perkataannya sampai sini. "Dan malam itu, Anda berada di tempat Nona Zoya kecelakaan. Awalnya Anda tidak tertarik untuk menolongnya hingga akhirnya, Anda melihat iklan di media sosial yang mengatakan bahwa keluarga Konstantin akan menikahkan pewaris mereka kepada seorang pria yang bisa mendonorkan darahnya." "Maaf, Tuan Vladimir. Saya benar-benar minta maaf. Namun, saya tidak berminat s
Viktor menolak mentah-mentah. Dia berjalan semakin mendekati danau. 'Zoya, seandainya kau ada di sini bersama ku, aku akan merasa tenang sepanjang hari.' Viktor merindukan sosok Xandrova. Dia mengutarakan isi hatinya sambil memejamkan mata. "Anda memang keras kepala seperti Kakek dan Papa Anda, Tuan Viktor!" Vasili memberanikan diri mengatakan rahasia besar tentang hidup Viktor. Tindakan Vasili barusan, mendapatkan sorot mata tajam penuh kemarahan dari Vladimir. "Aーapa?!" Viktor membuka kedua matanya perlahan. Dia sedikit tidak yakin pada indera pendengarannya. Banyaknya pengalaman pahit yang Viktor dapatkan selama hidupnya, tidak membuat pria itu rapuh. Viktor tumbuh kuat di yayasan yatim piatu, baik fisik maupun mental. Pria kelahiran Moskow tersebut telah terbiasa hidup seorang diri tanpa kehadiran siapapun hingga sosok Xandrova hadir di dalam hidupnya. Pria dengan tinggi 185 sentimeter tersebut membalikkan badan, lalu menatap Vasili dengan sorot mata elangnya. "Apa yang A
Jantung Viktor berdegup semakin kencang. Dia merasakan bumi berputar semakin cepat seiring dengan gaya gravitasi bumi yang menghilang. Ya, dia merasa seakan dirinya melayang kehilangan arah. Viktor memegang kepalanya yang berdenyut. Dia melihat Vladimir berjalan menghampirinya, lalu menyodorkan amplop. 'Apakah semua yang kurasakan ini adalah reaksi tubuhku yang belum bisa mencerna dan menerima semua ini? Aku harus menguasai diriku sendiri!'Viktor mulai perang batin. Dia tidak ingin menerima kebenaran atas ucapan Vasili. Namun di sisi lain, dia sangat ingin merasakan memiliki sebuah keluarga yang utuh. "Oh!" Viktor mencoba menahan segala rasa yang kini sedang dia rasakan. "Ambilah, Tuan Viktor! Anda akan tahu siapa diri Anda sebenarnya!" Vladimir berkata dengan gugup. Dia mengusap air mata yang membasahi pipinya berulang kali. Viktor menatap amplop berisi hasil tes DNA yang dilakukan oleh Vladimir diam-diam saat malam itu. "Apa ini?!" Kecurigaan Viktor bukan tanpa alasan. Dia m
Benak keduanya pun melayang membayangkan kejadian di malam Natal 2 tahun lalu yang seharusnya dirayakan dengan suka cita. "Ya, Tuan Besar." Kendrik mengakui dugaan Vladimir. "Saat itu, suhu udara kota Moskow 10.3 derajat Fahrenheit atau -12 derajat Celsius. Menurut berita yang saya ketahui, saat itu, hujan salju turun lebih dari 24 jam." Kendrik menatap Vladimir yang sedang mendengarkannya bercerita. "Saya lengah karena tidak memperhatikan imbauan pemerintah kota Moskow untuk tidak melakukan aktivitas di luar ruangan dengan menggunakan kendaraan pribadi karena jalanan sangat licin." Kendrik tersenyum getir dan Vladimir memperhatikannya tanpa melewatkan sedikit pun perubahan ekspresi sang sopir. "Ha! Ha! Ha! Tidak, Kendrik. Semua itu merupakan kesalahan saya. Karena saya terlalu bersemangat saat mendapatkan laporan tentang pria yang diduga adalah Cucu saya yang hilang. Meskipun ternyata, pria itu bukanlah Cucu saya." Vladimir kembali memperhatikan Viktor dari dalam mobil dengan
Viktor mendorong Vasili ke samping agar tidak menghalangi jalannya. Kemudian dia berjalan melewati sang pengawal Vladimir menuju mobil. "Tuan Vladimir? Biarkan saya membantu Anda!" Vasili merasa tidak sampai hati membiarkan sang tuan menderita seorang diri karena Viktor belum bisa menerima kehadirannya. "Vasili, sampai kapan dia akan bersikap seperti itu?!" Vasili memapah Vladimir agar pria itu tidak terjatuh. "Tolong bersabar sebentar lagi, Tuan Besar! Karena saat ini adalah masa-masa peralihan. Tuan Muda Viktor membutuhkan waktu untuk berpikir dan menerima status barunya." Vasili memiliki pemikiran sama seperti Kendrik. Dia tidak segan-segan memberitahu tuannya apa yang ada di dalam benaknya. "Bagaimana sekarang, Tuan Besar? Sepertinya Anda tidak bisa membawa Tuan Muda ke mansion keluarga Romanov yang berada di Moskow." Vasili mengikuti Vladimir menghentikan langkah. "Tidak sekarang. Saya akan menyiapkan Viktor hingga dia benar-benar pulih dan menyiapkan bekal untuk
'Hah?! Apa?! Yayasan yatim piatu Spokoystviye Dukha tempat di mana aku tumbuh besar akan digusur oleh pemerintah?! Mengapa orang -orang itu sampai hati menggusur orang miskin seperti kami?!' Viktor mengeluhkan sikap orang-orang yang hanya mementingkan kepentingan pribadi mereka. 'Jika saja aku masih bekerja di Konstantin Co, sudah pasti aku akan membuat yayasan itu bertahan dengan cara ku sendiri. Namun, sekarang keadaan sudah terbalik. Kepada siapa aku harus meminta tolong agar Ibu panti dan semua penghuni yang tinggal di sana tidak tinggal di jalanan?!' Viktor memikirkan cara agar dirinya dapat menemukan cara menyelamatkan panti asuhan tempat dirinya dibesarkan. Namun tiba-tiba, dia teringat sesuatu. 'Aku tidak akan menjadikan masalah panti asuhan sebagai kelemahan ku. Ya, aku akan membuat perhitungan dengan Tuan Vladimir!' Viktor mengancam Vladimir di dalam hatinya tanpa berani mengutarakan langsung di depan banyak orang. "Why don't you answer my question, Mr. Vladimir?!" Vik