Viktor menolak mentah-mentah. Dia berjalan semakin mendekati danau. 'Zoya, seandainya kau ada di sini bersama ku, aku akan merasa tenang sepanjang hari.' Viktor merindukan sosok Xandrova. Dia mengutarakan isi hatinya sambil memejamkan mata. "Anda memang keras kepala seperti Kakek dan Papa Anda, Tuan Viktor!" Vasili memberanikan diri mengatakan rahasia besar tentang hidup Viktor. Tindakan Vasili barusan, mendapatkan sorot mata tajam penuh kemarahan dari Vladimir. "Aーapa?!" Viktor membuka kedua matanya perlahan. Dia sedikit tidak yakin pada indera pendengarannya. Banyaknya pengalaman pahit yang Viktor dapatkan selama hidupnya, tidak membuat pria itu rapuh. Viktor tumbuh kuat di yayasan yatim piatu, baik fisik maupun mental. Pria kelahiran Moskow tersebut telah terbiasa hidup seorang diri tanpa kehadiran siapapun hingga sosok Xandrova hadir di dalam hidupnya. Pria dengan tinggi 185 sentimeter tersebut membalikkan badan, lalu menatap Vasili dengan sorot mata elangnya. "Apa yang A
Jantung Viktor berdegup semakin kencang. Dia merasakan bumi berputar semakin cepat seiring dengan gaya gravitasi bumi yang menghilang. Ya, dia merasa seakan dirinya melayang kehilangan arah. Viktor memegang kepalanya yang berdenyut. Dia melihat Vladimir berjalan menghampirinya, lalu menyodorkan amplop. 'Apakah semua yang kurasakan ini adalah reaksi tubuhku yang belum bisa mencerna dan menerima semua ini? Aku harus menguasai diriku sendiri!'Viktor mulai perang batin. Dia tidak ingin menerima kebenaran atas ucapan Vasili. Namun di sisi lain, dia sangat ingin merasakan memiliki sebuah keluarga yang utuh. "Oh!" Viktor mencoba menahan segala rasa yang kini sedang dia rasakan. "Ambilah, Tuan Viktor! Anda akan tahu siapa diri Anda sebenarnya!" Vladimir berkata dengan gugup. Dia mengusap air mata yang membasahi pipinya berulang kali. Viktor menatap amplop berisi hasil tes DNA yang dilakukan oleh Vladimir diam-diam saat malam itu. "Apa ini?!" Kecurigaan Viktor bukan tanpa alasan. Dia m
Benak keduanya pun melayang membayangkan kejadian di malam Natal 2 tahun lalu yang seharusnya dirayakan dengan suka cita. "Ya, Tuan Besar." Kendrik mengakui dugaan Vladimir. "Saat itu, suhu udara kota Moskow 10.3 derajat Fahrenheit atau -12 derajat Celsius. Menurut berita yang saya ketahui, saat itu, hujan salju turun lebih dari 24 jam." Kendrik menatap Vladimir yang sedang mendengarkannya bercerita. "Saya lengah karena tidak memperhatikan imbauan pemerintah kota Moskow untuk tidak melakukan aktivitas di luar ruangan dengan menggunakan kendaraan pribadi karena jalanan sangat licin." Kendrik tersenyum getir dan Vladimir memperhatikannya tanpa melewatkan sedikit pun perubahan ekspresi sang sopir. "Ha! Ha! Ha! Tidak, Kendrik. Semua itu merupakan kesalahan saya. Karena saya terlalu bersemangat saat mendapatkan laporan tentang pria yang diduga adalah Cucu saya yang hilang. Meskipun ternyata, pria itu bukanlah Cucu saya." Vladimir kembali memperhatikan Viktor dari dalam mobil dengan
Viktor mendorong Vasili ke samping agar tidak menghalangi jalannya. Kemudian dia berjalan melewati sang pengawal Vladimir menuju mobil. "Tuan Vladimir? Biarkan saya membantu Anda!" Vasili merasa tidak sampai hati membiarkan sang tuan menderita seorang diri karena Viktor belum bisa menerima kehadirannya. "Vasili, sampai kapan dia akan bersikap seperti itu?!" Vasili memapah Vladimir agar pria itu tidak terjatuh. "Tolong bersabar sebentar lagi, Tuan Besar! Karena saat ini adalah masa-masa peralihan. Tuan Muda Viktor membutuhkan waktu untuk berpikir dan menerima status barunya." Vasili memiliki pemikiran sama seperti Kendrik. Dia tidak segan-segan memberitahu tuannya apa yang ada di dalam benaknya. "Bagaimana sekarang, Tuan Besar? Sepertinya Anda tidak bisa membawa Tuan Muda ke mansion keluarga Romanov yang berada di Moskow." Vasili mengikuti Vladimir menghentikan langkah. "Tidak sekarang. Saya akan menyiapkan Viktor hingga dia benar-benar pulih dan menyiapkan bekal untuk
'Hah?! Apa?! Yayasan yatim piatu Spokoystviye Dukha tempat di mana aku tumbuh besar akan digusur oleh pemerintah?! Mengapa orang -orang itu sampai hati menggusur orang miskin seperti kami?!' Viktor mengeluhkan sikap orang-orang yang hanya mementingkan kepentingan pribadi mereka. 'Jika saja aku masih bekerja di Konstantin Co, sudah pasti aku akan membuat yayasan itu bertahan dengan cara ku sendiri. Namun, sekarang keadaan sudah terbalik. Kepada siapa aku harus meminta tolong agar Ibu panti dan semua penghuni yang tinggal di sana tidak tinggal di jalanan?!' Viktor memikirkan cara agar dirinya dapat menemukan cara menyelamatkan panti asuhan tempat dirinya dibesarkan. Namun tiba-tiba, dia teringat sesuatu. 'Aku tidak akan menjadikan masalah panti asuhan sebagai kelemahan ku. Ya, aku akan membuat perhitungan dengan Tuan Vladimir!' Viktor mengancam Vladimir di dalam hatinya tanpa berani mengutarakan langsung di depan banyak orang. "Why don't you answer my question, Mr. Vladimir?!" Vik
'Oh, rupanya perhatianmu tertuju pada peti mati tersebut, Viktor!' Vladimir tersenyum ketika Viktor menanyakan perihal adanya peti mati keemasan yang berada di sudut ruangan. "Pertanyaan yang sama saat Papamu masih muda dan kau masih berada di dalam kandungan Yekaterina." Vladimir selalu mengungkit kedua orang tua Viktor. Namun, Viktor tidak pernah menanggapinya. "Oh, Yekaterina Lubov Romanova adalah nama Mama kandungmu. Dia adalah wanita lembut karena nyaris tidak memiliki emosi di sepanjang hidupnya." 'Nyaris tidak memiliki emosi? Apakah itu artinya Mama tidak pernah marah kepada siapapun?' Viktor sangat ingin tahu apapun yang berhubungan dengan dirinya, tetapi dia sungkan untuk menanyakan langsung kepada Vladimir. "Peti mati keemasan tersebut nantinya akan dipakai untuk mengebumikan jenazah sang Diadem terakhir keluarga Romanov." Viktor mendekat peti keemasan tersebut. Terdapat pahatan yang sangat bagus di sana. 'Pahatan yang sangat bagus! Perlu kemahiran tangan seseorang y
Vladimir menghela napas panjang. Dia menatap Viktor dengan mengasihani. "Lenin adalah suatu kesalahan yang tidak seharusnya hadir di dunia. Begitu pula dengan Maksim. Namun berkat kebaikan hati Mozza, saya mengizinkan mereka untuk tinggal di mansion." 'Apa jadinya jika aku pun nanti akan tinggal di mansion mewah keluarga Romanov? Ya, bukan tidak mungkin mereka akan berbuat jahat padaku, 'kan?!' Kali ini, Viktor tidak akan membiarkan benaknya dipenuhi dengan pertanyaan yang akan membuatnya mati penasaran. "Viktor, kau tenang saja! Saya dan Mozza akan selalu berada di pihak mu apapun yang terjadi nanti. Saya akan memerintahkan Vasili untuk menempatkan beberapa bodyguard terpilih untuk berjaga di sekeliling mu." 'Ah! Apakah itu tidak berlebihan?! Namun, Tuan Vladimir pasti sudah memperhitungkan semuanya!' Viktor berseru di dalam hati ketika tersadar bahwa Vladimir sudah mempersiapkan semuanya. "Saya sudah mempersiapkan guru terbaik untukmu Viktor. Kau akan belajar strategi. Ya, str
Davidoff berdiri seraya meninggikan nada bicaranya. Dia spontan melakukan hal tersebut sebagai reaksi atas ucapan Xandrova kepadanya. "Ada apa?! Mengapa kau ribut sekali, David? Biarkanlah Zoya beristirahat!" Mendengar suara Gennadius membuat Xandrova bisa bernapas lega. 'Sepertinya itu Kakek! Syukurlah Beliau datang tepat waktu.' Xandrova menebak pemilik suara yang dia dengar. Xandrova bangun, lalu duduk bersandar pada tumpukan bantal sambil menatap Gennadius yang berdiri di ambang pintu. "Cucu Papa telah kurang ajar menuduh saya tidak mencintai Galana. Tahu apa dia tentang kedua orang tuanya!" Davidoff menjelaskan kepada Gennadius mengenai sikap Xandrova yang menurutnya sudah keterlaluan. "Tidak, Kek! Itu tidak benar. Saya hanya asal bicara saja dan Papa terlalu sensitif. Entah apa yang membuat Papa seperti itu!" Gennadius berjalan menghampiri ranjang, sedangkan Galana berdiri agar tidak menghalangi Gennadius mendekati Xandrova. "Saya hanya mengatakan untuk mengikhlaskan kep