Si sopir yang menabrak Viktor berteriak dan terlihat sangat panik. Dia memanggil tuannya untuk memastikan apa yang harus dilakukannya. Sedangkan anak buah Maksim melihat dengan jelas kejadian kecelakaan tersebut dari seberang jalan dan mengira Viktor sudah meregang nyawa di tempat kejadian perkara. "Tuan! Tuan, keluarlah! Seseorang telah tertabrak." Seorang pria berbadan tegap dengan perkiraan usia sekitar awal 30 tahun keluar dari mobil mewah yang telah menabrak Viktor. Pria tersebut tampak tenang dan berjalan menghampiri si sopir berwajah pucat. "Ada apa, Kendrik?" "Saya telah menabrak seseorang hingga tidak sadarkan diri. Lalu, apa yang harus saya lakukan, Tuan Vasili?" Pria bernama Vasili segera berjongkok untuk memeriksa denyut nadi si korban yang tidak lain adalah Viktor. "Hmm, biarkan saya memeriksanya sebentar!" Vasili meraih pergelangan tangan Viktor dan memeriksanya. Dia juga mendekatkan tangan ke hidung Viktor untuk memeriksa napasnya. "Mengapa tubuh pria ini penuh d
Dokter lega mendengar penuturan Vladimir. "Baiklah, Tuan. Apakah Anda ingin melihat kondisinya sekarang?" Dokter bertanya kepada Vladimir dengan sopan. "Apakah dia sudah bisa dijenguk, Dok?" Vasili bertanya kepada sang dokter dengan antusias. "Ya. Pasien akan dipindahkan ke ruang rawat dengan segera. Dan setelah itu, kalian bisa menjenguk serta menjaganya." Vladimir tersenyum lega. Dia menatap Kendrik dan Vasili bergantian, lalu berkata, "Syukurlah. Saya sangat lega mendengarnya." Vladimir masuk ke ruang rawat inap bersama Vasili dan Kendrik. Mereka bertiga terkejut melihat keadaan Viktor yang memprihatinkan. "Astaga!" Vladimir berseru ketika dirinya berdiri di tepi ranjang rumah sakit. Di sisi kanannya, Vasili tengah memperhatikan kondisi Viktor yang dibungkus dengan perban di sekujur tubuhnya. "Tuan Vladimir, seperti dugaan saya sebelumnya bahwa tubuh pria ini sungguh sangat kuat." Tidak ada yang luput dari pandangan Vasili. Kedua mata pria itu memang benar-benar jeli. "T
Vladimir mengangguk. Pria itu beranjak dari kursinya, lalu berdiri di sisi kiri ranjang rumah sakit. "Lihat apa yang saya temukan di tubuh pria lemah ini, Vasili! Ya, luka jaringan parut yang berada di bahu kiri pria ini sama seperti luka yang dimiliki oleh Viktor Cucu saya." Vladimir menunjukkan luka jaringan parut yang dimaksudkannya. Kedua mata Vladimir berkaca-kaca seolah berharap bahwa pria di hadapannya adalah sosok sang cucu yang dicarinya dari tahun ke tahun. "Hah?! Iーini ... ini kebetulan sekali, Tuan Besar!" Vasili berseru terkejut setengah mati ketika melihat luka tersebut terpampang jelas di bahu kiri Viktor. "Di dunia ini, tidak ada yang kebetulan, Vasili." Vladimir menolak keras tanggapan Vasili. Dia membuka lebar-lebar kedua.mata tuannya dan menatap Viktor dengan sungguh-sungguh. "Karena Tuhan telah menciptakan takdir manusia jauh sebelum manusia itu dilahirkan." Vasili mengerjap. Dia mengerti dengan cepat apa yang dimaksudkan oleh tuannya. "Pria rendahan ini me
Morzevich berbicara tentang masa lalu. Ya, masa lalu yang tidak Vladimir akui."Mozza, sudah berapa kali kukatakan bahwa Lenin, Anne dan Maksim hanyalah sebuah kesalahan yang seharusnya tidak kau biarkan hidup sebagai parasit di keluarga Romanov."Selain menyebutkan nama anak haram hasil hubungan di luar nikahーLenin Vujovic RomanovーVladimir pun menyebutkan nama istri dan anaknya. Yaitu Anne Vasilevna dan Maksim Smirnov Romanov. Ketiganya kerap membuat Vladimir naik pitam karena tidak memiliki pemikiran yang sama.Akhirnya Vladimir dan Morzevich sama-sama terdiam Keduanya mencoba menahan emosi agar tidak saling menyerang satu sama lain."Oh, Vlad ... aku hampir saja melupakan sesuatu."Akhirnya Morzevich mencairkan suasana canggung di saluran telepon."Mengapa kau tidak kembali ke mansion kita di St Petersburg, Vlad?"'Aku tahu, Mozza akan menanyakan hal ini karena Demyan pasti memberitahunya.'Vladimir membatin seraya menatap Vasili yang sedang memberikan isyarat padanya."Maaf, Mozza.
Benak Vladimir melayang kembali ke masa lalu. Ya, masa-masa di mana hidupnya bahagia bersama keluarga besarnya."Tuan, kondisi kesehatan pasien semakin membaik. Kedua matanya sehat dan luka lebamnya akan hilang seiring dengan berjalannya waktu. Namun, untuk luka di kakinya membutuhkan penanganan khusus juga kesabaran yang tak terbatas."'Kaki?! Aーada apa dengan kakiku?!'Viktor kembali dibuat penasaran dengan perkataan dokter barusan."Baik, Dok. Saya mengerti maksud Anda. Terima kasih."Vladimir tersenyum lega. Begitu juga dengan dokter yang menangani Viktor."Saya akan memantau kondisi pasien 1 jam ke depan. Kalau begitu, saya permisi."Dokter baru saja ingin melangkahkan kaki, tetapi terpaksa mengurungkan niat karena Viktor berusaha menghentikannya."Maーmaaf ... saya ingin tahu, apa yang sudah terjadi?"Suara parau Viktor yang tidak begitu jelas berhasil menyentakkan Vladimir dari lamunannya."Anda mengalami kecelakaan dan Tuan Vladimir membawa Anda ke rumah sakit ini."Dokter menje
Boris menoleh ke arah Vladimir yang kini telah berdiri di sisi kirinya."Saya ingin berbicara dengan Anda sebentar. Apakah Anda sudah selesai memeriksanya?"Vladimir berniat menghentikan percakapan kedua pria di hadapannya. Sang dokter pun mengangguk setuju."Ya, Tuan. Mari bicara!"Boris mengikuti langkah Vladimir menjauh dari Viktor. Kini, mereka berdiri di dekat jendela tepat di samping perapian."Dokter, tolong katakan sejujurnya kepada saya! Seberapa buruknya kondisi pasien Anda?"Boris menatap Vladimir lekat-lekat sebelum menjawab pertanyaannya."Tidak ada luka serius di tubuhnya, Tuan. Saya bersikap tegas agar dia mengetahui betapa berbahayanya jika tidak mengikuti prosedur kesehatan yang saya terapkan."Vladimir mendengarkan penjelasan dokter dengan seksama. Pria tua itu mencoba mencerna setiap perkataan yang ke luar dari mulut Boris."Pasien baru saja siuman dan mendapatkan beberapa jahitan di kaki. Dia juga memiliki luka di sekujur tubuhnya yang tidak sedikit. Dia masih harus
Viktor duduk di pinggir ranjang rumah sakit. Dia meraih kalender meja yang berdiri tegak di atas nakas, lalu membulatkan angka 11 yang tertera di sana dengan menggunakan pena yang berada di tangannya. Dia tidak sendirian, melainkan bersama Kendrik yang ditugaskan Vladimir untuk selalu berada di sisinya."Hari ini tanggal 11 dan saya masih belum bisa pergi dari sini."Viktor baru saja mengeluh. Karena dirinya selalu saja berpikir untuk pergi dari rumah sakit Stalin, St Petersburg."Maaf, Tuan Viktor. Saya tahu, Anda tidak suka berbicara dengan siapapun. Namun ....""Jika kau sudah tahu seperti itu, lalu mengapa kau tidak pernah kapok mengajak saya berbicara, Kendrik?! Bukankah urusan diantara kita sudah selesai?!"Viktor menyela ucapan Kendrik sambil melirik pria itu dari ujung matanya. Sejak menjalani perawatan di rumah sakit, suasana hati Viktor memang tidak baik. Dia kerap tidak mampu mengendalikan emosinya."Mungkin menurut Anda seperti itu, tetapi tidak dengan saya dan Tuan Besar V
"Tidak!" Viktor menolak untuk berbicara baik-baik dengan Vladimir. Dia memalingkan wajahnya ke arah lain guna menghindari kontak mata dengan Vladimir. "Saya tidak ingin berbicara dengan siapapun, termasuk Anda, Tuan Vladimir." Penolakan tegas yang dilakukan oleh Viktor, tentunya membuat Vladimir kecewa. Namun demi misi yang sedang dijalankannya bersama Vasili, dia sebisa mungkin mengalahkan egonya. "Oke! Oke!" Vladimir mengangkat kedua tangan sebagai tanda menyerah. Kemudian berkata, "Saya tidak akan memaksa Anda, Tuan Viktor." Vladimir mengembangkan senyum smirk dan melemparkannya kepada Viktor. "Namun, jika Anda ingin saya menjadi jembatan antara Anda dan Gennadius, saya akan siap kapanpun. Karena mengingat Gennadius adalah sahabat karib saya sejak kuliah. Ha! Ha! Ha!" Vladimir beranjak pergi dari hadapan Viktor. "Vasili, bawa saya kembali ke mansion!" Vasili menganggukkan kepala. Sedangkan Kendrik hanya terdiam sejak pertama kali masuk ke ruang rawat inap. "Ya, Tuan Besar