"Bagus. Kalau begitu, Gale akan menjemput kalian. Kemudian, pergilah dengan selamat ke bandar udara Pulkovo! Dan, saya sendiri yang akan menjemput kalian di bandar udara internasional Domodedovo." Rurik lega mendengarnya. Dia tersenyum tipis. "Baik, Tuan Muda. Saya akan menutup teleponnya." Sesuai dengan perkataan Rurik, sambungan telepon pun terputus. Dia segera menghubungi Gale seperti perintah tuannya. "Tuan Rurik, Anda di mana? Apakah Anda membawa Nona Zoya beserta pelayan wanitanya?" Suara Gale yang berat membuat Rurik mengenalinya. "Benar, Tuan Gale. Saya membawa Nona Zoya dan Nyonya Lada." "Kami sudah menunggu Anda di tempat yang sudah ditentukan. Datanglah dengan selamat!" Pria di seberang saluran telepon berkata dengan gelisah. Namun, Rurik dengan tenang menjawabnya. "Tentu saja. Saya akan datang dengan membawa Nona Zoya dan Nyonya Lada dengan selamat." Rurik melepaskan earphone bluetooth di telinga kirinya. Dia menggaruknya sebentar. Namun, ia tidak melepaskan earph
Lada berteriak dan mencoba untuk bangun. Sedangkan Xandrova menahan tubuhnya agar tidak terpelanting untuk kali kedua. "Nona, bertahanlah!" Lada kembali berteriak. Mobil yang ditumpanginya pun menabrak pembatas jalan hingga berputar. "Nona, bertahanlah! Karena terdapat satu mobil sengaja menabrak kita dari belakang dan saya menghindari mobil merah di depan yang sengaja berhenti di depan. Saya sedang mencoba untuk mengendalikan mobil ini." Rurik berteriak tanpa mengurangi fokusnya. Xandrova berpegangan pada kursi mobil. Ia memejamkan mata seraya merapal doa di dalam hatinya. 'Tuhan, tolong ampuni segala dosaku. Jika di malam Natal ini adalah hari terakhir ku hidup di dunia, maka aku akan menyerahkan takdirku kepadamu.' Xandrova menangis. Lada tahu itu. Wanita tuan tersebut segera mendekati Xandrova sebisa mungkin. "Nona, kemarilah!" Tangan kiri Lada meraih tangan Xandrova. Pelayan setia itu lantas memeluknya. 'Tuhan, tolong jagalah Viktor dan berikan dia kebahagiaan yang abadi.
Vladimir menarik lengan Viktor dengan kasar. Kemudian, meninju bagian perutnya. "Apakah kau tidak bisa melihat dan memahami situasi?!" Baru kali pertama bagi Viktor mendapatkan tinju dari seorang Vladimir. Viktor tidak tahu, lebih tepatnya sang tuan muda keluarga Romanov tidak ingat siapa Vladimir di masa lalu. "Vladimir, hentikan!" Morzevich histeris. Orang-orang di sana bukan tidak melihat kejadian mencengangkan yang terjadi diantara sang tuan besar dan tuan muda keluarga Romanov. Namun, mereka tidak berani ikut campur urusan keluarga Romanov. "Mengapa kalian hanya diam saja?! Leon, mengapa kau tidak mencoba untuk melerai mereka?!" Morzevich memandangi semua orang di sana yang terpaku dengan perkelahian antara kakek dan cucu. "Leon?!" Dan sekali lagi, Morzevich memanggil nama pria yang diasuhnya. "Maーmaaf, saya tidak berani melerai Kakek dan Viktor, Nek." "Kami pun memiliki pemikiran yang sama seperti Tuan Leonid, Nyonya Besar." Para penjaga pun menjawab dengan cepat saat
"Astaga!" Detik itu juga, Vladimir memegangi jantungnya. "Vlad!" Morzevich berteriak saat Vladimir kehilangan kendali atas kesehatannya. Morzevich berdiri, lalu mengusap bahu Vladimir. "Bertahanlah!" Usai berkata demikian, Morzevich berteriak memanggil para penjaga. "Penjaga! Cepat bawa Vladimir ke kamar! Dan kau, Shura!" Morzevich membulatkan matanya. Dia panik. Ya, sungguh panik. "Panggilkan Dokter keluarga Romanov!" "Baik, Nyonya Besar." Shura meraih ponsel dari saku. Sedangkan satu orang penjaga mendorong kursi roda yang baru saja diambilkan oleh Leonid. "Hati-hati!" Leonid berseru mengingatkan para penjaga. Sementara itu, Morzevich melangkah mengikuti suaminya sambil melirik Viktor tajam. 'Apakah aku baru saja berbuat satu kesalahan fatal sehingga membuat Kakek seperti ini? Malam Natal yang seharusnya indah dan damai, kini hancur karena ulahku. Tuhan, apa yang sudah aku lakukan kepada Kakek?' Hati Viktor terluka ketika melihat Vladimir mengaduh kesakitan. Dia juga te
Boris tersudut. Tidak ada yang bisa dilakukannya, bahkan berlari sekali pun tak akan bisa. "Tuan Muda, tolong jangan seperti ini! Mari bicarakan baik-baik!" "Kau terlalu munafik. Ajakanmu barusan tidak berlaku lagi bagi saya." Viktor masih bersikap tenang. Dia mengeluarkan cerutu dan membakarnya. 'Aku sudah menjawab pertanyaan Tuan Muda. Lalu, mau apalagi dia sekarang?' Boris membatin sambil menerapkan sikap waspada. "Jadi, Anda ingin mengatakan sejujurnya atau tidak, Dokter?" Viktor menikmati cerutunya. Dia menatap Boris dalam-dalam. "Viktor, hentikan!" Leonid berlari dari arah belakang Viktor. Sang tuan muda tidak menoleh ke belakangnya. 'Sial! Untuk apa Leon datang ke sini? Mengganggu kesenangan ku saja.' Viktor geram. Dia mengutarakannya di dalam hati. "Viktor, Nenek mencarimu." Viktor tidak menggubris ucapan Leonid. Dia terus menikmati cerutunya. "Cepatlah, Dokter! Saya tidak memiliki banyak waktu lagi." Boris dan Leonid terkesiap. Keduanya terdiam ketika Viktor ber
Viktor bergegas pergi bersama Leonid. Sedangkan Boris hanya bisa menatap kepergian mereka. "Apakah aku salah karena telah membocorkan rahasia Tuan Besar? Namun, aku tidak memiliki pilihan lain lagi." Boris menundukkan kepala menatap puntung cerutu Viktor di lantai yang dibuang sang tuan sembarangan. "Aku gugup. Aku tak berdaya jika berhadapan dengan Tuan Muda Viktor. Karena dia sungguh mengerikan." Boris bergidik ngeri. Dia mendekap erat tas kerjanya, lalu pergi dari sana menuju parkir mobil. Sementara itu, Viktor dan Leonid berjalan menuju pintu samping tempat Viktor dan Vladimir berkelahi tadi. "Aku pikir, kau pergi mengobati lukamu. Namun nyatanya, kau justru pergi mengancam Dokter Boris." "Sejak kapan dia menjadi Dokter keluarga Romanov? Mengapa saya tidak mengetahuinya?" Viktor dan Leonid melangkah menuju ruang tidur utama mansion Romanov. Keduanya menghentikan langkah. "Sejak kau ditemukan, Viktor. Apakah kau tidak tahu?" "Astaga! Sampai kapan saya harus menahan diri me
Morzevich lantas meletakkan kepalanya di dada Vladimir. Viktor masih terkejut. "Apakah kau tidak ingin bicara dengan Kakek mu, Viktor?" Morzevich melirik Viktor yang tampak enggan berbicara dengan suaminya. "Saya akan kembali ke kamar sekarang dan beristirahat." Viktor berdiri, lalu membungkukkan badan. "Selamat malam dan selamat hari Natal untuk Anda berdua. Semoga Tuhan memberkati dan memelihara Kakek dan Nenek. Amin." Viktor pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban tuan dan nyonya besar keluarga Romanov. Dia melangkah menuju pintu ruang tidur utama. "Sudahlah, Vlad! Biarkan saja dia!" "Kau selalu saja membela Cucumu yang kurang ajar itu." Morzevich kembali duduk dengan anggun dan dengan senyum manis yang merekah di bibirnya. Dia menatap lembut wajah Vladimir sambil mengusapnya. "Kau tahu? Kelakuan Viktor mengingatkan aku kepada mu ketika kau seusia dengannya. Maka, itulah yang membuatku selalu membelanya." Vladimir pun tersenyum. Dia meraih tangan Morzevich, lalu mengecup
Viona bertanya-tanya di dalam hatinya sendiri. Ya, dia sedang berdiri di hadapan Galana dan Davidoff bersama beberapa orang lainnya. Bukan tanpa alasan Viona berada di sana. Namun, demi tugas yang diberikan oleh Vasili kepadanya atau hidupnya akan berakhir dan membusuk di penjara. "Oh, Nyonya! Pintu ruang gawat darurat terbuka. Mungkinkah itu adalah Nona Zoya?" Seperti perkataan Viona barusan, pintu ruang gawat darurat rumah sakit St George Aleksander terbuka lebar. Muncul 3 perawat pria mendorong brankar dengan sangat berhati-hati. "Oh, Zoya sayang!" Galana berseru ketika melihat putrinya terbaring lemah di atas brankar. Wanita tersebut mendekati puterinya sambil mengikuti para perawat. "Kalian akan membawa anak saya ke mana?" Davidoff bertanya tegas kepada perawat. Namun, tak ada yang berani menjawabnya hingga seorang dokter wanita ke luar dari ruang gawat darurat. "Apakah Anda adalah orang tua korban?" Seorang dokter wanita bertanya dengan raut wajah tegang. Dokter tersebut